Beliau adalah Abu Abdillah Hamud bin ‘Abdillah bin Hamud bin Abdurrahman At-Tuwaijiri, berasal dari suku Bakr bin Wail, sebuah marga dari daerah Rabi’ah, Arab Saudi. Lahir di kota Al-Majma’ah pada hari Jum’at 15 Dzulhijah 1334 H (15 Oktober 1913). Ayahnya meninggal saat beliau berusia 8 tahun.

Masa Menuntut Ilmu

Sejak kecil, Asy-Syaikh Hamud telah belajar membaca kepada Asy-Syaikh Ahmad As-Sani’, tahun 1342, beberapa hari setelah kematian ayahnya. Beliau belajar dasar-dasar membaca dan menulis dan berhasil menghafal Al-Qur’an pada usia 11 tahun. Juga belajar kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Kemudian belajar kitab Al-Fiqhul Al-Akbar kepada Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Abdul Azizi Al-Anawi, Qadhi daerah Al-Majma’ah. Asy-Syaikh Hamud berhasil menguasai kitab tersebut pada usia 13 tahun.

Di usia yang ke-13 itu, Asy-Syaikh Hamud belajar berbagai bidang ilmu, di antaranya Tafsir, Hadits, Tauhid, Fiqih, Bahasa Arab, Sejarah, dan lainnya. Sejumlah naskah (kitab) telah beliau hapalkan. Beliau mendapatkan ijazah usai membaca kitab Shahih Bukhari, kitab-kitab Sunan dan Musnad, kitab-kitab karya Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyyim. Selanjutanya belajar Bahasa Arab dan ilmu faraid kepada Al-‘Allamah Muhammad bin Abdul Muhsin Al-Khayyal, Qadhi Madinah dan mempelajari ilmu yang sama kepada Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Humaid, Qadhi Al-Majma’ah.

Perjuangan Beliau dalam Dakwah

Tahun 1368 H (1949 M) Asy-Syaikh Hamud diangkat menjadi Qadhi untuk daerah Rahimah dan Ra’s At-Tannurah, kawasan bagian timur Saudi Arabia selama enam bulan. Beliau kemudian mengambil alih tugas Qadhi daerah Az-Zulfi dari tahun 1368 H sampai 1372 H (953 M). Selanjutnya beliau minta izin untuk berhenti menjadi Qadhi karena ingin beraktifitas di dunia akademik. Beliau kemudian mengajar di Ma’had Al-Ilmiyyah Ibban, di Ma’had Syari’ah, di Universits Islam Madinah dan juga bekerja di Darul Ifta. Namun beliau akhirnya melepas semua tugasnya karena ingin berkonsentrasi belajar, melakukan penelitian, dan juga menulis.

Asy-Syaikh Hamud kembali menggeluti ilmu-ilmu syari’at, dan di antara salah satu bentuk aktivitas beliau adalah membuat karya tulis dimana karya tulis beliau kini telah tersebar luas dan diterima dengan baik oleh pelajar maupun para ulama. Tulisan-tulisan beliau mendapat pengakuan dari sejumlah ulama, diantaranya Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh, Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Muhammad Al-Humaid, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz dan Asy-Syaikh ‘Abdurrazzak Afifi. Tulisan-tulisan beliau meliputi berbagai topik, seperti aqidah, hukum, adab, dan suluk.

