Allah Ta’ala berfirman:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (56) وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا (57)

Artinya :”Dan ceritakanlah (Muhammad), Kisah Idris di dalam kitab(Al-Qur’an). Sesungguhnya dia orang yang sangat jujur dan seorang Nabi, dan kami telah menganngkatnya kemartabat yang tinggi.” (QS.Maryam: 56-57)

Berkata Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam menafsirkan Ayat diatas Allah berfirman Yang maha tinggi namaNya,“Ceritakan wahai Muhammad di dalam kitab kami ini (al-Qur’an) tentang Idris sesungguhnya dia seorang yang (Shiddiq) tidak berkata dusta, (juga dia seorang) Nabi yang kami wahyukan kepadanya dari perintah kami apa yang kami kehendaki. Dan kami telah mengangkatnya kemartabat yang tinggi yaitu kepada seutu tempat kedudukan yang luhur dan tinggi. Berkata sebagian mereka (Para mufasirin) dia diangkat kelangit keenam dan yang lainya berpendapat diangkat kelangit yang ke empat.
Berkata Imam al-Baidhowi, “Dia Adalah (idris) cucunya Syits dan kake Abi Nuh A’lahimush-Shalaatu wassalam.

Juga berkata Imam Al-Baghawi, “Dia adalah kake Abi Nuh (bapaknya nabi Nuh) namanya “Akhnukh” di namai Idris karena banyaknya darsul kutub (mempelajari kitab-kitab). Dan dia adalah tukang jahit (pakaian) dan dia yang pertama kali menulis dengan pena dan yang pertama menjahit pakaian dan yang menggunakan jarum dan dahulu orang-orang sebelumnya mengenakan pakaian dari kulit-kulit (binatang) dan dia yang pertama kali membilin senjata , dan memerangi orang-orang kafir dan yang pertamakali melihat (mengamati) ilmu astronami dan ilmu bilangan (matematika). … dan Anas bin Malik telah meriwayatkan dari Malik Bin Sha’sha’ah dari Nabi shallallahu a’lahi wasalam,“Bahwasanya beliau melihat Idris ‘alahi salam para malam Isra mi’raj dilangit yang keempat.” (Potongan dari hadits panjang yang diriwayatkan al-Bukhari 7/201-202 dan Muslim 1/149-151). Berkata Ibnu Katsir,- “Maka Idris alaihisalam- sungguh Allah telah memujinya dan mensifatinya dengan (Nubuwah) kenabian dan (Shiddiqiyah) kejujuran. Dan dia inilah Khanukh dan dia masih dalam jajaran nasab rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam (dia masih termasuk kakek moyangnya rasulullah shallallahu ‘alaihi salam) berdasarkan pada yang disebutkan salah seorang ulama nasab.

Adapun Firman Allah:

وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

(dan kami telah mengangkatnya kemartabat yang tinggi) sebagaimana terdapat di dalam shahihain didalam daris al-Isra:

أن رسول الله صلى الله عليه و سلم مر به وهو في السماء الرابعة

Artinya: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasalam melewatinya (Nabi Idris) dan dia dilangit keempat.”

Ada sebagian orang menyangka bahwa Idris beliau belum ada sebelum Nabi Nuh bahkan yang benar (menurut mereka) beliau ada pada zaman Bani Israil.

Berkata al-Bukhari: “diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas: Bahwasanya Nabi Ilyas dialah Nabi Idris, dan mereka berlandaskan dalam hal tersbut dengan apa yang terdapat di dalam hadits az-Zuhri dari Anas di dalam masalah al-Isra: “Bahwasanya beliau tatakala melewatinya (Nabi Idris) alaihi salam –dia berkata kepadanya: Marhaban (selamat datang) bagi al-Akh (Saudaraku) yang shalih dan Nabi yang shalih: beliau (nabi Idris ) tidak mengucapkan sebagaimana yang diucapkan Adam dan Ibrahim: Marhaban (selamat datang) bagi Nabi yang shalih dan Putra yang shalih. Merekanberkata, “jika seandainya beliau (Idris) termasuk jajaran nasabnya (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam) tentu dia akan mengatakan kepadanya sebagaiman yang dikatakan keduanya (Adam dan ibrahim ‘alaihimassalam) kepadanya.

Hal ini tidak menunjukan harus seperti itu, karena terkadanh rawi tidak menghapalnya secara baik, atau kemungkinan dia (Idris alaihi salam) mengatakannya sebagai bentuk merendah dan tawadhu’ dia tidak mendudukan dirinya sebagai orang tua sebagai mana Adam bapaknya manusia, dan Ibrahim yang dia adalah merupakan Khalilur-Rahman dan dialah pembesar Ulul ‘azmi setelah Muhammad semoga shalawat Allah terlimpah kepada mereka.

(Abu Jabal)

Maraji’:
-Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag.
-Tafsir Ath-Thabari (Syamilah)
-Tafsir Al-Baidhawi (Syamilah)
-Tafsir Al-Baghawi (Syamilah)
-As-Shahih al-Muntaqa Min Qishashil Anbiya Libni Katsir.