Kementerian Agama akan menggelar Sidang Isbat guna menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1432 Hijriyah pada Jumat, 28 Oktober nanti. Keputusan yang dihasilkan nantinya sekaligus akan digunakan sebagai acuan menentukan hari raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1432H.

Demikian disampaikan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag), Ahmad Jauhari, Selasa (25/10/2011).

Ia mengatakan sebelum sidang digelar pada hari itu, pada Kamis (27/10), pihaknya bersama sejumlah pakar hisab rukyat yang tergabung dalam Badan Hisab Rukyat (BHR) Kemenag melakukan rukyatul hilal atau pengamatan bulan baru di sejumlah titik.

Adapun hasil rukyat akan menjadi bahan rujukan utama isbat. “Laporan rukyat dihimpun sehari sebelumnya,” jelas Jauhari yang juga Kepala BHR itu.

Pengamatan itu, sebagaimana dimuat laman Kemenag, dilangsungkan di beberapa titik yang tersebar di sejumlah wilayah Tanah Air. Di antaranya Observatorium Hilal Lhok Nga, Aceh; Pekan Baru, Riau; Menara Timur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung; Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, Jawa Barat; Pos Observasi Bulan (POB) Bukit Bela-belu, Bantul, Yogyakarta; Mataram, Nusa Tenggara Barat; SPD LAPAN, Biak, Papua; Makassar, Sulawesi Selatan; Samarinda, Kalimantan Timur; Nusa Tenggara Barat; Pantai Gebang, Madura; SPD LAPAN Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Kepala Seksi Hisab Rukyat Kemenag, Nurkhazin, menambahkan, berbeda dengan sidang awal Ramadhan, penetapan awal 1 Dzulhijjah tidak dilaksanakan h-1 dari hari yang diprediksikan oleh perhitungan hisab. Diperkirakan, sesuai dengan prediksi hisab, 27 Oktober ialah akhir dari Dzulqa`dah dan Jumat (28/10) merupakan awal Dzulhijjah. Hal ini karena penentuan awal bulan Dzulhijjah tidak berkaitan langsung dengan perintah berpuasa, seperti Ramadhan. “Jadi tidak terburu-buru,” katanya.

Ia mengemukakan, secara empirik, dari perhitungan posisi hilal akhir Dzulqa`dah, posisi bulan cukup tinggi yaitu 04 derajat 25 menit hingga 06 derajat 34 menit. Artinya, potensi perbedaan hari raya Idul Fitri kemungkinan tipis terjadi. Mengingat hilal dengan ketinggian tersebut, kemungkinan besar terdapat peluang terlihat kasat mata. Tetapi, ia menegaskan hasil keputusannya masih menunggu hasil sidang isbat.

Sementara itu Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur memprediksi Idul Adha 1432 Hijriah akan jatuh pada tanggal yang bersamaan yakni 6 November 2011. “Berdasarkan perhitungan dengan sistem Hisab Haqiqi dengan markas Tanjungkodok, Lamongan, insya-Allah Hari Raya Idul Adha 1432 Hijriah akan bareng (bersamaan),” kata Sekretaris PWM Jatim H Nadjib Hamid di Surabaya, baru-baru ini.

Senada dengan itu, Wakil Ketua PWNU Jatim H Sholeh Hayat mengatakan, Hari Raya Idul Adha 1432H memang ada peluang besar untuk bersamaan antara NU, Muhamadiyah, dan pemerintah. “Salah satu indikasinya adalah ijtimak akhir Dzulqa`dah terjadi pada hari Kamis 27 Oktober 2011 pada jam sekitar 02.56 WIB sampai dengan 04.11 WIB sesuai hitungan Hisab Khulashoh Al Wafiyah atau Hisab Haqiqi, sedangkan ketinggian hilal terjadi sekitar 6`27 sampai 7`23 derajat,” tuturnya.

Karena 1 Dzulhijjah 1432H jatuh pada 28 Oktober, maka 10 Dzulhijjah 1432 H atau Idul Adha 1432H akan jatuh pada hari Ahad, 6 November 2011. “Insya-Allah, kita akan berlebaran Idul Adha bersamaan,” kata Sholeh.(hdyt)