RENUNGAN

Setelah menjadi jelas bagi pembaca yang setia melalui tulisan pada lembaran-lembaran terdahulu keagungan Dinul Islam, universalitas dan keadilannya serta betapa mendesaknya kebutuhan manusia kepada Islam, barangkali masih ada unek-unek dan pertanyaan yang terlintas di dalam hati pembaca, seperti:

Apabila Islam dengan sedemikian keagungan, universalitas dan keadilannya, tetapi kenapa kita tidak melihat pemeluknya tidak menjadi bangsa yang terdepan pada abad ini? Dan kenapa kita melihat kebanyakan mereka tidak konsisten bahkan jauh dari tuntunan yang diajarkan Dinul Islam? Lalu, sejauh mana kebenaran tuduhan yang mengatakan bahwasanya Islam adalah agama ekstrim dan teroris?

Jawabnya sangat mudah sekali –Alhamdulillah-, dan itu dilihat dari berbagai aspek:

  • Sesungguhnya kondisi kaum muslimin pada abad-abad terakhir ini tidak mencerminkan dan tidak dapat dijadikan ukuran bagi hakikat Islam. Adalah suatu kezhaliman dan kepicikan bila menganggap kondisi kaum muslimin pada abad-abad terakhir ini sebagai cermin yang menggambarkan Islam, kemudian menyimpulkan bahwasanya Islam tidak membebaskan mereka dari kehinaan, perpecahan dan kemiskinan. Maka bagi siapa saja yang hendak mengetahui hakikat yang sebenarnya dengan adil dan obyektif maka seharusnya ia melihat Dinul Islam melalui referensi-referensinya yang shahih, yaitu Al-Qur’an Suci dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam (hadits-hadits) serta apa yang dipegang oleh para al-Salaf shalih (pendahulu ummat yang terbaik), dan hendaknya melihat kepada Islam melalui kitab-kitab yang berbicara tentang Islam secara adil dan berdasarkan ilmu, niscaya ia akan mengetahui bahwasanya Islam menyerukan kepada setiap kebaikan dunia dan akhirat, dan bahwasanya Islam mendorong (kita) untuk mempelajari ilmu-ilmu yang bermanfa’at, dan Islam juga menyerukan agar kita memperteguh kemauan dan persatuan. Kemudian, sesungguhnya penyimpangan-penyimpangan orang-orang yang berintisab kepada Islam (mengaku beragama Islam), sedikit ataupun banyak tidak bisa, dengan alasan apapun dan dengan serta-merta, menyalahkan Dinul Islam atau mencelanya karena hal tersebut, karena Islam suci dan bersih dari semua itu dan sebab-sebab penyimpangan semuanya kembali kepada diri mereka yang menyimpang, sebab Islam tidak mengajarkan yang demikian; Islam melarang mereka dan mengancam mereka dari penyimpangan dan perbuatan mengabaikan ajarannya.

    Kemudian, sesungguhnya keadilan itu sendiri menuntut dan mengharuskan agar (kita) melihat kepada kondisi orang-orang yang konsisten kepada Dinul Islam dengan sebenar-benarnya, kondisi orang-orang yang melaksanakan perintah dan ketentuan-ketentuannya terhadap diri mereka dan orang lain, karena yang demikian berarti meng-hargai dan menghormati Dinul Islam ini dan para pemeluknya. Islam sama sekali tidak mengabaikan perkara sekecil atau sebesar apapun jua, berupa bimbingan dan pengarahan melainkan diperintah-kannya, dan tidak pula mengabaikan suatu kehi-naan atau hal yang dapat menimbulkan kerusakan melainkan Islam mencegah dan menutup rapat pintunya. Maka dari itu, orang-orang yang mengagungkan kedudukan Islam dan mereka yang menegakkan syi’ar-syi’arnya berada pada level moral yang paling tinggi, berkepribadian luhur dan berakhlak mulia, yang diakui oleh orang dekat ataupun jauh dan oleh orang yang setuju ataupun penentang.

    Adapun hanya sekedar memperhatikan kondisi kaum muslimin yang mengabaikan ajaran agamanya yang melenceng dari jalannya yang lurus, sama sekali tidak adil, bahkan itu benar-benar kezhaliman.

  • Sesungguhnya ketertinggalan kaum muslimin disebabkan karena mereka menjauh dari agamanya. Kaum muslimin tidak tertingggal dan belum terting-gal dari bahtera peradaban dan mereka tidak terpecah belah serta tidak menjadi hina kecuali di kala mereka mengabaikan ajaran agamanya sendiri dan mereka lupa kepada sebagian besar dari apa yang telah diajarkan kepada mereka.

    Islam adalah agama kemajuan dan perkem-bangan. Dan ketika kaum muslimin berpegang teguh kepada agamanya dengan sebenar-benarnya, maka semua bangsa-bangsa yang ada di muka bumi tunduk kepada mereka dalam kurun waktu yang sangat panjang, dan di sana mereka mengibarkan panji hikmah, keadilan dan ilmu pengetahuan.

