إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Khutbah yang Pertama

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Marilah kita senantiasa meningkatkan mutu keimanan dan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan cara senantiasa menjalankan setiap perintah Allah dan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dan berusaha semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap bentuk larangan-Nya dan larangan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai bentuk konsekwensi mahabbah dan kecintaan kepada keduanya. Selalu berharap surga dan merasa takut terhadap adzab dan siksa-Nya. Kita senantiasa interopeksi diri dan muhasabah (interopeksi) terhadap amalan yang telah kita lakukan. Dengan itu kita akan memiliki perhitungan dan tolak ukur yang jelas, sudahkah diantara kita telah membekali diri dengan bekal yang baik untuk menghadapi perhitungan Allah subhanahu wata’ala di saat tidak akan ada lagi pertolongan melainkan pertolongan-Nya. Dan pada saat itu harta dan anak keturunan seseorang tidak akan berharga di sisi-Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيه لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ ُيُغْنِيه

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya, Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 37)

. يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (الشعراء: 88-89)

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. asy-Syu’ara: 88-89)

Semoga kita yang hadir di majelis ini termasuk orang-orang yang akan mendapatkan pertolongan, perlindungan dan penjagaan dari Allah subhaanahu wata’ala. Baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!
Pada hekekatnya manusia dihadapan Allah ta’ala akan selalu berada dalam dua keadaan dan kondisi yang saling bertolak belakang, ada di antara mereka yang mukmin dan ada yang kafir, ada di antara mereka yang memiliki kecondongan berbuat kebaikan dan sebaliknya ada yang memiliki kecondongan berbuat maksiat, ada di antara mereka yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan ada yang justru sebaliknya, selalu melakukan kejahatan dan kedzaliman tersaudara saudaranya sesama muslim.
Allah Ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنكُمْ كَافِرٌ وَمِنكُم مُّؤْمِنٌ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang beriman. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. at-Taghabun: 02)

Demikianlah di hadapan manusia akan selalu ada dua kondisi ini. Kebaikan dan kejelekan, keselamatan dan kebinasaan, jalannya orang-orang mukmin dan jalannya orang-orang tidak mu’min, maka barangsiapa yang ingin melihat apakah dia berada di antara dua kondisi ini, maka seharusnya dia melihat perkataan dan perbuatannya.

Hanya saja jalan manusia menuju akhirat hanyalah satu. Sedangkan jalan yang berbelok-belok, bercabang dan penuh dengan kesesatan begitu banyaknya, di mana tak satu pun dari jalan tersebut kecuali padanya terdapat setan yang menyeru kepadanya.
Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah membuat garis lurus dan membuat garis-garis di kanan kirinya, yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i dan Imam Ahmad bersumber dari Ibnu Mas’ud, beliau selanjutnya membaca firman Allah Ta’ala,

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS. al-An’am: 153)

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!
Jika kita perhatikan dan kita cermati secara seksama apa yang terjadi dan dilakukan oleh mayoritas kaum muslimin, semakin hari kondisi mereka semakin memprihatinkan, mereka nampak telah kehilangan jati dirinya. Hal ini membuat kita prihatin dan selalu wamas diri agar kita tidak termasuk dari golongan mereka yang telah melampaui batas.

Sekian bentuk kesyirikan, kedhaliman, kejahatan, kemaksiatan dengan segala coraknya selalu kita temui dan lihat di sekitar kita. Diantara kaum muslimin sudah tidak bisa lagi menghargai nyawa seseorang, tidak bisa menghargai harta orang lain, dan bahkan tidak bisa menghargai kehormatan manusia, padahal itu semua telah dilindungi oleh Islam. Itu semua terjadi karena mereka telah meninggalkan agama yang hanif ini, menuruti hawa nafsu dan terpedaya, tertipu oleh gemerlapnya kehidupan dunia. Bagaimana tidak, seorang wanita melahirkan anak tanpa diketahui siapa suaminya, seorang anak lahir tanpa diketahui siapa bapaknya, seorang bapak tega-teganya menzinai anaknya, aborsi terjadi di mana-mana, pergaulan lawan jenis dan perselingkuhan serta segala bentuk perzinahan menjadi pemandangan yang wajar dan tidak tabu, di tambah lagi segala bentuk tayangan media masa baik cetak mapun elektronik ikut melengkapi kerusakan ini dengan dalih seni dan melindungi hak asasi manusia.

Padahal 14 abad silam, Islam telah datang dengan ketentuan dan aturan sehingga kehidupan manusia bisa seimbang dan aman.
Allah Ta’ala berfirman,

تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلاَ تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ ءَايَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

”Itulah larangang Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.” (QS. al-Baqarah: 187)

Ma’asyiral Muslimin, ini semua terjadi karena kebanyakan kaum muslimin telah diperbudak oleh hawa nafsunya dan terpedaya dengan tipu daya iblis laknatullahi ‘alaihi.
Allah Ta’ala berfirman,

وَمَآأُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَارَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf: 53)

قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي اْلأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

“Iblis berkata:”Ya Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. al-Hijr: 39)

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

“Iblis menjawab:”Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan merreka semuanya, (QS. 38:82) kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas di antara mereka.” (QS. Shad: 82-83)
Rasulullah bersabda,

إن الشيطان قعد لابن آدم بأطرقه ( رواه أحمد في مسنده)

“Sesungguhnya syetan selalu berupaya menggoda anak cucu Adam dengan segala cara.” (HR. Ahmad di dalam musnadnya)

Demikianlah fitnah syahwat dan tipu daya iblis telah menjerumuskan manusia sehingga keluar dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya dari sejak kejadian Nabi Adam alaihis salam hingga akhir zaman nanti dengan segala bentuk cara.

