اَلْحَلِيْمُ

(Maha Penyantun)

(Serial Nama-nama Allah, Bag.34)

Nama ini disebutkan berkali-kali pada beberapa tempat di dalam al-Qur’anul karim. Allah –سبحانه وتعالى- berfirman,

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Qs. Fathir: 41).

Dia -عَزَّ وَجَلَّ- juga berfirman,

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ

Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.” (Qs. al-Baqarah: 235).

Dia -عَزَّ وَجَلَّ- juga berfirman,

وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَلِيمًا

Dan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.” (Qs.al-Ahzab: 51).

Artinya adalah, Yang tidak menyegerakan hukuman bagi hamba-hamba-Nya kerena dosa-dosa dan maksiat mereka. Allah -عَزَّ وَجَلَّ- melihat hamba-hamba-Nya kufur dan durhaka kepada-Nya, tetapi Dia -عَزَّ وَجَلَّ- bersifat santun terhadap mereka dan menangguhkan, Dia -عَزَّ وَجَلَّ- mengamati dan menunda serta tidak menyegerakan. Bahkan Dia -عَزَّوَجَلَّ- masih terus saja melimpahkan berbagai kenikmatan kepada mereka walaupun mereka sering durhaka serta banyak melakukan dosa dan kesalahan.

Dia -عَزَّ وَجَلَّ- bersikap santun dan tidak langsung membalas orang-orang yang bermaksiat lantaran perbuatan maksiat mereka. Dia -عَزَّ وَجَلَّ-memberikan tenggang waktu hingga mereka bertaubat dan tidak menyegerakan hukuman agar mereka mau kembali kepada Allah -عَزَّوَجَلَّ-.

Sikap santun Allah -عَزَّ وَجَلَّ- terhadap orang yang kufur dan durhaka kepada-Nya adalah dengan dasar ilmu, kekuatan, dan kekuasaan, bukan karena Dia -عَزَّ وَجَلَّ- lemah. Allah -عَزَّ وَجَلَّ- berfirman,

أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَكَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا

Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Qs. al-Fathir: 44).

Sungguh Allah -عَزَّ وَجَلَّ- telah mengabarkan tentang kesantunan-Nya terhadap orang-orang yang berbuat maksiat, dosa dan berbagai kezhaliman bahwasanya apabila Dia -عَزَّ وَجَلَّ- menyiksa mereka lantaran dosa-dosa mereka  satu demi satu, maka tentu saja tidak akan tersisa di muka bumi ini satu makhluk hidup. Sebagaimana firman-Nya,

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Jikalau Allah menghukum manusia karena kezhalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (Qs. an-Nahl: 61).

وَرَبُّكَ الْغَفُورُ ذُو الرَّحْمَةِ لَوْ يُؤَاخِذُهُمْ بِمَا كَسَبُوا لَعَجَّلَ لَهُمُ الْعَذَابَ بَلْ لَهُمْ مَوْعِدٌ لَنْ يَجِدُوا مِنْ دُونِهِ مَوْئِلًا

Dan Rabbmulah Yang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung daripadanya.” (Qs. al-Kahfi: 58).

Meskipun ada kesyirikan dari mereka terhadap Allah -عَزَّ وَجَلَّ-, mereka terperosok ke dalam perbuatan yang dapat menimbulkan murka-Nya, bahkan semangat menyelisihi-Nya, memerangi agama-Nya atau memusuhi para wali-Nya, tetapi masih saja Dia -عَزَّ وَجَلَّ- bersikap santun kepada mereka, membawakan aneka ragam kebaikan untuk mereka, memberi rizki dan memaafkan mereka. Sebagaimana dalam ash-Shahih  dari hadits Abu Hurairah -semoga Allah meridhainya- yang Rasulullah -صلى الله عليه وسلم- riwayatkan dari Rabbnya,  bahwasanya Dia -عَزَّ وَجَلَّ- berfirman,

يَشْتِمُنِي ابْنُ آدَمَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَشْتِمَنِي وَيُكَذِّبُنِي وَمَا يَنْبَغِي لَهُ أَمَّا شَتْمُهُ فَقَوْلُهُ إِنَّ لِي وَلَدًا وَأَمَّا تَكْذِيبُهُ فَقَوْلُهُ لَيْسَ يُعِيدُنِي كَمَا بَدَأَنِي

Anak keturunan Adam mencela-Ku, dan tidak sepatutnya ia mencela-Ku, dan dia mendustakan-Ku, dan tidak sepatutnya hal itu baginya. Adapun celaannya adalah ucapannya, Sesungguhnya Aku memiliki anak. Sedangkan pendustaannya adalah perkataannya, Dia (Allah) tidak dapat mengembalikanku sebagaimana Dia telah menciptakanku.  

