III. Syaikh Ibnu Utsaimin berkata:

Ada sejumlah faedah yang bisa dipetik dari hadits ini, di antaranya:

1. Di antara perilaku Nabi SAW ialah bergaul dengan para sahabatnya. Perilaku ini menunjukkan atas baiknya akhlak Nabi SAW.

2. Manusia itu semestinya berinteraksi dengan orang lain dan ber-gaul, serta tidak menghindar dari mereka.

3. Bergaul bersama orang lain itu lebih utama daripada menyendiri (uzlah), selagi seseorang tidak mengkhawatirkan atas agamanya. Jika ia mengkhawatirkan atas agamanya, maka menyendiri itu lebih utama, berdasarkan sabda Nabi SAW,

يُوْشِكُ أَنْ يَكُوْنَ خَيْرَ مَالِ الرَّجُلِ غَنَمٌ يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ اْلجِبَالِ وَمَوَاقِعَ اْلقَطْرِ.

“Nyaris sebaik-baik harta seseorang adalah kambing yang diikutinya hingga ke puncak bukit dan tempat-tempat yang mendapat hujan.”( HR. al-Bukhari, no. 19, 2300, 3600, 7088)

4. Malaikat bisa menampakkan wujudnya kepada manusia dalam rupa manusia, karena Jibril j muncul di hadapan para sahabat dalam kriteria yang disebutkan dalam hadits: seorang pria yang sangat hitam rambutnya, sangat putih pakaiannya, tidak terlihat bekas bepergian jauh padanya, dan tidak ada seorang pun dari para sahabat yang mengenalnya.

5. Etika anak didik harus baik di hadapan pendidiknya, di mana Jibril AS duduk sedemikian rupa di hadapan Nabi SAW yang menunjukkan atas etika, menyimak, dan siap untuk menerima segala yang disampaikan kepadanya. “Kemudian ia menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau, serta meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya.”

6. Boleh memanggil Nabi dengan namanya, berdasarkan ucapan Jibril, “Wahai Muhammad.” Ini mengandung kemungkinan bahwa ini sebelum adanya larangan, yakni larangan Allah terhadap hal itu dalam firmanNya, “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).” An-Nur: 63).

Ini menurut salah satu dari dua penafsiran. Bisa mengandung kemungkinan lain bahwa ini berlaku menurut kebiasaan kaum Arab badui yang datang kepada Rasul SAW lalu memanggilnya dengan namanya, “Wahai Muhammad.” Inilah yang lebih mendekati, karena yang pertama memerlukan sejarah.

7. Seseorang boleh bertanya tentang apa yang diketahuinya dengan tujuan untuk memberitahu siapa yang belum tahu. Karena Jibril mengetahui jawabnya, berdasarkan ucapannya, “Kamu benar.” Tetapi jika penanya bermaksud agar orang-orang yang berada di sekitar penjawab bisa mengetahui, maka itu termasuk mengajarkan kepada mereka.

8. Orang yang menjadi sebab tidak ubahnya sebagai pelaku secara langsung, jika keberlangsungan tersebut berdasarkan pada sebab, berdasarkan sabda Nabi SAW, “Ini Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian.” Padahal orang yang mengajarkan adalah Rasulullah SAW. Tetapi karena Jibril ada-lah sebab, karena pertanyaannya, maka Rasulullah SAW menilainya sebagai pengajar.

9. Penjelasan bahwa Islam memiliki lima rukun, karena Nabi SAW menjawab demikian dengan sabdanya,

الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ a، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ اْلبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً.

“Islam ialah kamu bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah jika kamu mampu.”

10. Setiap orang harus bersaksi dengan lisannya serta meyakininya dengan hatinya bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah ([i/]la ilaha illallah). Makna la ilaha ialah tiada sembahan yang hak kecuali Allah. Jadi, anda bersaksi dengan lisan anda serta meyakininya dengan hati anda bahwa tiada yang berhak disem-bah dari kalangan makhluk, baik nabi, wali, orang-orang shalih, pohon, batu dan selainnya, kecuali Allah, serta segala yang di-sembah dari selain Allah adalah batil, berdasarkan firmanNya, “(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Rabb) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” (Al-Hajj: 62).

