إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

KHUTBAH PERTAMA

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Marilah kita senantiasa meningkatkan mutu keimanan dan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan selalu menjalankan setiap perintah Allah dan Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam dan berusaha semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap bentuk larangan Allah dan Nabi-Nya, sebagai bentuk konsekwensi mahabbah dan kecintaan kepada-Nya. Selalu berharap surga dan merasa takut terhadap adzab dan siksa-Nya. Kita senantiasa interopeksi diri dan muhasabah terhadap amalan yang telah kita lakukan. Dengan itu kita memiliki perhitungan dan tolak ukur yang jelas, sudahkah di antara kita telah membekali diri dengan bekal yang baik untuk menghadapi perhitungan Allah SWT di saat tidak akan ada lagi pertolongan melainkan pertolongan-Nya. Dan pada saat itu harta dan anak keturunan seseorang tidak akan berharga.
Allah Ta’ala telah memberikan targhib khabar gembira kepada kita dengan firman-Nya,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya:”Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dan dia (dalam keadaan) beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia). dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (di akhirat kelak).” (Q.S. an-Nahl: 97).

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Jika kita perhatikan dan kita cermati secara seksama apa yang terjadi dan dilakukan mayoritas kaum muslimin, maka kita akan mendapatkan fenomena yang seharusnya menjadikan masing-nasing kita prihatin dan mawas diri agar kita tidak termasuk golongan mereka yang telah melampaui batas.

Sekian bentuk kesyirikan, kedhaliman, kejahatan, kemaksiatan dengan segala coraknya selalu kita temui di sekitar kita. Di antara kaum muslimin sudah tidak bisa lagi menghargai nyawa seseorang, tidak bisa menghargai harta orang lain, dan bahkan tidak bisa menghargai kehormatan manusia, padahal itu semua telah dilindungi oleh Islam. Itu semua terjadi karena mereka telah meninggalkan agama yang hanif ini, menuruti hawa nafsu dan terpedaya, tertipu oleh gemerlapnya kehidupan dunia.

Di sisi lain, sebagian kaum Muslimin tidak lagi memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap saudaranya sesama muslim, tidak peduli dengan kejadian dan kondisi yang ada, sehingga segala bentuk kemungkaran semakin hari semakin tumbuh subur dan sebaliknya, segala bentuk kebaikan mulai terkikis dan asing di hadapan manusia. Orang-orang yang selalu ingin konsisten dan istiqamah menjalankan agama dengan benar menjadi asing di tengah kaumnya. Perkara yang baik terkesan batil begitu pula sebaliknya, perkara sunnah terkesan bid’ah begitu juga sebaliknya, karena yang menjadi tolak ukur adalah perasaan dan keridhaan manusia dan bukan keridhaan Allah subhahahu wata’ala dan Rasul-Nya.

Sungguh benar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam manakala beliau bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

إِنَّ اْلإِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيبًا ثُمَّ سَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ وَفِي رِوَايَةٍ عَنْ أَحْمَدَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ: وَمَنِ اْلغُرَبَاءِ. قَالَ: اَّلذِينَ يَصْلُحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ.

“Sesungguhnya Islam pada permulaannya asing dan akan kembali menjadi asing seperti semula. Maka keuntungan besarlah bagi orang-orang yang asing. Ditanyakan, “Wahai Rasulullah siapakah yang termasuk asing itu?” Rasulullah Menjawab, “Orang-orang yang tetap berbuat baik, manakala manusia telah rusak.” (HR. Ahmad)

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Karenanya, merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim untuk selalu menjaga kemurnian agama, dengan senantiasa menegakkan kebenaran dan mencegah setiap bentuk kemungkaran.

Tentunya kita pernah membaca dan mendengar permisalan yang pernah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari dan at-Tirmidzi yang bersumber dari an-Nu’man bin Basyir, beliau bersabda,

مَثَلُ القَائِمِ في حُدُودِ اللهِ وَالوَاقعِ فِيهَا ، كَمَثَلِ قَومٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصابَ بَعْضُهم أعْلاهَا ، وبعضُهم أَسْفلَهَا ، فكان الذي في أَسفلها إذا استَقَوْا من الماء مَرُّوا على مَنْ فَوقَهمْ ، فقالوا : لو أنا خَرَقْنا في نَصِيبِنَا خَرقا ولَمْ نُؤذِ مَنْ فَوقَنا ؟ فإن تَرَكُوهُمْ وما أَرَادوا هَلَكوا وهلكوا جَميعا ، وإنْ أخذُوا على أيديِهِمْ نَجَوْا ونَجَوْا جَميعا

“Perumpamaan orang yang teguh dalam menjalankan hukum-hukum Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya adalah seperti sekolompok orang yang sedang membagi tempat di dalam sebuah kapal, ada yang mendapatkan tempat di atas, dan ada yang memperoleh tempat di bawah. Sedang yang di bawah jika mereka membutuhkan air minum, maka mereka harus naik ke atas, maka mereka akan mengatakan: “Lebih baik kami melobangi tempat di bagian kami ini, supaya tidak mengganggu kawan-kawan kami di atas. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berkata, Maka jika mereka yang di atas membiarkan mereka, pasti binasalah semua orang yang ada di dalam perahu tersebut, namun apabila mereka mencegahnya semuanya akan selamat”

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Jika kita renungkan agungnya permisalan yang bersumber dari seorang Nabi akhir zaman, seorang yang lebih tahu tentang keadaan ummatnya, tentang sebab-sebab kemulyaan dan kerusakan yang akan terjadi pada mereka berdasarkan wahyu dari Allah subhanahu wata’ala, maka kita akan memproleh gambaran tentang agungnya keutamaan mengajak orang kepada kebaikan dan mencegahnya dari perbuatan jahat dan mungkar yang kita kenal dalam istilah syara’ al-‘Amru bil ma’ruf wan nahyu anil mungkar .

