Sebagian ibu-ibu suka mengeluhkan keadaan anaknya yang gampang terpancing dan terprovokasi oleh teman-temannya di sekolah. Ia sering mengulang-ulang kata dalam bentuk yang terus menerus, mengajukan pertanyaan terumenerus walaupun sudah aku jawab, sangat suka membantah dan membangkang, cepat marah sehingga ia jadi tidak naik kelas. Mungkin diantara obat yang paling baik untuk anak ini adalah memperbaiki cara hubungan keseharian antara kedua orang tua dengan anaknya tersebut.

Banyaknya pertanyaan anak kepada kedua orang tua, khususnya jika dalam bentuk tertentu. Misalnya: Wahai ibu, apakah engkau mencintaiku? Bapakku, apakah engkau juga mencintaiku? Engkau marah kepadaku? Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan ia begitu cemas ketika menghadapi ayah dan ibunya, tidak merasa aman dan tenang ketika bersama kedua orang tuanya.

Sebagian orang tua suka menceritakan kekurangan dan masalah anaknya di depan orang lain, seolah-olah anaknya sedang tidak ada. Mayoritas orang tua meyakini bahwa cara yang paling utama untuk mengajari anak adalah membuatnya terdiam dan terpojok di depan tamu tentang segala masalah anaknya walaupun masalah sepele.

Dan mungkin diantara sikap yang jelek adalah ketika anakmu datang kepadamu mengajak bicara denganmu tentang sesuatu atau ia ingin diantar ke WC, atau ingin makan atau pun minum, maka engkau meladeninya dengan disertai perkataan yang jelek, misalnya “Wahai keledai, … wahai si bodoh”.

Dan sebagian lainnya meyakini bahwa selama anaknya masih kecil maka tidak perlu mengajak bicara dengan anaknya, bercanda dengannya, pergi bersamanya bertamasya. Hal ini menimbulkan tekanan jiwa pada anak yang oleh para pakar psikologi dinamakan “sindrom relasi interpersonal” antara anak dengan orang tuanya.

Maka, apabila seorang anak mengulang-ulang pertanyaan atau ungkapan walaupun sudah dijawab secara berulang-ulang juga; bertindak kasar dan cepat; atau memukul kawannya tanpa sebab yang jelas; bergerak tanpa makna seperti tertawa tanpa sebab, berteriak dan menangis tanpa sebab, maka anak tersebut pasti sedang mengalami salah satu dari sekian hal, yaitu ia butuh akan perhatian, afeksi dari kedua orang tua, khususnya ketika ibu atau bapaknya sibuk dan tidak memperhatikannya, mungkin juga sang anak mengalami tekanan jiwa karena mendapat beban yang ia tidak mampu kerjakan , atau pun mengalami kesalahan –walaupun kecil atau pun gagal dalam melaksanakan perintah– karena takut dicela dan dikasari.

Adapun trik-trik solusi untuk permasalahan di atas adalah sebagaiberikut:

  • Memberikan kepada anak perhatian dan bantuan yang “lebih” untuk menguatkan kepribadian dan kepercayaan dirinya.
  • Tidak acuh tak acuh terhadap permintaan sang anak apalagi membentaknya di depan orang lain sehingga ia tidak merasa terlukai, jatuh harga dirinya, hina dan rendah.
  • Membangun hubungan muamalah yang baik antara kedua orang tua dengan anak, duduk bersama, berbincang-bincang, dan menceritakan serta turut-serta dalam aktivitas bersama sang anak, baik olah raga, agama, kekerabatan, dan lain-lain.
  • Acuhkan sifat anakmu yang jelek dengan terus engkau tidak meninggalkannya.
  • Hendaklah selalu memelihara sifat lembut dalam menghadapi penyimpangan dan kesalahan sang anak. (Abm)