11. Agama ini tidak sempurna kecuali dengan persaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ia adalah Muhammad bin Abdillah al-Qurasyi al-Hasyimi. Siapa yang ingin mengetahui dengan sempurna tentang Rasul yang mulia ini, silakan mem-baca al-Qur’an, Sunnah dan kitab-kitab sejarah yang mudah.

12. Rasulullah SAW menghimpun persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dalam satu rukun. Itu mengingat karena peribadatan tidak sempurna kecuali dengan dua perkara: ikhlas karena Allah, dan inilah yang dicakup dalam persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, serta mengikuti (mutaba’ah) Rasulullah SAW, dan inilah yang dicakup dalam persaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Karena itu, Nabi SAW menjadikan keduanya sebagai satu rukun dalam hadits Ibnu Umar, di mana beliau bersabda,

بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ….

“Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat….” Dan seterusnya.

13. Keislaman hamba tidak sempurna hingga mendirikan shalat. Mendirikan shalat ialah melaksanakannya dengan istiqamah sesuai tuntunan syariat. Untuk menegakkan shalat ialah mendirikan kewajiban dan mendirikan kesempurnaan. Kewajiban itu membatasi pada apa yang minimal diwajibkan di dalamnya, sedangkan kesempurnaan ialah mengerjakan hal-hal yang dapat menyempurnakannya menurut apa yang sudah dikenal dalam al-Qur’an, Sunnah dan pendapat-pendapat ulama.

14. Islam tidak sempurna kecuali dengan menunaikan zakat. Zakat ialah harta yang diwajibkan (diambil) dari harta-harta zakat, dan ditunaikan, yaitu diberikan kepada orang yang berhak menerima-nya. Allah telah menjelaskan hal itu dalam surat at-Taubah dalam firmanNya,“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para Mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Biajaksana.” (At-Taubah: 60).

Puasa Ramadhan ialah beribadah kepada Allah SWT dengan me-nahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Ramadhan ialah bulan antara Sya’ban dan Syawal. Adapun haji ke Baitullah ialah bersengaja ke Makkah untuk menunaikan manasik haji, dan terikat dengan kemampuan, sebagaimana firman Allah SWT, “Bertakwalah kepada Allah menurut kemampuanmu.” (at-Taghabun: 16).

Salah satu kaidah yang ditetapkan oleh para ulama , “Bahwa tiada kewajiban dengan adanya ketidakmampuan dan tiada keharaman dengan adanya dharurat.”

15. Utusan Allah dari bangsa malaikat menyifati utusan Allah dari bangsa manusia, Muhammad SAW, dengan kebenaran (kejujuran). Jibril benar ketika menyifatinya dengan kebenaran, karena Nabi SAW adalah makluk yang paling benar.

16. Kecerdasan para sahabat di mana (ditunjukkan ketika) mereka kagum bagaimana seorang penanya membenarkan siapa yang ditanya? Pada asalnya penanya itu tidak tahu, dan orang yang ti-dak tahu tidak mungkin menghukumi suatu ucapan sebagai benar atau dusta. Tetapi keheranan ini lenyap ketika Nabi SAW bersabda, “Ini Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian ten-tang agama kalian.”

17. Iman itu mencakup enam perkara, yaitu: beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, RasulNya, Hari Akhir, dan qadha dan qadar, yang baik dan buruknya.

18. Pembedaan antara Islam dan iman. Ini ketika keduanya disebut secara bersamaan. Beliau menafsirkan Islam sebagai amalan-amalan anggota badan, dan iman sebagai amalan-amalan hati. Tetapi ketika disebutkan secara mutlak, maka masing-masing dari keduanya mencakup yang lainnya. Firman Allah, “Dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agamamu.” (Al-Maidah: 3); dan firmanNya, “Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam.” (Ali Imran: 85).

Ia mencakup Islam dan iman. Firman Allah SWT, “Dan bahwasanya Allah bersama orang-orang yang beriman.” (Al-Anfal: 19).

Dan ayat-ayat sejenisnya, mencakup iman dan Islam. Demikian pula firmanNya, “Maka memerdekakan hamba sahaya yang mukmin.” (an-Nisa’: 92).

Mencakup Islam dan iman. Adapun jika keduanya disebutkan secara bersamaan, maka masing-masing dari keduanya ditafsirkan sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits ini.