Aktivitas Menulis Beliau

Asy-Syaikh Hamud adalah seorang ulama yang sangat menentang ideologi atheis. Dengan penanya beliau membuat bantahan terhadap mereka dalam rangka membela Sunnah dan aqidah Ahlussunah wal Jama’ah. Bantahan yang beliau tulis di antaranya ada yang berbentuk buklet, artikel dan jurnal baik nasional maupun internasional. Beliau telah membuat 50 tulisan, 40 di antaranya telah dipublikasikan, seperti,
– Bantahan Kuat untuk Pelaku Dosa Besar (ditujukan bagi para penyerang kitab Shahih Bukhari).
– Akhir yang Keras dan Tajam bagi para Penentang Kitab, Sunnah dan Ijma’ (ditujukan bagi orang-orang yang membolehkan bemuamalah dengan riba).
– Penjelasan bahwa Allah Tinggi di Atas Makhluk-Nya.
– Anjuran yang Kuat untuk Berbuat Baik dan Mencegah Kemungkaran.
– Keyakinan Sebagian Orang Tentang Penciptaan Adam di Atas Gambar Ar-Rahman.
– Penjelasan tentang Sejumlah Persoalan dimana Sejumlah Orang telah Salah Berkaitan dengan Syubhat Orang-orang Musyrik. (judul-judul ini bukan judul asli dalam versi Indonesia, tetapi hanya terjemahan makna judul-judul dalam bahasa Arab saja-red)
Asy-Syaikh Hamud juga membuat komentar untuk beberapa kitab.

Murid-murid Beliau

Beliau hanya memiliki beberapa orang murid disebabkan tugas-tugas yang pernah diemban sebagaimana telah disebutkan di atas. Di antara mereka adalah ‘Abdullah Ar-Rumi, ‘Abdullah Muhammad Hamud, dan Natsir At-Tariri. Sementara putra-putra beliau: ‘Abdullah, Muhammad, Abdul aziz, Abdul Karim, Shalih, dan Ibrahim banyak menimba ilmu dari beliau, meneruskan apa yang telah dikerjakan ayahnya dan mereka benar-benar telah menguasai pekerjaan ayahnya.

Kepribadian Beliau

Asy-Syaikh Hamud dikenal sebagai ulama yang berakhlak mulia. Gaya berbicara beliau pelan-pelan namun berwibawa, tidak banyak bicara namun penuh dengan makna dan keseriusan. Beliau memiliki jiwa ksatria, tidak temperamental dan merupakan orang yang senang bercengkrama dengan anak-anak dan anggota keluarganya yang lain. Asy-Syaikh Hamud senantiasa bersikap mudah kepada mereka, tidak membeda-bedakan, dan bersikap adil terhadap anggota keluarga yang laki-laki maupun perempuan. Sikap adil ini telihat ketika beliau telah tiada dimana tidak ada satu pun putra beliau yang bisa mengklaim dirinya sebagai orang yang lebih dicintai dibanding yang lain. Perhatian dan kecintaan beliau terhadap kaum wanita terlihat dari pembicaraan-pembicaraan dan tingkah laku beliau.

Beliau banyak memberikan nasehat melalui amalan yang beliau lakukan baik dalam berbicara maupun berbuat. Asy-Syaikh Hamud tidak pernah menolak nasehat meskipun dari anak beliau yang paling muda. Beberapa kali beliau melakukan koreksi terhadap apa yang telah beliau tulis, meninggalkan sesuatu yang sebelumnya beliau kerjakan, mengerjakan sesuatu yang sebelumya beliau tinggalkan, dimana semua itu dilakukan setelah beliau mendapat nasehat dari orang lain. Asy-Syaikh Hamud senantiasa menegakkan aturan-aturan Allah kapanpun beliau menemukan dalilnya di dalam Kitab dan Sunnah dan tidak pernah meletakkannya di belakang perkataan teman atau pendapat seorang ulama. Beliau memiliki sikap sebagaimana apa yang dikatakan Al-Imam Asy-Syafi’i, bahwa ketika beliau mendapatkan dalil yang kuat dari Al-Kitab dan Sunnah maka beliau tidak akan meninggalkannya. Beliau selalu berusaha untuk kembali kepada kebenaran ketika bebuat salah. Seorang ulama ahli hadits masa ini, Asy-Syaikh Muhamad Nasiruddin Al-Albani telah memberikan pujiannya kepada Asy-Syaikh Hamud, menyatakan kecintaannya dan penghormatannya kepada beliau.

