Imam al-Haramain, al-Juwaini terkenal dengan ucapannya yang demikian masyhur,“Tidak ada seorang pun yang bermazhab Syafi’i melainkan berhutang budi kepada Imam asy-Syafi’i kecuali Abu Bakar al-Baihaqi, sebab justeru Imam asy-Syafi’i-lah yang berhutang budi kepadanya.”

Imam adz-Dzahabi berkata, “Sesungguhnya Imam al-Baihaqi adalah orang pertama yang mengumpulkan seluruh teks-teks imam asy-Syafi’i.”

Ucapan adz-Dzahabi ini menurut ulama diarahkan kepada penilaian sejauh mana pendalaman dan upaya pencapaian dalam pengumpulan dalil-dalil dan perkataan-perkataan Imam asy-Syafi’i yang dilakukannya. Sebab bila dari sisi yang lain, al-Baihaqi bukanlah orang pertama yang mengumpulkan teks-teks imam asy-Syafi’i secara mutlak. Hal ini disiratkan oleh Imam as-Subki dalam bantahannya terhadap ucapan imam adz-Dzahabi sebagaimana disebutkan dalam Thabaqat asy-Syafi’iyyah.

I. Siapa Imam al-Baihaqi

Ia adalah Imam al-Hafizh, al-‘Allamah, Syaikh dari Khurasan, Abu Bakar Ahmad bin al-Husain bin ‘Ali bin Musa al-Khasrujardi al-Baihaqi, pemilik banyak karya tulis, orang terdepan di zamannya dan abadnya dan al-Hafizh di masanya. Ia termasuk salah seorang murid senior Abu Abdillah al-Hakim. Oleh karena itu, bila ia menyebutkan secara lepas, Abu Abdillah al-Hakim dalam periwayatan-periwayatannya, maka yang dimaksudnya adalah syaikh (guru)nya, al-Imam al-Hakim dimana ia meriwayatkan darinya lebih dari sepuluh ribu riwayat.

Bisa jadi, sebab kecenderungannya kepada mazhab Syafi’i adalah karena terkesan dengan syaikhnya, Abu Abdillah tersebut. Di samping, karena mazhab Syafi’i memiliki pijakan-pijakan yang kokoh. Hal ini dikatakan oleh al-Baihaqi dalam kitabnya, Ma’rifat as-Sunan Wa al-Atsar, “Lalu aku mendapati imam asy-Syafi’i rhm orang yang paling mengikuti sunnah daripada mereka (para ulama yang lain-red), paling kuat hujjahnya dan paling shahih qiyasnya…”

Di antara ulama yang ia ambil dalam mazhab asy-Syafi’i adalah Abu al-Fath, Nashir bin Muhammad al-‘Umari al-Mirwazi, dan ulama selainnya.

Al-Baihaqi mumpuni dalam mazhab Syafi’i dan terkenal di kalangan sahabat-sahabatnya, sampai-sampai ia dinilai sebagai salah seorang pendukung terbesar mazhab Syafi’i dan ulama terkemukanya. Ia dilahirkan pada bulan Sya’ban, tahun 384 H.

II. Syaikh-Syaikhnya

1. Abu al-Hasan, Muhammad bin al-Husain al-‘Alawi. Ia merupakan Syaikhnya yang paling senior.
2. Abu Thahir, Muhammad bin Muhammad bin Mahmasy az-Ziyadi.
3. Abu Abdillah, al-Hafizh al-Hakim.
4. Abu Abdirrahman as-Sullami.
5. Abu Bakar bin Faurik.
6. Abu ‘Ali ar-Rudzbari.
7. Abu Bakar al-Hiri.
8. Ishaq bin Muhammad bin Yusuf as-Susi.
9. Ali bin Muhammad bin Ali as-Saqqa’.
10. Abu Zakaria al-Muzakki.
11. Abu al-Husain bin Bisyran.
12. Abdullah bin Yahya as-Sukkari.
13. Abu al-Husain al-Qaththan.
14. Abu Abdillah bin Nazhif.
15. Al-Hasan bin Ahmad bin Firas, dan lainnya.

Jumlah syaikh-syaikhnya mencapai seratusan orang.

Allah SWT telah memberkahi waktunya, riwayat-riwayatnya dan tindak-tanduknya yang baik di dalamnya (periwayatan). Ia berhasil menjadikan indah bab-bab, para perawi, lafazh-lafazh dan matan-matannya. Di antaranya adalah seperti terdapat dalam kitab as-Sunan al-Kubra.