19. Iman kepada Allah adalah rukun iman terpenting dan teragung. Karena itu, Nabi SAW mendahulukannya, lewat sabdanya, “Kamu beriman kepada Allah.” Iman kepada Allah mencakup keimanan kepada eksistensiNya, rububiyahNya, uluhiyahNya, serta Asma’ dan sifatNya. Bukan sekedar beriman kepada keberadaanNya, tetapi iman itu harus mencakup empat perkara ini: mengimani eksistensi, rububiyah, uluhiyah, Asma’ dan sifatNya.

20. Menetapkan eksistensi malaikat. Malaikat adalah makhluk ghaib yang disifati Allah SWT dengan berbagai sifat dalam al-Qur’an, dan disifati oleh Nabi SAW dalam Sunnah. Cara beriman kepada mereka ialah mengimani nama-nama malaikat yang nama-nama mereka disebutkan. Sedangkan nama-nama malaikat yang tidak disebut-kan, maka kita mengimani mereka secara global. Kita mengimani juga kepada tugas-tugas yang mereka jalankan yang telah kita ketahui dari nash.(XII) Kita juga mengimani sifat-sifat mereka yang dengannya mereka disifati sepanjang yang kita ketahui. Di antaranya, Nabi SAW pernah melihat Jibril AS. yang memiliki 600 sayap yang menutupi ufuk sesuai penciptaan aslinya. Kewajiban kita terhadap malaikat ialah mempercayai mereka dan mencintai mereka, karena mereka adalah hamba-hamba Allah yang melaksanakan perintah-Nya, sebagaimana firmanNya, “Dan malaikat-malaikat yang di sisiNya, mereka tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (Al-Anbiya’: 19-20).

21. Wajib beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para rasulNya. Allah berfirman, ‏ “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan).” (Al-Hadid: 25).

Kita beriman kepada semua kitab yang Allah turunkan kepada para rasulNya, tetapi kita mengimaninya secara global dan kita mempercayai bahwa itu haq. Adapun secara terperinci maka kitab-kitab terdahulu telah mengalami penyimpangan dan pe-rubahan. Tidak mungkin manusia dapat memilah yang haq dari yang batil, dan atas dasar ini maka kita katakan, “Kita beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah secara global. Adapun secara terperinci maka kita khawatir bila itu termasuk perkara yang disimpangkan dan dirubah. Ini dalam hubungannya de-ngan beriman kepada kitab-kitab. Adapun pengamalannya, maka pengamalannya hanyalah dengan apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad a saja. Adapun selainnya, maka telah dihapus dengan syariat ini.”

22. Wajib beriman kepada para rasul k.(XIII) Kita beriman bahwa se-mua rasul yang diutus oleh Allah adalah hak. Mereka datang dengan membawa kebenaran, benar dalam apa yang mereka sampaikan, lagi benar dengan apa yang diperintahkannya. Kita beriman kepada mereka secara global berkenaan dengan para rasul yang tidak kita ketahui namanya, dan secara terperinci berkenaan dengan para rasul yang telah kita ketahui namanya. Dia berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (Ghafir: 78).

Rasul yang telah diceritakan kepada kita dan kita mengetahuinya, maka kita mengimaninya, dan rasul yang tidak diceritakan kepada kita dan kita tidak mengenalnya, maka kita mengimaninya secara global. Para rasul SAW yang pertama adalah Nuh dan yang terakhir ialah Muhammad SAW. Di antara mereka terdapat lima rasul Ulul Azmi yang dihimpun Allah dalam dua ayat dari Kitabullah, sebagaimana firmanNya dalam surat al-Ahzab, “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam.” (Al-Ahzab: 7).

Dia berfirman dalam surat asy-Syura,“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (Asy-Syura: 13).

23. Beriman kepada Hari Akhir, dan Hari Akhir ialah hari Kiamat. Disebut Akhir, karena ia akhir etape manusia. Sebab, manusia itu memiliki empat negeri: Negeri pertama, perut ibunya. Negeri kedua, dunia ini. Negeri ketiga, alam Barzakh. Keempat, Hari Akhir, dan tiada negeri sesudahnya, baik menuju ke surga maupun ke neraka.

