Dalam tabiat manusia telah tertanam kecenderungan untuk melebihi sesamanya. Tak ada seorang pun yang meninginkan dirinya diungguli oleh orang lain. Jika ia merasakan sesuatu yang bisa menurunkan martabatnya di mata manusia, ia dengan sekuat tenaga akan menutupinya agar tidak jatuh martabatnya. Orang yang menjaga harkat dan martabat dirinya tetap berusaha agar orang lain tidak menaruh rasa kasihan ataa apa yang sedang diderita dan ditanggungnya. Orang yang salki akan berpura-pura bersabar agar orang-orang yang sehat tidak mencemoohnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, tatkala datang ke mekah dan saat itu beliau diserang penyakit panas, berkata kepada sahabat-sahabatnya,
”Allah akan mengasihi orang-orang yang menunjukkan keteguhan jiwa, mereka (seakan) berlari-lari kecil (menyogsong datangnya rahmat Allah).”
Beliau mengatakan hal itu agar musuh-musuhnya tidak mencemoohnya tatkala para sahabat merasa lemah dalam melakukan sa’i.

Orang-orang meminta izin untuk masuk ke kamar Mu’awiyah yang saat itu sedang menyambut ajalnya. Dia berkata kepada keluarganya,”Dudukkan aku!”Dia lalu duduk dengan sempurna untuk untuk menampakkan diri bahwa dia sehat-sehat saja. Tatkala para penjenguknya keluar, dia berkata,

Telah kuperlihatkan ketegarannku kepada mereka yang mungkin saja mencemooh.
Bahwa aku sama sekali tak gentar menghadap goncangan zaman yang kuat.
Kala kematian telah mencengkeramkan kuku-kukunya yang tajam
takkan ada apapun yang sanggup menghalangi kekejamannya.

Orang yang cerdas akan senantiasa memperlihatkan kegagahan dan ketegarannya saat menghadapi beragam musibah, kefakiran dan bencana. Hal itu penting agar ia tidak mengangguk cemoohan dari musushnya setiap kali musibah datang. Merka akan tampak kaya di depan musuh dan akan tampak sehat meskipun sakit.

Jika seseorang mampu menjaga diri tetap berada dalam kebaikan, ia akan selamat dari pandangan tajam manusia yang dapat memberinya mudharat/bahaya. Oleh karena itu, hendaklah seseorang selalu menampakkan yang baik-baik agar ia selamat dari kesan negative.

Berhati-hatilah, janganlah terlalu berlebihan dalam menampakkan nikmat, sebab di sana banyak mata-mata jahat yang siap mengintai.

Nabi Ya’qub ‘alahisallam berpesan kepada anak-anaknya, sebagaiman dikisahkan dalam Al-Quran,

janganlah kalian masuk dari satu pintu, namun masuklah dari pintu-pintu yang berbeda-beda (Yusuf:67)

Ya’qub alahisallam khawatir banyaknya mata-mata jahat yang akan menimbulkan kesulitan pada diri anak-anaknya.

Sumber:Shaidul Khathir,Imam Ibnul Jauziy,( Edisi Indonesia)Pustaka Maghfirah.
Disadur oleh Abu Yusuf Sujono