III. Murid-Muridnya

Ia juga memiliki banyak murid, di antaranya yang masyhur adalah cucunya, Abu al-Hasan, Ubaidullah bin Muhammad bin Abu Bakar; Abu Abdillah al-Farawi; Zahir bin Thahir asy-Syahhami; Abdul al-Jabbar bin Muhammad al-Hiwari; saudaranya, Abdul Hamid bin Muhammad; Abu al-Ma’ali, Muhammad bin Isma’il al-Farisi; Abdul Jabbar bin Abdul Wahhab ad-Dahhan; dan ulama lainnya.

IV. Karya-Karyanya

Ada orang yang mengatakan, karya-karyanya mencapai ribuan juz. Dua orang Hafizh sempat mendengar hadits darinya, yaitu al-Hafizh Ibn ‘Asakir dan Ibn as-Sam’ani.

Ia tinggal sebentar di Baihaq untuk menulis kitab-kitabnya. Ia adalah orang pertama yang mengumpulkan teks-teks asy-Syafi’i dengan berupaya mendapatkan sebanyak-banyaknya dan menelusuri himpunan-himpunannya. Ia berhujjah terhadap itu dengan dalil al-Kitab dan as-Sunnah.

Di antara buku-bukunya itu adalah:

1. Manaqib asy-Syafi’i (satu jilid).
2. Manaqib Ahmad. Dalam satu jilid.
3. Kitab al-Madkhal Ila as-Sunan al-Kabir.
4. Kitab al-Ba’ts wa an-Nusyur (satu jilid).
5. Kitab az-Zuhd al-Kabir (jilid ukuran sedang).
6. Kitab al-I’tiqad (satu jilid).
7. Kitab ad-Da’awat al-Kabir.
8. Kitab ad-Da’awat ash-Shaghir.
9. Kitab al-Asra.
10. Al-Qira’ah Khalf al-Imam.
11. Kitab at-Targhib wa at-Tarhib.
12. Kitab al-Adab.
13. Kitab al-Isra’.
14. Kitab al-Khilafiyyat. (Dua jilid).
15. Kitab al-Arba’in. Dan karya-karya lainnya.

V. Pujian Para Ulama Terhadapnya

Abdul Ghafir berkata, “Beliau mengikuti cara para ulama, puas dengan hal yang sedikit di dunia, mempercantik diri dengan kezuhudan dan kewaraannya.”

Imam al-Haramaian, al-Juwaini berkata, ““Tidak ada seorang pun yang bermazhab Syafi’i melainkan berhutang budi kepada Imam asy-Syafi’i kecuali Abu Bakar al-Baihaqi, sebab justeru Imam asy-Syafi’i-lah yang berhutang budi kepadanya melalui karya-karyanya dalam mendukung mazhabnya.”

Muhammad bin Abdul Aziz al-Mirwazi berkata, “Aku bermimpi seakan ada tabut (kotak) yang naik ke langit di atasnya cahaya. Lalu aku bertanya, ‘Apa ini.?’ Ia menjawab, ‘Ini adalah karya-karya Ahmad al-Baihaqi.’”

Adz-Dzahabi berkata, “Ilmunya diberkahi karena niatnya baik, pemahaman dan hafalannya kuat. Ia menulis buku-buku yang belum pernah dikupas oleh orang sebelumnya.”

Ibn Nashir ad-Din berkata, “Ia merupakan orang nomor satu di zamannya, dan nomor satu di tengah teman-temannya dari sisi hafalan, ketekunan, keterpercayaan dan rujkan.” (al-Ansab:101)

As-Subki berkata, “Imam al-Baihaqi merupakan salah seorang imam kaum Muslimin, penuntun mereka, penyeru kepada tali Allah yang kuat, ahli fiqih yang mulia, hafizh besar, ahli ushul, ahli nahwu, ahli zuhud, wara’, ahli ibadah kepada Allah, pembela mazhabnya baik secara ushul maupun furu’nya dan salah satu ‘gunung’ ilmu. Ia mengambil fiqih dari Nashir al-‘Umari, membaca tentang ilmu kalam berdasarkan mazhab al-Asy’ari, kemudian sibuk dengan aktifitas mengarang setelah menjadi salah satu orang nomor satu di masanya, satria di medannya, ahli hadits yang mumpuni, memiliki akal yang tajam, pemahaman yang cepat dan memiliki sifat yang baik.”

VI. Wafatnya

Beliau wafat pada tanggal 10 Jumadil Ula, tahun 458 H. Ia diangkut di dalam peti, lalu dikuburkan di Baihaq, yaitu pinggiran di kota Naisaburia selama dua hari, sedangkan Khasrojard adalah ibukotanya. (AHS)