Konon, pada suatu perkampungan di Syiria ada seorang petani yang sangat percaya diri dengan kekuatan fisiknya yang dikaruniakan Allah Sang Maha Pencipta kepadanya. Suatu malam, petani ini pulang ke rumahnya dengan melintasi jalanan pekuburan sebagai ganti jalan lain yang biasa dilewati para penduduk desa sewaktu pergi pagi dan pulang sore. Para penduduk desa telah memperingatkan petani itu akan berbagai resiko sewaktu melintasi jalan pekuburan di malam hari. Akan tetapi, petani yang terpedaya oleh kekuatannya ini sama sekali tidak menghiraukan peringatan mereka. Bahkan, dia nekat untuk melintasi jalanan pekuburan itu sendirian tanpa ditemani seorang pun dari penduduk desa.

Secara kebetulan ada seorang petani dari desa lain melewati jalan yang sama menuju desanya yang bersebelahan. Dia kemalaman di jalan sehingga terpaksa melewati jalan pekuburan itu untuk bisa sampai ke desanya secara pintas. Dia berjalan tergopoh-gopoh, namun tak kunjung sampai di ujung jalan. Terlihat oleh kedua matanya, pintu gerbang kuburan yang besar yang di atasnya tertancap obor kecil sehingga membuatnya gembira dan mengusir rasa takutnya. Dia semakin mempercepat langkahnya menuju pintu gerbang itu. Di tengah-tengah langkahnya itu, tiba-tiba dia sedikit terpeleset dan terperosok ke dalam kubang kubur yang masih menganga yang dipersiapkan untuk penghuni baru. Diselimuti rasa takut dan kecemasan, dia meratapi hatinya. Dia mencoba berteriak dan dengan suara lantang memanggil para pejalan sambil meminta pertolongan. Namun, tiada seorang pun memenuhi panggilannya. Lalu dengan segala cara, dia berupaya keluar dari kubangan itu tanpa hasil. Dalam kondisi seperti itu, dia pun menyerah kepada nasib. Malam itu, dia memutuskan untuk tidur di dalam kubang kuburan.

Beberapa saat telah berlalu sedang dia terduduk di pojok liang kubur hingga terserang kantuk dan akhirnya tidur karena kelelahan.

Setelah beberapa saat, si petani yang terpedaya dan terbiasa melintasi jalanan pekuburan setiap malam itu memasuki lokasi kuburan. Dia menyusuri jalan seperti biasanya. Akan tetapi, Allah menghendaki dia terperosok ke dalam kubang yang sama di mana petani lain terjatuh di dalamnya. Sewaktu terjatuh, dia merasa hatinya telah mendahuluinya untuk mencium tanah. Dia mengerahkan segenap daya untuk bisa terbebas dari kubang kubur, rasa takut dan cemas yang telah menggerogoti seluruh pikirannya. Berulang kali dia coba untuk bisa keluar dari kubang itu, tapi tetap gagal. Pada saat itulah, petani yang lain terbangun. Dia berdiri menghampiri temannya untuk membisiki telinga-nya, “Aku sudah berusaha keluar dari kubur ini sebelummu, hai tuanku, tapi aku tak berhasil. Marilah kita melewati malam kita bersama-sama.” Belum selesai petani yang malang ini menyelesaikan kata-katanya itu, sontak petani yang terpedaya itu tersungkur ke atas tanah kuburan itu dalam kondisi sekarat karena saking takutnya. Dia mengira si penghuni kuburlah yang membisikkan kata-kata itu ke telinganya.

Begitulah setelah sekian lamanya, orang yang terpedaya dan sangat congkak ini tidak pernah menduganya. Karena itu, janganlah seorang dari kita terpedaya oleh kekuatan, harta dan kedudukan. Dan hendaknya bersikap tawadhu’. Barangsiapa merasa rendah diri di hadapan Allah SWT, niscaya Dia akan mengangkat derajatnya. Rasulullah SAW bersabda, “Di kala seorang berjalan di suatu kampung yang membuatnya terpesona sambil menelusuri perbatasannya, tiba-tiba Allah membenamkannya ke dalam bumi. Dia pun tenggelam di dalamnya sampai hari kiamat.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN karya Muhammad Shalih al-Qahthani sebagai yang dinukilnya dari buku Kama Tadinu Tudanu, karya Sayyid Abdullah Sayyid Abdurrahman ar-Rifa’)