Maka seharusnya kita dapat mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian umat terdahulu. Umat Nabi Nuh yang Allah telah tengelamkan, kaum Nabi Hud yang telah Allah hancurkan, kaum Tsamud yang telah Allah timpahkan gempa bumi, kaum Nabi Luth, yang telah hancurkan berantakan, negeri Fir’aun yang telah adzab dengan angin kencang, Allah kirimkan darah, belalang, dan katak Mereka semua telah Allah adzab dalam bentuk yang bermacam-macam karena sebab kemasiatan yang telah mereka lakukan.

Allah Ta’ala telah memberikan peringatan,

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)

تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلاَ تَعْتَدُوهَا وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. al-Baqarah: 187)

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Khutbah yang kedua

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وبعد,

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!
Marilah kita menengok ke belakang bagaimana para as-Salafus Shalih, sebagai generasi terbaik setelah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bersikap dalam menyikapi kemaksyiatan dan dosa yang mungkin akan menimpa kepada siapa saja.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang shahih, diceritakan sebagian para sahabat meneteskan air mata, manakala mengingat akhir hayatnya, ditanyakan kepadanya kenapa sampai demikian, salah seorang diantara mereka menjawab: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda,

إن الله تعالي قبض خلقه قبضتين، فقال: هؤلاء في الجنة وهؤلاء في النار، ولا أدري في أي القبضتين كنت؟

“Sesunggunya Allah Ta’ala menggenggam penciptaannya dalam dua genggaman,lalu beliau bersabda, diantara mereka berada di surga dan diantara mereka yang lain di neraka, dan aku tidak tahu aku akan berada dalam genggaman yang mana.”
Hudzaifah bin Yaman berkata,

كان الناس يسألون رسول الله عن الخير وكنت أسأله عن الشر مخافة أن يدركني

“Dahulu para sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang kejelekan karena khawatir akan menimpaku” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Anas bin Malik mengatakan,

إنكم لتعملون أعمالا هي أدق في أعينكم من الشعر إن كن لنعدها على عهد رسول الله من الموبقات يعني المهلكات

“Sungguh kalian akan melakukan sebuah amalan yang kalian sangka lebih ringan dari sehelai rambut, padahal kami pada zaman Rasulullah menganggapnya sebagai amalan yang membinasakan.” (HR. Bukhari dan Ahmad)

Ibn Mas’ud mengatakan,

إن المؤمن يري ذنوبه كأنه قاعد تحت جبل يخاف أن يقع عليه، وإن الفاجر يري ذنوبه كذباب مر على أنفه

“Sesungguhnya seorang mu’min melihat (menyikapi) dosanya seolah-olah dia sedang duduk di bawah sebuah gunung yang akan nyaris menimpanya. Dan sesungguhnya orang fajir melihat dosanya ibarat lalat yang hinggap di hidungnya, sekali kibas ia akan terbang.” (HR. al-Bukhari dan Tirmidzi)

Bilal bin Sa’id pernah berkata, “Janganlah engkau melihat kecilnya dosa, akan tetapi lihatlah siapa yang engkau maksiati.”

Demikianlah keutamaan mereka para salafus shaleh, selalu khawatir dan was-was terhadap kemaksiatan, dosa dan akhir hayat kehidupannya, tentunya kita yang hadir di majlis yang mulia ini lebih dari itu, disebabkan dosa-dosa dan kemaksiatan yang senantiasa kita lakukan. Namun demikian yang ada justru sebaliknya, kita selalu merasa aman dengan makar Allah Subhaanahu wa Taala, merasa aman dari adzabnya padahal Allah Subhaanahu wa Taala berfirman,

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللهِ فَلاَيَأْمَنُ مَكْرَ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. al-A’raf: 99)

al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan, “Sesungguhnya perbuatan dosa, maksiat dan kecondongan kepada hawa nafsu, pengaruhnya akan mendominasi pelakunya ketika menjelang kematian dan syaithan akan menguatkannya, maka berkumpul padanya dua kekalahan dengan lemahnya keimanan, sehingga dia akan terjatuh pada akhir hidup yang tidak baik. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah bagi orang yang beriman untuk berhati-hati atas keterikatan dan ketergantungan dengan sesuatu yang terlarang. Selayaknya hati, lisan dan anggota tubuhnya selalu mengingat Allah Ta’ala, dan menjaga diri supaya selalu dalam ketaatan kepada-Nya dalam kondisi dan situasi apapun. Iman seseorang akan bertambah dengan ketaatan dan akan berkurang dengan kemaksiatan.

Maka mulai detik ini marilah kita bertaubat kepada Allah . Kembali ke jalan yang diridhai-Nya dan janganlah kita menjadi orang-orang yang menyesal dikemudian hari sebagaimana yang telah termaktub di dalam firman-Nya,

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَاكُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Dan mereka berkata: Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan peringatan itu niscaya tidaklah kami termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.”(QS. Al-Mulk: 10)

Akhirnya semoga kita termasuk orang-orang yang bertaqwa dengan mengamalkan setiap perintah dan menjauhi segala larangannya, menjauhi segala bentuk maksiat atau dosa baik yang kecil atau yang besar. .

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

(Oleh: Abu Farwah)