Di dalam ash-Shahihain dari hadits Abu Musa al-Asy’ari -semoga Allah meridhainya- dari Nabi -صلى الله عليه وسلم-, beliau bersabda,

لَيْسَ أَحَدٌ أَوْ لَيْسَ شَيْءٌ أَصْبَرَ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ إِنَّهُمْ لَيَدْعُونَ لَهُ وَلَدًا وَإِنَّهُ لَيُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ

“Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatupun yang lebih sabar dengan gangguan yang ia dengar daripada Allah, sesungguhnya mereka berseru bahwa Allah memiliki anak, namun Dia masih saja memaafkan mereka dan memberikan rizki kepada mereka.”

Ibnul Qayyim –semoga Allah merahmatinya- berkata, “Meskipun Allah -عَزَّ وَجَلَّ- dicela dan didustakan seperti itu, tetapi tetap saja Dia -عَزَّ وَجَلَّ-memberi rizki kepada orang yang mencela dan mendustakan-Nya dan juga memaafkannya, membelanya, mengajaknya untuk masuk ke Surga-Nya, menerima taubatnya apabila ia bertaubat kepada-Nya, Dia -عَزَّ وَجَلَّ- mengganti keburukannya dengan kebaikan, berbuat lemah lembut kepadanya pada setiap keadaan, mempersiapkannya untuk menerima risalah para rasul-Nya, dan Dia -عَزَّ وَجَلَّ- menyuruh pada rasul-Nya untuk berlemah lembut dalam berbicara dan bersikap kepadanya.” (Syifa-ul ‘Alil, juz 2, hal. 653).

Di antara contohnya adalah, sikap santun Allah -عَزَّ وَجَلَّ- kepada Fir’aun yang begitu dahsyat kezhaliman dan keangkuhannya di bumi ini, serta kerusakan yang telah ia perbuat terhadap makhluk. Allah -عَزَّ وَجَلَّ- berfirman,

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى . فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Qs. Thaha: 43-44).

Contoh yang lainnya adalah sikap santun Allah -عَزَّ وَجَلَّ- terhadap orang-orang yang menyandarkan anak kepada-Nya, Dia -عَزَّ وَجَلَّ- menyeru mereka untuk bertaubat dan membukakan bagi mereka pintu-pintu taubat. Allah -عَزَّ وَجَلَّ- berfirman,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ . أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Ilah yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. al-Maidah: 73-74).

Contoh yang lainnya adalah sikap santun Allah -عَزَّ وَجَلَّ- terhadap Ashabul Ukhdud -mereka adalah sekumpulan orang-orang kafir-, dahulu bersama mereka ada kaum yang beriman, lalu orang-orang kafir itu merayu mereka untuk masuk ke dalam agama mereka, tetapi mereka menolaknya. Oleh karena itu, orang-orang kafir itu membuat parit di tanah yang dikobarkan api di dalamnya. Kemudian mereka menguji orang-orang Mukmin dan membawa mereka di hadapan api. Barangsiapa yang ikut dengan mereka, maka ia akan dilepaskan dan barangsiapa yang menolak, maka mereka melemparkannya ke dalam api itu. Selain itu, hal ini adalah puncak peperangan terhadap Allah dan para wali-Nya yang beriman. Meskipun demikian, Dia -عَزَّ وَجَلَّ- menyeru mereka untuk bertaubat.

Allah -عَزَّ وَجَلَّ- berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيْقِ

Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka adzab Jahannam dan bagi mereka adzab (neraka) yang membakar.” (Qs. al-Buruj: 10).

Al-Hasan al-Bashri -semoga Allah merahmatinya- berkata, “Perhatikanlah kemuliaan dan kedermawanan tersebut, mereka telah membunuh para wali-Nya, tetapi Dia -عَزَّ وَجَلَّ- mengajak mereka untuk bertaubat dan memohon ampunan.” (Tafsir Ibn Katsir, juz 8, hal. 393).

Di antara sikap santun-Nya adalah Dia -عَزَّ وَجَلَّ- menahan langit agar tidak jatuh ke bumi dan Dia -عَزَّ وَجَلَّ- menahan keduanya (langit dan bumi) agar tidak bergeser meskipun begitu banyak dosa dan maksiat yang dilakukan keturunan Adam (manusia). Firman-Nya,

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap ; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Qs. Fathir: 41).

