MUKADDIMAH

Pasti kita akan sering mendengar di berbagai masjid di tanah air di awal ceramah menyambut bulan Ramadhan, atau kultum tarawih ketika berbicara tentang keutamaan bulan yang mulia ini, para penceramah membawakan hadits yang akan kita bahas ini.

Dari sejak lama hingga sekarang ini, masih saja didengungkan tanpa mau mengevaluasi dan mengecek kembali keshahihan hadits tersebut. Padahal, menisbatkan hadits kepada Rasulullah bukanlah perkara yang remeh, bilamana hadits itu ternyata bukan berasal dari Rasulullah SAW.

Kita perlu berhati-hati dalam menyampaikan hadits-hadits, apalagi menisbatkannya kepada Rasulullah SAW. Khawatir, kita telah terjerumus ke dalam apa yang beliau SAW sabdakan, “Barangsiapa yang berdusta terhadapku (dalam redaksi lain: mengarang-ngarang apa yang tidak aku katakan) secara sengaja, maka ia telah mempersiapkan tempat duduknya di dalam api neraka.” (HR.al-Bukhari)

Untuk mengetahui lebih jauh kepastiannya, apakah benar shahih atau tidak? Mari kita ikuti kajian singkat ini.! Semoga bermanfaat.

TEKS HADITS

أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ

”Awal bulan Ramadhan itu rahmat, pertengahannya Maghfirah (ampunan) dan akhir (penghujung)-nya pembebasan dari api neraka”

KUALITAS HADITS

Ini adalah hadits MUNKAR (DHA’IF/LEMAH), dikeluarkan oleh al-‘Uqaili dalam adh-Dhu’afa` (172), Ibn ‘Ady (1/165), al-Khathib dalam al-Muwadhdhih (2/77), ad-Dailami (1/1/10-11), Ibn ‘Asakir (8/506/1), dari Sallam bin Siwar, dari Maslamah bin ash-Shalt, dari az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “…” [Lalu ia menyebutkannya], lalu al-‘Uqaili berkata, “Tidak ada asalnya dari hadits az-Zuhri.”

Menurut saya (Syaikh al-Albani), Ibn ‘Ady berkata, “Dan Sallam (bin Sulaiman bin Siwar) menurutku haditsnya Munkar. Dan Maslamah tidaklah dikenal.”

Demikian juga dikatakan oleh adz-Dzahabi, “Mengenai Maslaha, Abu Hatim berkata, “Haditsnya ditinggalkan.” Demikian seperti dalam Tarjamah (biografi)-nya dari kitab al-Mizan (karya adz-Dzahabi).

(SUMBER: Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah Wa al-Maudhu’ah, Jld.IV, NO.1569, Hal.70)