Termasuk beriman kepada hari Akhir, sebagaimana dinyatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ialah, “Segala yang diberitakan oleh Nabi SAW tentang apa yang terjadi setelah kematian. Jadi termasuk di dalamnya ialah apa yang terjadi dalam kubur berupa pertanyaan kepada mayit tentang Tuhannya, agamanya dan Nabinya, serta apa yang terdapat dalam kubur berupa kenikmat-an dan adzab.”

24. Wajib beriman kepada qadar yang baik dan buruknya. Yaitu, kita mengimani empat perkara: Pertama, anda beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, baik secara global maupun terperinci, sejak dahulu kala dan hingga selama-lamanya.

Kedua, anda beriman bahwa Allah mencatat dalam Lauhul Mahfuzh ketentuan-ketentuan segala sesuatu hingga hari Kiamat.

Ketiga, anda beriman bahwa segala yang terjadi di alam semesta karena masyi’ah (kehendak) Allah SWT, tiada sesuatu pun yang keluar dari masyi’ahNya.

Keempat, anda beriman bahwa Allah menciptakan segala sesuatu. Jadi, segala sesuatu itu ciptaan Allah SWT, baik itu berupa perbuat-anNya yang menjadi kekhususanNya, seperti menurunkan hujan dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, atau berupa perbuatan hamba dan perbuatan para makhluk. Perbuatan para makhluk merupakan ciptaan Allah SWT, karena perbuatan makhluk itu tercipta dari kehendak dan kemampuan, sedangkan kehendak dan kemampuan itu merupakan sifat hamba. Sementara hamba dan sifat-sifatnya adalah ciptaan Allah SWT. Jadi, semua yang terdapat di alam semesta ini berasal dari ciptaan Allah SWT.

25. Allah SAW telah menentukan apa yang terjadi hingga hari Kiamat 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. Apa yang ditetapkanNya atas manusia tidak akan luput darinya, dan apa yang tidak ditetapkan tidak akan menimpanya.

Inilah enam rukun Islam, yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW, dan iman tidak akan sempurna kecuali dengan mengimani keenam perkara tersebut seluruhnya. Kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang mengimani-nya.

26. Penjelasan tentang ihsan, yaitu manusia beribadah kepada Tuhannya dengan peribadatan raghbah wa thalab (menginginkan dan mencari), seolah-olah ia melihatNya. Ia ingin sampai ke-padaNya. Derajat ihsan inilah derajat yang paling sempurna. Jika ia tidak sampai kepada keadaan ini, maka kepada derajat kedua, yaitu beribadah kepada Allah dengan peribadatan khauf wa harab (rasa takut) terhadap siksaNya. Karena itu, Nabi SAW bersabda, “Jika kamu tidak melihatNya, maka Dia melihatMu.” Yakni, jika kamu tidak menyembahNya seolah-olah kamu melihatNya, maka Dia melihatMu.

27. Pengetahuan tentang hari Kiamat itu tersembunyi, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Barangsiapa mengklaim mengetahuinya maka ia berdusta. Dan perkara ini tidak diketahui oleh Rasul yang paling mulia dari kalangan malaikat dan Rasul paling mulia dari kalangan manusia, Muhammad dan Jibril SAW.

28. Hari Kiamat itu memiliki tanda-tanda, sebagaimana firmanNya, ‏“Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari Kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya.” (Muhammad: 18). Asyrathuha, bermakna tanda-tandanya.

Para ulama membagi tanda-tanda Kiamat menjadi tiga macam: Pertama, yang sudah berlalu. Kedua, yang senantiasa muncul dalam bentuk yang baru. Ketiga, tidak datang kecuali persis menjelang Kiamat, yaitu tanda-tanda terbesar, seperti turunnya Isa putra Maryam, Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, dan terbitnya matahari di tempat terbenamnya.(XIV) Nabi SAW menyebutkan di antara tanda-tandanya, yaitu sahaya wanita melahirkan tuan putrinya. Yakni, wanita sebagai sahaya lalu melahirkan anak wanita, lalu wanita ini menjadi kaya sehingga memiliki semisal ibunya. Ini kiasan tentang cepatnya banyak harta dan tersebarnya di tengah manusia, dan yang menguatkan hal itu ialah perumpamaan sesudahnya, “Dan kamu melihat orang-orang bertelanjang kaki, tidak berpakaian, miskin lagi penggembala kambing, bermegah-megahan dalam bangunan.”

