Bangkit dari sujud sampai mushalli beri’tidal dalam posisi duduk termasuk rukun shalat, Nabi saw bersabda kepada laki-laki yang shalat dengan tidak baik,

ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا

“Kemudian bangunlah (dari sujud) sampai kamu berthuma`ninah dalam keadaan duduk.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Nabi saw bersabda, “Tidak sempurna shalat seseorang sehingga … dia sujud sampai persendian-persendiannya tenang, kemudian mengucapkan, ‘Allahu Akbar’ dan mengangkat kepalanya sehingga dia duduk dengan lurus.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shifah Shalah an-Nabi saw).

Rukun 8: Duduk di antara dua sujud

Dengan posisi duduk seperti duduk tasyahud awal, yaitu membentangkan telapak kaki kiri di bawah tempat duduknya dan dia duduk di atasnya serta menegakkan telapak kaki kanannya seraya menghadapkan jari-jarinya ke arah kiblat. Terkadang Nabi saw menegakkan kedua telapak kakinya (sambil merapatkan keduanya) dan duduk di atas tumitnya. (Shifah Shalah an-Nabi saw).

Kewajiban thuma`ninah dalam duduk ini

Sabda Nabi saw,

ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا

“Kemudian bangunlah (dari sujud) sampai kamu berthuma`ninah dalam keadaan duduk.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Aisyah berkata, “Apabila Nabi saw mengangkat kepalanya dari sujud maka beliau tidak sujud kembali sebelum duduk dengan lurus.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Terkadang Nabi saw memperlama duduk di antara dua sujud sehingga seseorang berkata, “Telah lupa.” Yakni telah lupa bahwa dia sedang duduk di antara dua sujud.

Dari Tsabit al-Bunani dari Anas bin Malik berkata, “Sesungguhnya aku shalat dengan kalian sebaik-baiknya sebagaimana Rasulullah saw shalat dengan kami.” Tsabit berkata, “Anas melakukan sesuatu, aku tidak melihat kalian melakukannya, jika dia mengangkat kepalanya dari ruku’ maka dia berdiri dengan tegak sehingga seseorang berkata, ‘Dia telah lupa.’ Dan jika dia mengangkat kepalanya dari sujud maka dia berdiam diri sehingga seseorang berkata, ‘Dia telah lupa.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Rukun 9: Thuma`ninah

Thuma`ninah di setiap rukun termasuk rukun shalat, tanpanya shalat tidak sah. thuma`ninah berarti ithmi`nan, tenang dengan membiarkan anggota tubuh kembali ke posisinya dan mushalli bisa membaca apa yang mesti dibaca dengan baik tidak tergesa-gesa.

Banyak dalil dari sunnah Rasulullah saw yang mewajibkan thuma’ninah dalam shalat, penulis telah hadirkan dalam pembahasan sebelumnya yaitu pada kewajiban Thuma`ninah dalam ruku’, bangkit dari ruku’, sujud dan duduk di antara dua sujud.

Rukun 10 dan 11: Tasyahud akhir dan duduknya

Cara duduk tasyahud ini adalah tawaruk sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Humaid as-Saidi berkata, “Jika Nabi saw duduk pada rakaat terakhir, beliau menyodorkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan beliau duduk di atas tempat duduknya.”

Adapun tentang tasyahud, ada beberapa lafazh yang shahih dari Rasulullah saw, salah satu yang terbaik adalah tasyahud Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Rasulullah saw mengajarkan tasyahud kepadaku, kedua telapak tanganku di antara kedua telapak tangannya, sebagaimana beliau mengajariku surat al-Qur`an,

التَّحِيَّاتُ للهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلىَ عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

“Segala penghormatan, shalawat dan kalimat baik adalah untuk Allah, semoga kesejahteraan terlimpahkan untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat dan keberkahanNya. Kesejahteraan semoga terlimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak di sembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Rukun 12: Shalawat kepada Nabi saw dalam tasyahud akhir

Para sahabat berkata kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, kami telah mengetahui bagaimana kami mengucapkan salam kepadamu –Yakni dalam tasyahud- bagaimana kami bershalawat kepadamu?” Beliau menjawab, “Ucapkan,

اللهم صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . اللهُمَّ بَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

“Ya Allah bershalawatlah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung. Ya Allah limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan kepada kelurga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Rukun: 13: Salam

Sabda Nabi saw,

مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُوْرُ، وَتَحْرِيْمُهَا التَّكْبِيْرُ، وَتَحْلِيْلُهَا التَّسْلِيْمُ

Kunci shalat adalah bersuci, tahrimnya adalah takbir dan tahlilnya adalah taslim.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan al-Hakim dari Ali bin Abu Thalib, al-Hakim menshahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi, dishahihkan pula oleh Syaikh al-Albani dalam Shifah Shalah an-Nabi saw).

Syaikh al-Albani berkata, “Nabi saw salam ke kanan, ‘Assalamu alaikum wa rahmatullah’ sampai putih pipi kanannya terlihat, dan beliau salam ke kiri, ‘Assalamu alaikum wa rahmatullah’ sampai putih pipi kirinya terlihat. Terkadang dalam salam pertama (ke kanan) beliau menambah, ‘Wa barakatuh.’ Terkadang beliau hanya mengucapkan, ‘Assalamu alaikum’ untuk salam ke kiri. Terkadang pula beliau hanya salam satu kali ke kanan saja.”( Shifah Shalah an-Nabi saw). Wallahu a’lam.
(Izzudin Karimi)