Di antara masalah sulit, berat dan berbahaya bagi umat adalah diangkatnya al-Qur’an yang agung dari mushaf dan hafalan, sehingga tidak tersisa satu ayat pun, tidak di mushaf, tidak pula di dalam hafalan. Hal ini terjadi di akhir zaman sebagai salah satu tanda Kiamat dan sebagai pengantar terjadinya Kiamat.

Dari Hudzaefah bin al-Yaman berkata, Rasulullah saw bersabda, “Islam akan terkikis seperti terkikisnya motif dari baju, sehingga tidak diketahui apa itu puasa, shalat, haji dan sedekah. Dan kitabullah akan diangkat dalam semalam sehingga tidak tersisa satu ayat pun darinya. Yang tersisa adalah beberapa kalangan manusia. Orang lanjut usia berkata, â€کKami mendapatkan nenek moyang kami di atas kalimat ini La Ilaaha Illallah, maka kami mengucapkannya’.â€‌

Shilah bin Zufar berkata kepada Hudzefah bin al-Yaman, “Apakah La Ilaaha Illallah berguna bagi mereka, sementara mereka tidak mengenal shalat, puasa, haji dan sedekah?â€‌ Hudzefah berpaling darinya. Kemudian Shilah mengulanginya lagi sampai tiga kali, dan Hudzefah juga berpaling tiga kali. Kemudian setelah kali yang ketiga Hudzefah memandangnya dan berkata, “Wahai Shilah, ia menyelamatkan mereka dari mereka.â€‌ Ia diucapkan oleh Hudzefah tiga kali. (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim, dia menshahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi).

Diangkatnya al-Qur’an yaitu dengan diambilnya al-Qur`an dari hafalan dan mushaf. Adapun yang pertama, maka hal itu terjadi dengan tidak dihafalkannya al-Qur’an, tidak dipelajari dan tidak direnungkan makna-maknanya serta tidak lagi diamalkan. Karena mengetahui al-Qur’an tanpa amal tidak berguna apa pun, bahkan merupakan penyebab ia dilupakan, dihapus dari hafalan dan dikufuri, oleh sebab itu Allah swt menekankan segi pengamalan al-Qur’an bahkan Dia mengkatagorikan sikap tidak mengamalkannya dan orang yang hanya mengamalkan sebagian Al-Qur’an sebagai orang yang kufur terhadap semua Al-Qur’an.
Firman Allah, “Pegang teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya.â€‌ (Al-Baqarah: 63). Ayat ini adalah dalil yang pasti atas orang-orang yang membaca al-Qur’an tetapi mereka tidak mendapatkan bagian apapun kecuali melagukan lafadz-lafadz, menggoyang-goyangkan kepala dan badan, hati mereka tidak tersentuh sama sekali oleh al-Qur’an, oleh karena itu amal mereka tidak sesuai dengannya, mereka ini lebih buruk dari mereka yang tidak membaca al-Qur’an.

Nabi saw telah memprediksi munculnya para qari seperti ini di akhir zaman. Mereka membaca al-Qur’an dengan disesuaikan menurut irama lagu-lagu, mereka membaca al-Qur’an tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka tergesa-gesa dan membacanya seperti dikejar setan dan mereka mengambil imbalan dunia atas al-Qur`an karena mereka tidak mengharapkan wajhullah dan hari Akhirat.

Di sebagian negara perkaranya sampai pada tingkat di mana para guru al-Qur’an mengajarkan al-Qur’an kepada para qari’ lagu al-Qur’an dengan diiringi alat musik. Seorang murid tajwid tidak mungkin memperoleh ijazah kecuali dengan cara ini. Naudzubillah.

Ini adalah fenomena yang nyata tidak terbantahkan, ia merupakan salah satu tanda kebenaran kenabian Muhammad saw di mana beliau telah menyatakannya empat belas abad yang silam, padahal tujuan di turunkannya kitab Ilahi ini adalah agar ia diamalkan setelah sebelumnya dipahami.

Meninggalkan beramal dengan kitabullah berarti meliburkan ibadah di bumi dan kembali kepada kesyirikan yang lebih buruk dari syirik penyelewengan serta titik awal diangkatnya Al-Qur’an dari mushaf dan hafalan. Wallahul Musta’an.