Cobaan terberat bagi seseorang adalah jika ia tidak merasa dirinya sedang mendapatkan cobaan, terlebih lagi jika ia sangat bergembira dengan cobaan itu. Misalnya perasaan bangga dengan harta yang haram dan terus-menerus melakukan dosa sementara ia tahui bahwaa itu adalah dosa. Mereka yang seperti itu tak akan terselamatkan oleh ketaatannya. Saya telah merenungkan keadaan sebagian ulama dan orang-orang mutazahhidin (orang yang pura-pura zuhud),mereka tidak merasa sedang mendapat cobaan. Kebanyakan mereka adalah orang yang sedang mengincar sebuah kursi kedudukan

Sebagian mereka tidak menerima dan bahkan marah jika kesalahan yang dilakukannya ditegur oleh orang lain. Sebagian tukang ceramah telah menyampaikan nasehat setengah hati sambil berpura-pura. Para mutazahid telah munafik dan selalu melakukan perbuatan riya. Cobaan pertama yang mereka terima adalah berpalingnya mereka dari kebenaran akibat kesibukannya dengan sesama makhluk. Adapun cobaan yang paling ringan bagi mereka adalah hilangnya kenikmatan dalam bermunajat dan kelezatan beribadah, kecuali orang mukmin dan mukminah yang benar-benar beriman, mereka tidak merasakan hal-hal tersebut. Allah menjaga mereka. Keadaan batin mereka seperti lahirnya, bahkan lebih jernih lagi. Apa yang tersembunyi dari mereka tidak berbeda dengan penampilan mereka. Semangat mereka pun tinggi laksana bintang, bahkan jauh lebih tinggi.

Jika dikenal, mereka menutup diri mereka, jika tampak kemuliaan mereka, malah diingkarinya. Ketika manusia manusia hanyut dalam kelalaiannya, mereka justru larut dalam kesadaran dan perenungannya. Mereka dicintai oleh setiap jengkal bumi ini, sedangkan Malaikat-malaikat langit membanggakannya. Kita memohon taufiq Allah subhanahu wa ta’ala bagi pengikut mereka, sambil kita memohon kepada Allah agar kita bisa mengikuti jejak mereka.

Sumber: Shaidul Khaatir, Imam Ibnul Jauzi (Edisi Indonesia) Pustaka Maghfirah hal.29.
Disadur oleh Abu Yusuf Sujono.