Banyak orang yang menghindari hal yang satu ini, lumrah memang, siapa yang mau babak belur merasakan sakit, tapi tidak dengan sebagian orang yang memiliki jiwa besar dan hati teguh, mereka ini justru menganggap hal semacam ini sebagai sesuatu yang menantang mereka untuk mencicipinya dan ternyata setelah mereka mencicipinya mereka merasakannya nikmat yang membuat mereka ingin mengulang.

Abdullah bin Mas’ud, dialah muslim pertama yang melantunkan al-Qur`an di muka bumi ini secara terbuka setelah Rasulullah saw, dan karenanya dia babak belur dihantam pukulan orang-orang yang membenci kitab Allah, namun dia masih berani untuk mengulangnya kalau sahabat-sahabatnya tidak mencegahnya.

Suatu hari para sahabat Nabi saw sedang berkumpul di Makkah, saat itu jumlah mereka masih sedikit dan mereka belum mempunyai kekuatan. Mereka berkata, “Demi Allah, Quraisy belum pernah mendengar al-Qur`an yang dibacakan dengan keras di depan mereka. Siapa gerangan yang berani melakukannnya?”

Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Aku yang akan melakukannya.” Mereka berkata, “Kami mengkhawatirkanmu, kami menginginkan seorang laki-laki yang mempunyai sanak kerabat yang akan menjaga dan melindunginya dari mereka jika mereka ingin berbuat jahat kepadanya.”

Abdullah berkata, “Biarkan aku melakukannya, Allah akan melindungiku dan menjagaku.”

Kemudian Abdullah berangkat ke masjid, dia menuju Maqam Ibrahim di waktu Dhuha, saat itu orang-orang Quraisy sedang duduk di sekeliling Ka’bah, Abdullah berdiri di atas Maqam dan membaca, “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang –dengan suara lantang- Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al-Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (Ar-Rahman: 1-4).”

Abdullah terus membacanya, maka orang-orang Quraisy mulai memperhatikannya, mereka berkata, “Apa yang diucapkan oleh Ibnu Ummi Abd? Celaka dia, dia membaca sebagian yang dibawa oleh Muhammad.”

Maka mereka menghampirinya, mereka memukuli wajahnya sementara Abdullah terus membaca sampai dia mampu membaca, kemudian dia pulang kepada para sahabatnya dengan darah menetes dari tubuhnya. Mereka berkata kepadanya, “Inilah yang kami takutkan akan menimpamu.”

Maka Abdullah berkata, “Demi Allah, musuh-musuh Allah itu tidak lebih remeh bagiku melebihi hari ini. Kalau kalian ingin, besok aku akan melakukannya lagi.”

Mereka berkata, “Jangan, kamu telah membuat mereka mendengar apa yang tidak mereka sukai.” Wallahu a’lam. (Izzudin Karimi)