Muhammad Bahjah bin Muhammad Bahauddin al-Baithar adalah seorang ulama ahli fiqih, reformis, sastrawan, sejarawan dan orator. Ia dilahirkan di Damaskus dalam keluarga terpandang. Kakek dalam silsilah teratasnya berasal dari Aljazair.

Ayahnya seorang tuan guru di Damaskus, bahkan termasuk salah satu tuan guru kalangan ekstrem Sufi.

Syaikh ath-Thanthawi menuturkan, “Ia (Syaikh Bahjah) tumbuh di bawah asuhan ayahnya, menimba prinsip-prinsip ilmu agama dan bahasa darinya. Kemudian ia belajar kepada para ulama di zamannya seperti Jamaluddin al-Qasimi, Muhammad al-Khidhr Husain, Muhammad bin Badran al-Hasani, Muhammad Rasyid Ridha, dan lainnya. Ia sangat mengidolakan Syaikh Jamaluddin al-Qasimi.”

‘Ashim al-Baithar, putra Syaikh Bahjah berkata, “Ayahandaku nyantri dengan Syaikh Jamaluddin, ia sangat mengidolakannya. Syaikh (Jamaluddin-red) memiliki pengaruh yang besar terhadapnya. Dialah orang yang telah menanamkan ke dalam dirinya rasa cinta terhadap Salafiyyah, kemurnian aqidah, menjauhi kepalsuan dan fatamorgana, memanfaatkan waktu dengan baik, tegar di atas aqidah dan sabar atas kendala-kendala di jalannya. Terlalu sering saya memergoki beliau sedang menangis saat mengingat gurunya, al-Qasimi.”

Maha Suci Dzat Yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati. Beliau juga ikut andil dalam menyebarkan aqidah yang benar dan memegang sejumlah jabatan ilmiah.

Syaikh Bahjah al-Baithar terpilih sebagai ketua Perhimpunan Ulama, kemudian Ikatan Ualam di Damaskus. Ia mendapat tugas berceramah, menjadi iman dan mengajar di masjid raya (Jami’) al-Qa’ah, Maidan menggantikan ayahandanya. Kemudian mendapatkan tugas yang sama di Jami’ ad-Daqqaq di daerah yang sama. Hal itu ia geluti hingga akhir hayatnya.

Ia juga menjadi dosen terbang ke beberapa negara dan kawasan, di antaranya Syiria, Hijaz dan Lebanon. Di samping itu, ia juga mengajarkan mata kuliah tafsir dan akhlak di fakultas syariah, di Damaskus. Selain itu, ia juga mengajar di Dar al-Mu’allimin dan fakultas Sastra di sana. Setelah pensiun, ia membatasi aktifitasnya pada penyampaian kuliah di kampus dan pengajaran agama.

Syaikh Bahjah pernah menjadi anggota al-Mujamma’ al-‘Ilmi al-‘Arabi (Lembaga Keilmuan Arab) dan menjadi redaktur majalahnya. Ia seorang orator yang piawai, mampu berceramah secara spontan.

Alhamdulillah, ia juga –setelah izin Allah- menjadi sebab banyak penuntut ilmu, kalangan intelektual dan para sastrawan mendapatkan hidayah kepada aqidah Islam yang benar. Di antaranya adalah sastrawan dan ulama terkenal, Syaikh Ali ath-Thanthawi.

Syaikh ath-Thanthawi dalam sejumlah wawancara mengatakan, “Aku menemukan apa yang aku dengar darinya berbenturan dengan semua latar belakangku. Dulu, aku berpegang kuat dengan aqidah kaum Asy’ari dan Maturidiah, yang di dalamnya, baik dari dekat atau jauh mengukuhkan tauhid berdasarkan filsafat Yunani. Dulu aku meyakini kaidah yang mereka lontarkan, bahwa jalan Salaf dalam tauhid sifat lebih selamat, namun jalan Khalaf lebih valid. Tetapi setelah Syaikh Bahjah datang, ia mengatakan, “Mazhab Salaflah yang lebih selamat dan lebih valid. Selain itu, dulu aku menghindari pendapat Ibn Taimiah, bahkan membencinya, lalu beliau datang mengagungkannya di hadapanku dan memintaku agar mencintainya. Dulu aku juga amat fanatik dengan mazhab Hanafi, lalu ia menginginkan agar aku melampaui batasan fanatik mazhab itu kepada kebergantungan dengan dalil, bukan berdasarkan apa yang ‘dikatakan.’ Aku akhirnya terpengaruh olehnya, lalu seiring dengan hari-hari yang berjalan, pendapatnya itu membuatku puas setelah terjadi puluhan majlis dan bergadang malam dalam perdebatan.” (Silahkan baca di buku, Rijal Min at-Tarikh karya Ali ath-Thanthawi, hal.414)

Dalam buku yang sama (hal.416), Syaikh Ali ath-Thanthawi –rahimahulullah- kemudian melanjutkan kisahnya, “Kontak saya dengan Syaikh Bahjah menyebabkan terjadinya problem antaraku dan para guruku, sebab kebanyakan tuan guru di Syam cenderung kepada paham Sufi dan menghindari Wahabiah. Mereka tidak mengenalnya dan tidak tahu bahwa di dunia ini tidak ada mazhab yang namanya ‘Wahabiah.’ Di sekitar kami, ada sekelompok orang yang dijuluki kaum Wahabi, salah seorang tokoh pentingnya adalah Syaikh Muhammad Bahjah al-Baithar sendiri.”

Karya-Karya Tulisnya

Syaikh Bahjah banyak meninggalkan karya tulis berharga, di antaranya:
1. Masa`il al-Imam Ahmad, Abu Daud (Ta’liq)
2. Asrar al-‘Arabiyyah karya al-Anbari (Tahqiq)
3. Qawa’id at-Tahdits Min Funun Mushthalah al-Hadits karya Muhammad Jamaluddind al-Qasimi (Tahqiq dan Ta’liq)
4. al-Islam Wa ash-Shahabah al-Kiram Baina as-Sunnah Wa asy-Syi’ah
5. Tafsir Surah Yusuf
6. Hayah Syaikh al-Islam Ibn Taimiah: Muhadharat Wa Maqalat Wa Dirasat
7. ar-Rihlah an-Najdiyyah al-Hijaziyyah: Shuwar Min Hayah al-Badiah
8. Hilyah al-Basyar Fi Tarikh al-Qarn ats-Tsalits ‘Asyar karya kakeknya, Abdurrazzaq al-Baithar (Tahqiq dan Taqdim)
9. al-Fadhl al-Mubin ‘Ala ‘Iqd al-Jauhar ats-Tsamin, syarah al-Arba’in al-‘Ajluniyyah karya Jamaluddin al-Qasimi (Taqdim dan Tahqiq)
10.
Beberapa ceramah dan hadits dengan judul ats-Tsaqafatan ash-Shafra’ Wa al-Baidha’

Wafatnya

Beliau wafat pada tanggal 1 Jumadil Akhirah 1369 di Damaskus.

Semoga Allah merahmati Syaikh Muhammad Bahjah al-Baithar. Beliau membawa panji dakwah Salafiyyah di Syam di saat Sufi marak dan fanatik mazhab fiqih demikian dominan.

Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas. (AH)