    Tidakkah bangsa-bangsa di muka bumi ini maju dan mengalahkan bangsa-bangsa lainnya dalam industri dan penemuan-penemuan yang sangat menakjubkan melainkan setelah akal mereka tercerahi oleh ilmu pengetahuan kaum muslimin sesudah Perang Salib.
    Bukankah bangsa-bangsa tersebut berada di dalam kurun yang mereka sebut dengan abad kegelapan di dalam dasar kebodohan dan Barbarianisme?

    Bukankah kaum muslimin pada saat itu menjadi pemimpin dunia?!

    Bukankah peradaban Islam merupakan peradaban gemilang yang sesungguhnya yang ruhnya adalah din (agama), keadilan dan kasih sayang, hingga naungan dan kebaikannya yang menyebar meliputi seluruh manusia hingga penentang dan musuh-musuhnya sekalipun?
    Maka apakah agama yang benar ini menjadikan kaum muslimin tertinggal?! Apakah agama Islam ini telah menjadi penghalang bagi mereka dari kemajuan yang hakiki?! Apakah kekafiran orang-orang kafir di masa kegelapan panjang mereka berguna bagi mereka di saat mereka hina lagi terabaikan?!

    Kemudian, setelah kaum muslimin lalai dalam berpegang kepada agamanya dan tidak lagi mela-kukan sebab-sebab yang dapat menghantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan akhirat, maka mereka dilanda oleh kehancuran dan kebinasaan.

    Kemudian, sesungguhnya kemajuan materil itu sendiri tidaklah cukup, ia harus disertai dengan agama yang hak yang selalu mensucikan jiwa dan meninggikan moral dan akhlak. Cobalah perhatikan bangsa-bangsa kafir pada abad ini, setelah mereka maju di bidang ilmu pengetahuan materi dan mengabaikan aspek spiritual, anda lihat mereka tergelimang di dalam dekadensi dan kesesatan. Maka apakah peradaban materil yang telah mereka raih itu telah berguna bagi mereka sedikitpun?!

    Tidakkah peradaban mereka dibangun di atas kezhaliman, kerakusan, kesewenang-wenangan, perbudakan dan mencengkram bangsa-bangsa yang lemah?

    Tidakkah pengkhianatan, pencurian, bunuh diri, pembunuhan dan berbagai penyakit jiwa, sex dan lain-lain tersebar di kalangan mereka?!

    Ini semua adalah bukti terbesar bahwasanya kemajuan materi akan berakibat buruk terhadap ahlinya apabila kosong dari agama yang hak yang padahal dengannya akan menyerap cahaya, jiwa menjadi bersih lagi suci.

  • Sesungguhnya tuduhan yang mengatakan bahwasanya Islam adalah agama ekstrim dan teroris adalah tuduhan yang ditolak dan tidak benar. Ini adalah murni berbuatan dusta dan mengada-ada, dan merupakan suatu upaya untuk menghalang-halangi (orang lain) menganutnya. Karena Islam adalah Dinurrahmah (agama kasih-sayang), lembut dan agama toleransi. Pedang terhunus di medan peperangan fisabillah yang diperintahkan Allah itu tidak ubahnya seperti alat bedah seorang dokter yang ia gunakan untuk membedah jasad pasien agar darah kotornya keluar hingga pasien dapat diselamatkan. Jihad di dalam Islam sama sekali tidak bertujuan penumpahan darah dan merenggut nyawa manusia. Sesungguhnya tujuannya adalah menegakkan Kalimatullah, menyelamatkan kemanusiaan dari penghambaan dan peribadatan kepada manusia dan menunjukkan mereka kepada peribadatan dan penghambaan kepada Rabb (Tuhan) mereka, agar mereka dapat hidup dengan mulia.

    Ummat Islam adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan ke dunia dan merupakan sebaik-baik ummat yang berjihad di jalan Allah hingga meraih kemenangan lalu berbelas-kasih, berkuasa dengan adil dan memimpin dunia lalu melepaskan kebebasan dari belenggunya maka terpancarlah sumber-sumber hikmah sesudah sebelumnya kering.

    Tanyakanlah kepada sejarah, karena ia telah dipenuhi oleh pelita yang memancarkan cahaya yang dapat menerangi orang-orang buta dan menyinari dunia sebagaimana planet-planet menembus kegelapan di langit.

    Lalu (tanyakan pula) apa yang telah dilakukan kaum muslimin terhadap musuh-musuh mereka dikala mereka meraih kemenangan? Apakah mereka takabbur, berkuasa semena-mena dan bertindak anarkhis? Dan apakah mereka menodai kehormatan, membunuh orang-orang jompo, kaum wanita dan anak-anak?

    Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam ketika menang melawan musuh-musuhnya yang sebelumnya telah menyakitinya dengan kejam lagi sadis? Tidakkah Nabi shallallahu ‘alahi wasallam mema’afkan mereka dan memberikan harta kekayaan dan sabyi (wanita-wanita tawanan) kepada mereka?