Hal ini merupakan kewajiban setiap muslim yang paling utama yang dengannya akan menjadi jalan keselamatan dan keberuntungan, secara pribadi maupun mujtama’ (masyarakat) di dunia maupun di akherat. Dan yang dapat menguatkan bahwa yang demikian merupakan kewajiban setiap muslim, dan merupakan amanah yang harus ditegakkan, karena hal ini dapat menghidarkan kaum muslimin dari kebinasaan.

Allah subhanahu wata’ala telah banyak menyebutkan di dalam kitab-Nya al-Qur’an al-Karim. Di antaranya disebutkan bahwa ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebaik-baik ummat karena sebab sifat-sifat mereka yang mulia. Di antara sifat tersebut adalah upaya mengajak orang untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya dari perbuatan mungkar dan kejahatan.
Allah Ta’ala berfirman,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali ‘Imran:110)

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمُُ {71}

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah: 71)

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!
Bagaimana Allah subhanahu wata’ala pada ayat pertama memulai firman-Nya dengan menyebut kalimat al-‘Amru bil ma’ruf wan nahyu anil mungkar sebelum menyebut kalimat al-Iman padahal ia merupakan syarat syahnya seluruh amalan manusia. Dan pada ayat yang kedua bagaimana Allah subhanahu wata’ala telah menyebutkannya sebelum perintah mendirikan shalat dan zakat. Ini semua menunjukkan tingginya keutamaan perkara ini, manfa’atnya menyeluruh, dan dampak yang ditimbulkan sangatlah terasa dalam kehidupan setiap muslim. Dan ayat yang kedua juga menunjukkan bahwa al-‘Amru bil ma’ruf wan nahyu anil mungkar merupakan sifat khusus yang seharusnya dimiliki oleh setiap muslim dan muslimah sehinga mereka tidak boleh menyepelekannya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!
Sebaliknya Allah subhanahu wata’ala telah mencela setiap orang yang sengaja meninggalkan dan menyepelehkan kewajiban ini dari kalangan orang-orang kafir bani Israil dan melaknat mereka.
Allah subhanahu wata’ala berfirman di dalam surat al-Maidah.

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن بَنِى إِسْرَاءِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ {78} كَانُوا لاَيَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ {79}

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS. al-Maidah: 78-79).

Dalam ayat ini terkandung petunjuk dari Allah subhanahu wata’ala bagi ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa sebab dilaknatnya orang-orang kafir dari kalangan bani Israil dan dicelanya mereka adalah karena kemaksiatan yang mereka lakukan dan mereka telah melampai batas. Mereka tidak saling mencegah kemungkaran yang terjadi diantara mereka.

Ini sebagai peringatan bagi ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar tidak melakukan seperti mereka dan menjauhi perbuatan yang tercela ini.

Karena manakala ummat ini memiliki akhlak seperti akhlak orang-orang kafir dari bani Israil, maka secara tidak langsung mereka juga berhak mendapatkan celaan dan laknat dari Allah subhanahu wata’ala sebagaimana yang demikian ditimpakan kepada mereka.

Dan diriwayatkan dari Muslim, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ نَبِىٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِىٌّ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَنِهِ وَيَقْتَدُونَ بِهَا ثُمَّ يَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لاَ يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذلِكَ مِنَ الإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ (أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ)

“Tidak ada seorang nabi yang diutus oleh Allah subhanahu wata’ala pada suatu kaum, sebelumku, melainkan baginya penolong dan sahabat yang mengambil dan mengikuti sunnahnya, kemudian datanglah orang-orang jahil setelah mereka, mengucapkan apa yang tidak mereka kerjakan, dan mereka mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya, dia adalah seorang mu’min. Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan lisannya, maka dia adalah mu’min. Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan hatinya, maka dia adalah mu’min. Dan tidak ada sebesar biji sawipun dari keimanan di balik yang demikian itu.” (HR. Muslim)

Kita memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar diberi kekuatan untuk membedakan antara yang hak dan yang batil, yang ma’ruf dan yang mungkar, kemudian kita bersama-sama menegakkan yang ma’ruf dan memberantas segala bentuk kemungkaran dan kebatilan.
Allah Ta’ala berfirman,

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ (رواه مسلم)

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan lisannya. Dan jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan hatinya. Dan demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

KHUTBAH KEDUA

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Shalat Jum’ah Rahimakumullah.
.

Marilah kita senantiasa menjaga ketaqwaan dan menjaga jiwa-jiwa hanya bagi Allah Ta’ala, senantiasa istiqamah dalam menjalankan setiap perintah-Nya dan bersungguh-sungguh mengajak setiap orang kepada kebaikan dan mencegahnya dari perbuatan mungkar, baik terhadap keluarga, anak keturunan kita dan selain mereka sesuai dengan kemampuan kita di setiap tempat dan waktu dengan cara yang baik dan hikmah, berakhlak sesuai dengan akhlak orang-orang mukmin, berhati-hati terhadap akhlak dan budaya orang-orang kafir dan orang yang melampaui batas serta bersungguh-sungguh demi keselamatan, kita, keluarga kita, dan saudara-saudara kita sesama muslim.
Allah Ta’ala berfirman,

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاَةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS.Thaha: 132)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim: 6)

Ini semua karena kita akan dimita pertanggunganjawab terhadap kepemimpinan kita.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى أله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.

(oleh: Ust. Khusnul Yaqin Arba’in)