Al-‘Allamah Ibnu Sa’di -semoga Allah merahmatinya- berkata dalam menafsirkan ayat tersebut bahwa Dia -عَزَّ وَجَلَّ- mengabarkan tentang kesempurnaan kekuasaan-Nya, kesempurnaan rahmat-Nya, luasnya kesantunan dan ampunan-Nya. Bahwasanya Dia -عَزَّ وَجَلَّ- memegang langit dan bumi agar tidak bergeser, karena sesungguhnya apabila keduanya bergeser, maka tidak akan ada seorang pun dari hamba-Nya yang dapat menahan keduanya, dan begitu lemahnya kekuasaan dan kekuatan mereka untuk menahan keduanya. Akan tetapi Allah -عَزَّ وَجَلَّ- memutuskan agar keduanya masih tetap sebagaimana ketika diciptakan agar makhluk tetap dapat tinggal, memberi manfaat, dan mengambil pelajaran agar mereka mengetahui keagungan dan kekuatan kekuasaan-Nya, sehingga dengan semua itu hati mereka dapat penuh dengan pengagungan, pemuliaan, kecintaan, dan agar mereka mengetahui kesempurnaan kesantunan dan ampunan-Nya dengan menangguhkan orang-orang yang berdosa dan tidak segera menyiksa orang-orang yang berbuat maksiat. Padahal seandainya Allah -عَزَّ وَجَلَّ-menurunkan perintah kepada langit, niscaya langit akan langsung menimpa mereka, dan andai saja Dia -عَزَّ وَجَلَّ- mengizinkan bagi bumi, niscaya bumi sudah menelan mereka. Akan tetapi, ampunan, kesantunan, dan kemuliaan-Nya begitu luas bagi mereka. Firman-Nya,

إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Qs. Fathir: 41).

Allah -عَزَّ وَجَلَّ- telah menyebutkan nama-Nya اَلْحَلِيْمُ (al-Halim, Maha Penyantun) bersamaan dengan اَلْعَلِيْمُ al-‘Alim (Maha Mengetahui) pada firman-Nya,

 لَيُدْخِلَنَّهُمْ مُدْخَلًا يَرْضَوْنَهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَعَلِيمٌ حَلِيمٌ

Sesungguhnya Allah akan memasukan mereka ke dalam suatu tempat (Surga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.” (Qs. al-Hajj: 59).

Dia -عَزَّ وَجَلَّ- juga menyebutkan nama-Nya tersebut (اَلْحَلِيْمُ al-Halim, Maha Penyantun) bersamaan dengan nama-Nya اَلْغَنِيُّ (al-Ghani, Maha Kaya), dalam firman-Nya,

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Qs. al-Baqarah: 263).

Selain itu, Allah -عَزَّ وَجَلَّ- juga menyebutkan nama-Nya ini ( اَلْحَلِيْمُ al-Halim, Maha Penyantun), bersamaan dengan nama-Nya اَلشَّكُوْرُ (asy-Syakur, Maha Pembalas Jasa) pada firman-Nya,

إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.” (Qs. at-Taghabun : 17)

Allah -عَزَّ وَجَلَّ- juga menyebutkan nama-Nya ini ( اَلْحَلِيْمُ al-Halim, Maha Penyantun), bersamaan dengan nama-Nya اَلْغَفُوْرُ (al-Ghafur, Maha Pengampun) pada firman-Nya,

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ

Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu ; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (Qs. al-Baqarah: 235).

Ini semua membuktikan bahwa kesantunan-Nya yaitu dengan meliputi hamba-hamba dan amal-amal mereka, tidak butuh kepada mereka, maka tidak akan bermanfaat ketaatan orang yang berbakti dan tidak pula akan berbahaya bagi-Nya maksiat orang yang durhaka. Dengan bersyukur (membalas jasa), Dia -عَزَّ وَجَلَّ- bersyukur atas amalan yang sedikit dan membalasnya dengan pahala yang agung. Dengan ampunan, maka Dia -عَزَّ وَجَلَّ- memaafkan orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya seagung apapun dosanya dan sebesar apa pun maksiatnya. Alangkah agungnya kesantunan-Nya, alangkah luasnya keutamaan-Nya, alangkah banyaknya pemberian dan karunia-Nya. Oleh karena itu, bagi-Nya semata segala pujian sebagai rasa syukur dan bagi-Nya semata karunia sebagai keutamaan dengan pujian yang melimpah, baik, dan penuh berkah sebagaimana apa yang dicintai dan diridhai Rabb kita. Wallahu A’lam.

 (Redaksi)

 

Sumber:

Fikih Asma’ul Husna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad Al-Badr.