Meski tempat tinggal para calon jamaah haji selama di Makkah kini sudah lebih dekat dari pada musim haji sebelumnya, jamaah tetap mengeluhkan jarak pemondokan. Mereka banyak yang merasa, jarak sekarang masih terlalu jauh.

Bagi kami yang perempuan dan kaum ibu yang berusia lanjut, jarak pondokan kami ke Masjidil Haram masih jauh. Katanya sih kurang dari dua kilo meter, tapi kami merasa seperti tiga kilo meter. Pokoknya jauh,” kata Nur Aisyah, jamaah asal Belawan, Medan, di Makkah, Ahad (22/10/2011), dilaporkan laman Kemenag.

Aisyah yang tinggal di pemondokannya di Bakhutmah, mengatakan, setiap harinya untuk sekali jalan ke Masjidil Haram, harus menempuh waktu minimal satu jam lamanya. Waktu perjalanan selama ini diperlukan karena ia bersama jamaah lainnya pergi dengan berjalan kaki.

Menanggapi keluhahan para jamaah, Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Makkah, Arsyad Hidayat, mengatakan, angkutan umum memang tidak disediakan bagi jamaah yang tinggal kurang dari 2.000 meter dari Masjidil Haram. Ini sesuai dengan kebijakan pemerintah Arab Saudi. Untuk itu jamaah memang mau tidak mau mesti berjalan kaki bila hendak pergi ke Masjidil Haram.

“Kalau sekarang ada, angkutan itu milik pribadi orang Makkah saja. Angkutan umum resmi memang tak disediakan untuk jarak kurang dari dua kilometer,” kata Arysad.

Menurut dia, meski sekarang masih ada mobil omprengan, dalam jangka waktu dua tiga hari ke depan, angkutan umum seperti yang beroperasi di area Bakhutmah itu, akan percuma saja. Sebab, nantinya lalu lintas ke Masjidil Haram akan macet total. Jadi pergi berjalan kaki malah menjadi pilihan terbaik.(hdyt)