Di perang Uhud kaum muslimin terpukul mundur akibat kesalahan pasukan pemanah yang tidak menaati instruksi Rasulullah saw, dalam keadaan demikian seorang sahabat berperang dengan sengitnya, dia berharap meraih impian berharga yang menyibukkan hati seluruh sahabat, yaitu gugur sebagai syahid di jalan Allah Ta’ala.

Selesai perang Nabi saw memeriksa korban-korban perang baik yang terluka maupun yang terbunuh dari kaum muslimin. Zaid bin Tsabit berkata, “Rasulullah saw mengutusku di perang Uhud untuk mencari Saad bin ar-Rabi’, beliau bersabda kepadaku, ‘Jika kamu bertemu dengannya maka sampaikan salamku kepadanya, dan katakan kepadanya, ‘Rasulullah saw berkata kepadamu, ‘Bagaimana keadaanmu?”

Zaid berkata, “Aku mulai berkeliling di antara para korban yang terbunuh, aku menemukannya sementara nafasnya tersengal-sengal, di tubuhnya terdapat tujuh puluh luka-luka, ada tusukan tombak, ada tebasan pedang dan ada tusukan anak panah, aku berkata kepadanya, ‘Wahai Saad, sesungguhnya Rasulullah saw menyampaikan salam kepadamu, beliau berkata kepadamu, ‘Katakan kepadaku, ‘Bagaimana kabarmu?’ Maka Saad menjawab, ‘Salam juga kepada Rasulullah saw. Katakan kepada beliau, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mencium bau surga, katakan juga kepada orang-orang Anshar kaumku, ‘Kalian tidak memiliki alasan jika mereka sampai menyentuh Rasulullah saw sementara bulu mata kalian masih tumbuh.’ Lalu Saad menghembuskan nafas terakhirnya.

Dalam sebuah riwayat, di perang Uhud Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang melihat untukku apa yang dilakukan oleh Saad bin ar-Rabi’?” Maka seorang laki-laki Anshar berkata, “Saya.” Maka laki-laki itu berjalan di antara tubuh korban yang terbunuh sehingga dia menemukan Saad yang tergeletak tanpa daya karena luka-luka di tubuhnya, laki-laki itu berkata, “Wahai Saad, sesungguhnya Rasulullah saw memintaku untuk melihat, apakah engkau termasuk yang masih hidup atau termasuk yang sudah meninggal?” Saad menjawab, “Aku termasuk yang kedua, sampaikan salamku kepada beliau dan katakan juga kepada beliau bahwa Saad berkata, ‘Semoga Allah membalasmu dengan sebaik-baiknya atas jasa-jasamu kepadaku sebagaimana Allah membalas seorang nabi karena jasanya kepada umatnya.’ Sampaikan salam kepada kaummu dariku, katakan kepada mereka bahwa Saad berkata kepada kalian, ‘Tidak ada alasan bagi kalian di sisi Allah jika nabi kalian tidak selamat sedangkan kalian masih hidup.”

Ketika kaum muslimin terpukul mundur, isu menyebar, bahwa Rasulullah saw telah terbunuh, maka sebagian sahabat duduk bersedih membuang senjata mereka sampai Anas bin an-Nadhr melewati mereka dan berkata, “Apa yang kalian tunggu?” Mereka menjawab, “Rasulullah saw terbunuh.” Anas berkata, “Lalu apa yang akan kalian lakukan sepeninggal Rasulullah saw? Bangkitlah dan matilah seperti Rasulullah saw mati.”

Anas berkata, “Ya Allah aku meminta maaf atas apa yang mereka –yakni kaum muslimin- perbuat dan aku berlepas diri dari apa yang mereka –yakni kaum musyrikin- lakukan.”

Anas merangksek ke depan, dia bertemu dengan Saad bin Muadz, Saad bertanya, “Hendak ke mana wahai Abu Amir?” Anas menjawab, “Wahai Saad, sesungguhnya aku mencium bau surga. Aku mendapatinya di balik Uhud.”

Kemudian dia maju berperang, dia gugur dengan luka-luka di sekujur tubuhnya, tidak seorang pun mengenalinya sampai datanglah saudara perempuannya yang bisa mengenalinya dari jari-jemarinya, tubuhnya terluka sebanyak delapan puluh lebih, ada sabetan pedang, tusukan tombak dan tancapan anak panah.

Siapa di antara kita yang mencium bau surga?
(Izzudin Karimi)