Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim sebuah hadits tentang orang-orang yang terjebak di dalam goa dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اِنْطَلَقَ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَتَّى آوَاهُمُ الْمَبِيْتُ إِلَى غَارٍ، فَدَخَلُوْهُ فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ، فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ، فَقَالُوْا: إِنَّهُ لاَ يُنْجِيْكُمْ مِنْ هذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوَا اللهَ c بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. قَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ: اللّهُمَّ إِنَّهُ كَانَ لِيْ أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيْرَانِ، وَكُنْتُ لاَ أُغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلاً وَلاَ مَالاً…، وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيْثِ الطَّوِيْلِ فِيْهِمْ، وَأَنَّ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ قَالَ فِي صَالِحِ عَمَلِهِ: اَللّهُمَّ إِنْ كُنْتُ قَدْ فَعَلْتُ ذلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ. فَانْفَرَجَ فِي دَعْوَةِ كُلِّ وَاحِدٍ شَيْءٌ مِنْهَا، وَانْفَرَجَتْ كُلُّهَا عَقِبَ دَعْوَةِ الثَّالِثِ، فَخَرَجُوْا يَمْشُوْنَ.

“Tiga orang laki-laki dari orang-orang sebelum kamu berangkat bepergian, hingga kebutuhan bermalam memaksa mereka berlindung ke dalam sebuah goa, maka mereka masuk ke dalamnya. Tiba-tiba sebongkah batu besar tergelincir dari gunung, lalu menutup goa mereka. Mereka berkata, ‘Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang mampu menyelamatkanmu dari batu besar ini kecuali kalian berdoa kepada Allah dengan amal shalih kalian.’ Salah seorang dari mereka berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya saya dahulu memiliki orang tua yang sudah sangat lanjut usia, dan saya tidak pernah mendahulukan memberi minuman susu (di sore hari) kepada anak istriku dan hartaku (budakku) sebelum mereka berdua…’. Lalu menyebutkan lengkap hadits yang panjang tersebut tentang mereka, dan bahwa setiap dari mereka berkata tentang amal shalih mereka, ‘Ya Allah, jika aku telah melakukan hal tersebut karena berniat mendapatkan WajahMu, maka bukalah goa yang kami berada di dalamnya’. Maka terbukalah goa tersebut sedikit demi sedikit sebagai balasan doa dari masing-masing mereka, hingga terbukalah seluruhnya setelah doa orang yang ketiga. Lalu mereka keluar dan melanjutkan perjalanan.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Buyu’, Bab Idza isytara Syaian li Ghairihi bi Ghairi Idznihi, 4/408, no. 2215; dan Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Qishshatu Ashhabi al-Ghar, 4/2099, no. 2743. pent.)

Saya berkata, أُغْبِقُ bermakna saya memberikan minuman susu (di sore hari).
Al-Qadhi Husain dari golongan sahabat kami dan yang lainnya telah berkata, dalam shalat istisqa` terdapat ucapan-ucapan yang maknanya adalah bahwasanya dianjurkan bagi orang yang dalam keadaan sulit untuk berdoa dengan amal shalihnya. Dan mereka berdalil dengan hadits ini.
Dan mungkin di sini muncul keberatan, karena di dalamnya terkandung sikap tidak menampakkan rasa butuh yang mutlak kepada Allah subhanahu wata’ala sedangkan tuntutan dalam doa adalah menampakkan rasa butuh. Namun (yang jelas) Nabi enyebutkan hadits ini adalah sebagai pujian atas mereka, ini merupakan dalil atas pembenaran beliau ter-hadap perbuatan mereka. Wa billah at-Taufiq.

Pasal: Dan di antara doa yang paling baik yang muncul dari kalangan salaf adalah doa yang diceritakan dari al-Auza’i rahimahullah (Ibnu Tamim as-Sukuni, Abu Amr ad-Dimasyqi, seorang imam, penasihat, imam masjid jami Damaskus, ayahnya adalah seorang sahabat. Dia meninggal tahun seratus sepuluh lebih. Biografinya ada dalam Tarikh Ibnu Asakir, 10/480; Siyar A’lam an-Nubala` 5/90, pent.), dia berkata, “Orang-orang keluar untuk Istisqa`, maka Bilal bin Sa’ad berdiri di antara mereka lalu memuja dan memuji Allah subhanahu wata’ala kemudian berkata, ‘Wahai kalian semua yang hadir! Tidakkah kamu mengakui bahwa kalian berdosa?’ Mereka menjawab, ‘Ya’. Maka dia berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya kami mendengar FirmanMu,

مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ ( التوبة: 91)

“’Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik.” (At-Taubah: 91).

Kami mengakui telah berdosa, maka apakah ampunanmu ditujukan kepada selain orang-orang seperti kami? Ya Allah, ampunilah kami, sayangilah kami, dan turunkanlah hujan kepada kami.’ Lalu dia mengangkat kedua tangannya, dan mereka pun mengang-kat kedua tangan mereka, maka hujan pun diturunkan buat mereka. Dan dalam makna ini, mereka melantunkan syair,
Aku adalah seorang pendosa, sedangkan pintu ampunan adalah luas
Kalau bukan karena ada dosa, niscaya ampunan tidak akan terjadi

Sumber: dikutib dari Buku “Ensiklopedia Dzikir dan Do’a Al-Imam An-Nawawi Takhrij & Tahqiq: Amir bin Ali Yasin. Diterbitkan oleh: Pustaka Sahifa Jakarta. Oleh: Abu Nabiel)