    Dan apa pula yang dilakukan kaum muslimin, ketika mereka menang melawan Kisra dan Kaisar Romawi? Apakah mereka melakukan pengkhianatan dan tipu muslihat? Apakah mereka mengganggu kaum wanita? Dan apakah mereka berbuat buruk terhadap para rahib dan pendeta yang berada di dalam biara-biara? Apakah mereka melakukan tindak kerusakan di muka bumi? Apakah mereka menghancurkan rumah-rumah dan merobohkan pohon-pohonan?!

    Apa yang dilakukan oleh Shalahuddin Al-Ayyubiy di kala menang melawan kaum salibis yang telah melakukan berbagai tindak kekejian terhadap kaum muslimin dan menyiksa mereka secara kejam?! Apa yang dilakukan oleh Shalahuddin terhadap mereka sesudah kemenangannya terhadap mereka?! Bukankah ia mema’afkan panglima mereka, mengobatinya dan membebaskan tawanannya?!

    Tindakan-tindakan mulia yang penuh dengan nilai luhur dan yang serupa dengannya sangat banyak tercatat di dalam sejarah muslimin, hal yang mempunyai pengaruh besar di dalam menumbuhkan rasa cinta orang kepada Islam dan masuk memeluk Islam dengan suka hati dan penuh keyakinan.

    Apakah non muslimin telah melakukan seperti itu? Apakah Barat telah memberikan contoh seperti itu?
    Jawabanya adalah apa yang pembaca saksikan dan dengarkan. Perhatikan, dari mana asal Hitler, Mosolini, Linin, Stalin dan para penjahat perang Serbia? Tidakkah Eropa yang telah melahirkan mereka dan banyak lagi setan-setan yang serupa dengannya yang telah melayangkan nyawa berjuta-juta manusia dan menimpakan berbagai malapetaka yang bertubi-tubi terhadap manusia dan kemanusiaan?

    Apakah mereka tidak dihitung sebagai para pelopor kebudayaan Eropa? Lalu jika demikian, siapa yang kejam, jahat lagi ganas dan sadis?! Siapa orang-orang ekstrim dan teroris yang sebenarnya?!
    Lalu siapa mereka yang telah membuat bom nuklir, bom atom, bom kimia, rudal-rudal pemusnah massa dan senjata-senjata berat penghancur itu!?

    Siapakah yang telah mencemari udara dengan cerobong-cerobong pabrik dan sungai-sungai dengan berbagai pencemaran dan perusak?
    Siapa yang menempuh berbagai cara-cara keji yang sama sekali jauh dari keadilan dan kemuliaan permusuhan.

    Siapa yang membuat wanita menjadi mandul? dan merampas (memeras) kekayaan dan kebebasan bangsa-bangsa lain?

    Siapa yang telah menaburkan dan menyebarluaskan penyakit AIDS? Tidakkah orang-orang Barat dan orang-orang yang sejalan dengan mereka?!

    Siapa yang telah memberikan dukungan kepada kaum Yahudi hingga berada pada puncak kesemena-menaan dan teroris?
    Itu semua adalah kenyataan yang sangat jelas, dan inilah teroris dan anarkisme.

    Adapun jihadnya kaum muslimin untuk merealisasikan kebenaran (al-haq) dan menumpas kebatilan serta untuk membela diri dan negeri mereka adalah bukan tindakan teroris, tetapi itulah keadilan yang sebenarnya.

    Sedangkan kesalahan yang terjadi dari sebagian kaum muslimin di dalam menempuh jalan hikmah dan keadilan adalah sedikit sekali dibandingkan dengan kekejaman orang-orang Barat, dan kesalahan itu pun kembali kepada diri orang yang salah dalam menempuh jalan hikmah, tidak kembali kepada agama atau kepada kaum muslimin.

    Dan kadang ada beberapa hal yang menyebabkan mereka (sebagian kaum muslimin) melakukan kesalahan pada saat-saat tertentu, seperti kezhaliman kaum kufar terhadap mereka, kadang melahirkan tindakan kurang sehat dari sebagian kaum muslimin.

    Demikianlah seharusnya sikap yang harus ditempuh oleh orang yang berakal lagi netral, yaitu melihat kepada semua perkara sebagaimana adanya, jauh dari kezhaliman, pemalsuan dan pandangan sempit.

    Sesudah itu semua, jika seseorang mempunyai keheranan (dari sesuatu tentang Islam), maka keheranannya itu berasal dari orang-orang Barat dan Amerika, dimana mereka belum menyingkap dan mengetahui hakikat Dinul Islam menurut apa yang mereka temukan. Padahal hakikat Dinul Islam lebih agung daripada apa yang telah mereka temukan, dan lebih menjamin bagi kebahagiaan yang sebenarnya daripada segala sesuatu yang telah mereka capai. Apakah mereka memang bodoh terhadap hakikat Islam yang sebenarnya?!

    Atau sesungguhnya mereka berpura-pura buta (menutup mata) dan menghalang-halangi orang lain dari padanya.