Asy-Syaikh Hamud At-Tuwaijiri memiliki sikap mudah marah karena Allah yaitu ketika melihat orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya ataupun kepada para penentang Sunnah dan pembuat bid’ah. Beliau sangat cinta kepada kebenaran dan tidak ada tempat sedikitpun bagi para penghina Sunnah (dengan perbuatan bid’ahnya) mampu menjadi penghalang bagi beliau. Asy-Syaikh Hamud akan melakukan perlawanan kepada mereka dengan lisan dan penanya. Beliau adalah juga ulama yang memilki rasa percaya diri kuat, yang tidak mudah meminta bantuan meski kepada orang-orang yang dekat dengan beliau.

Ibadah Beliau

Asy-Syaikh Hamud adalah ulama yang banyak beribadah kepada Allah, menghabiskan hari-harinya untuk belajar dan melakukan penelitian sampai senja bahkan menghabiskan waktunya di hari-hari terakhir beliau. Sehabis Shalat Dzuhur, beliau biasa melakukan tidur siang sebentar. Dan pada sepertiga malam yang terakhir, kebiasaan beliau adalah bangun untuk melakukan shalat Tahajjud baik ketika di rumah maupun sedang safar. Beliau tidak pernah meninggalkan kebiasaan ini meskipun sedang sakit. Beliau pun tidak pernah meninggalkan shalat Witir sampai beliau wafat. Semoga Allah merahmati beliau.

Asy-Syaikh Hamud secara rutin melakukan puasa tiga hari setiap bulan dan tidak pernah meniggalkannya sampai beliau tidak mampu lagi melakukannya yaitu di saat sakit menjelang kematian beliau. Beliau pun biasa melakukan puasa selama 10 hari pertama bulan Dzulhijah, puasa 6 hari di bulan Syawwal, puasa di bulan Syuro (Muharram-red) dan puasa sunnah lainnya.

Secara rutin beliau melakukan ibadah haji dan umrah. Bahkan beliau biasa umrah setiap tahun khususnya di bulan Ramadhan. Kebiasaan membaca Al-Qur’an juga beliau lakukan. Beliau mampu mengkhatamkan Al-Qur’an selama seminggu kecuali di bulan Ramadhan karena beliau mampu lebih cepat yaitu selama tiga hari. Bila shalat malam, beliau biasa membaca sampai 4 juz.

Sakit dan Kematian Beliau

Asy-Syaikh Hamud mulai jatuh sakit semenjak tiga tahun terakhir, namun beliau masih mampu menahannya sampai setahun terakhir ketika sakit beliau bertambah parah. Beliau dibawa ke rumah sakit sebanyak tiga kali dan pada kali yang terakhir hanya selama dua hari sebelum akhirnya beliau wafat. Selama sakit ini Asy-Syaikh Hamud senantiasa bersikap sabar sampai Allah menentukan kematian beliau pada hari Selasa, 5 Rajab 1413 H (30 Desember 1992 ). Semogga Allah merahmati beliau dan menempatkan beliau di surga-Nya, memasukkan beliau ke dalam golongan orang-orang yang beruntung dari kalangan para nabi, shidiqin, syuhada dan mukminin. Amin.

Jenazah beliau dishalatkan sesudah Shalat Dzuhur keesokan harinya di Masjid Ar-Rajihe, Riyadh dan beliau dimakamkan di pemakaman An-Nashim. Ribuan pelayat menghadiri pemakaman beliau dan memadati masjid, jalan-jalan utama dan jalan-jalan kecil. Diantara mereka adalah para da’i, ulama dan tokoh-tokoh terkemuka lainnya. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz mendoakan untuk Asy-Syaikh Hamud At-Tuwaijiri. Beliau wafat dalam usia 87 tahun, 6 bulan, 20 hari. Kita datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

(Sumber: Untaian Mutiara Kehidupan Ulama Ahlussunnah, Abu Abdillah Alercon dan lain-lain [www. Fatwaonline.com] dengan sedikit perubahan).