29. Nabi SAW mendidik dengan baik di mana beliau bertanya kepada para sahabat, apakah mereka mengetahui penanya ini ataukah tidak? Demi tujuan untuk memberitahu mengenainya. Ini lebih mendalam daripada sekiranya beliau langsung memberitahu kepada mereka. Karena jika beliau bertanya kepada mereka kemudian memberitahu, maka itu lebih mendorong untuk memahami dan mengingat apa yang beliau katakan.

30. Orang yang bertanya tentang suatu ilmu dinilai sebagai pengajar, dan ini telah disinggung sebelumnya. Tetapi saya ingin menje-laskan bahwa manusia itu seyogyanya bertanya tentang apa yang dibutuhkan oleh manusia, walaupun ia seorang alim, demi su-paya ia mendapatkan pahala karena memberitahukan. Wallahul muwaffiq.

CATATAN KAKI:

XII Ketahuilah bahwa setiap muslim wajib beriman kepada para malaikat yang nama-nama mereka disebutkan dalam al-Qur’an atau Sunnah secara terperinci, di antaranya: Jibril, Mika’il dan Israfil.

Jibril adalah malaikat yang ditugaskan membawa wahyu yang menjadi sumber kehidupan hati dan ruh.

Mika’il adalah malaikat yang ditugaskan membawa hujan yang menjadi sumber kehidupan bumi, tumbuhan dan hewan.

Adapun Israfil ialah malaikat yang ditugaskan untuk meniup sangkakala untuk menghidupkan makhluk sesudah kematian mereka.

Di antara malaikat yang disebut dalam al-Qur’an ialah Malik, penjaga neraka. Mereka dan selainnya yang nama-nama mereka disebutkan dalam sejumlah hadits yang terbukti keshahihannya, wajib diimani, berikut tugas-tugas yang diberikan kepada mereka.

Adapun malaikat yang tidak disebutkan namanya, maka kita wajib mengimani mereka secara global, dan mengimani sifat-sifat mereka dan perbuatan-perbuatan mereka yang disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

Kita beriman kepada al-Kiram al Katibun yang dijadikan Allah sebagai pencatat amal-amal kita. Kita ber-iman kepada malaikat maut yang ditugaskan untuk mencabut nyawa para makhluk. Kita beriman kepada para malaikat yang bertugas di neraka. Kita beriman kepada para malaikat yang ditugaskan di surga. Dan kita beriman juga dengan para malaikat pemikul Arsy. (Al-Iman, karya Muhammad Nu’aim Yasin, hal. 23-24, dengan diringkas).

XIII Allah SWT menyebutkan dalam al-Qur’an 25 nabi, yaitu: Adam, Nuh, Shalih, Ibrahim, Hud, Idris, Luth,Yunus, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun, al-Yasa’, Dzul Kifli, Daud, Zakariya, Sulaiman, Ilyas, Yahya, Isa dan Muhammad—semoga Allah melimpah shalawat dan salam atas mereka semua. Para rasul dan nabi tersebut wajib diimani akan kerasulan dan kenabian mereka secara terperinci. Adapun para nabi dan rasul yang tidak dikisahkan al-Qur’an kepada kita, maka kita diperintahkan supaya mengimani mereka secara global. (Al-Iman, karya Muhammad Na’im Yasin, hal. 37-38, dengan disingkat).

XIV Mengisyaratkan kepada hadits yang diriwayatkan Muslim dalam Shahihnya dari Hudzaifah bin Usaid al-Ghifari, ia mengatakan, “Nabi SAW muncul di hadapan kami ketika kami sedang mudzakarah, lalu beliau bertanya, ‘Apakah yang sedang kalian mudzakarahkan?’ Mereka menjawab, ‘Kami mengingat hari Kiamat.’ Beliau bersabda, ‘Kiamat tidak akan datang sehingga kalian melihat sebelumnya 10 tanda.” Lalu beliau menyebutkan: Asap, Dajjal, binatang tunggangan, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, turunnya Isa AS, Ya’juj dan Ma’juj, tiga khusuf (pembenaman): pembenaman di Masyriq, pembenaman di Maghrib, dan pembenaman di Jazirah Arab, serta yang terakhir ialah api yang keluar dari Yaman untuk mengusir manusia menuju Mahsyar mereka.