Bahasan Ke Lima : Hal-hal yang Dapat Menghambat Sikap Sabar

  • Tergesa-gesa

    Jiwa manusia diciptakan dengan tabi’at yang suka tergesa-gesa: “Manusia telah dijadikan (bertabi’at) tergesa-gesa.” (Al-Anbiya: 37) dan jika sesuatu yang diingini manusia lamban datangnya maka habislah kesabaran dalam dirinya, saat itu hatinya menjadi sempit dan tergesa-gesa untuk memetik buah sebelum waktunya, maka akibatnya adalah dia tidak mendapat hasil yang baik dalam pekerjaannya, berdasarkan inilah maka Allah berfirman kepada Nabi-Nya: “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (adzab) bagi mereka.” (Al-Ahqaf: 35), Maksudnya adalah: Bahwa adzab itu akan datang kepada mereka pada saat yang telah dijanjikan-Nya.

    Tidak sedikit program da’wah yang menemui kegagalan atau program da’wah yang tidak mendatangkan hasil seperti yang diharapkan dikarenakan sikap tergesa-gesa. Seandainya para da’i itu tetap bersabar maka hal itu adalah baik bagi mereka. Banyak hal perlu dibicarakan berkenaan dengan sikap tergesa-gesa ini yang dapat meruntuhkan sikap sabar, akan tetapi cukup bagi kami di sini untuk mengisyaratkannya saja dan tidak perlu membahasnya lebih mendalam lagi.

  • Marah

    Terkadang seorang da’i melihat sesuatu yang tidak patut pada mereka yang dida’wahinya sehingga dia bersikap marah, yang mana hal ini menimbulkan reaksi buruk dari mereka yang dida’wahi, dan pada akhirnya akan mendatangkan keburukan bagi da’wah itu sendiri. Oleh karena itulah Allah telah memperingatkan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, utusan-Nya, tentang akibat buruk dari sikap marah, agar beliau tidak melakukan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi Yunus ‘alaihis salam, maka Allah berfirman:
    “Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).” (Al-Qalam: 48).

    Saat itu Nabi Yunus telah habis kesabarannya hingga hatinya menjadi sempit lalu ia segera meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah sebelum mendapat izin dari Allah, Nabi Yunus mengira bahwa Allah tidak akan menyempitkannya (mempersulitkannya), maka nyatalah bahwa Allah malah menyempitkannya yaitu dengan menjadikan dirinya di dalam perut ikan sebagaimana firman Allah:
    “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan sangat gelap: “Bahwa tak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim”.” (Al-Anbiya: 87)

    Kemudian Nabi Yunus berdo’a kepada Allah untuk bertobat, maka Allah menerima tobatnya:
    “Maka Kami memperkenankan do’anya” (Al-Anbiya: 88).

  • Putus Asa

    Inilah sikap yang amat menghambat diri seseorang untuk bersabar, Nabi Ya’qub telah memperingatkan anak-anaknya agar tidak berputus asa dalam usaha mereka yang berulang-ulang untuk mencari Yusuf dan saudaranya, sebagaimana yang diabadikan dalam Al-Qur’an:
    “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Yusuf: 87).

    Allah juga telah memerintahkan kepada seluruh kaum Mu’minin untuk membuang sifat putus asa dari dalam diri mereka, lalu Allah menanamkan benih-benih harapan di dalam hati mereka:
    “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim.” (Al-Imran: 139-140).

    Dan Allah berfirman kepada mereka:
    “Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang ada di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu.” (Muhammad: 35).

    Sesungguhnya pancaran yang menyinari harapan adalah obat yang paling manjur untuk mengobati sikap putus asa, inilah yang Musa ingatkan kepada kaumnya: ]i“Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi ini milik Allah yang dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa” (Al-A’raf: 128). Dan ketika Khabbab sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengeluh kepada beliau karena apa yang dialaminya berupa gangguan dari kaum Quraisy, maka beliau berkata kepadanya setelah beliau menyebutkan tentang apa yang dialami oleh orang-orang shalih pada umat-umat terdahulu: “Demi Allah, sesungguhnya Allah akan menyempurnakan urusan ini, hingga jika seseorang pergi dari negeri Shana’a menuju ke Hadramout maka ia tidak akan takut kecuali kepada Allah bahkan domba sekalipun tidak akan takut kepada serigala, akan tetapi kalian adalah golongan manusia yang suka tergesa-gesa.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari 7/126 dalam kitab Keutamaan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Bab Gangguan yang dihadapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dari kaum musyrikin Mekkah]