Pemikiran dan keyakinan

Kasyaf atau mukasyafah merupakan sumber ilmu bagi orang-orang sufi, sumber ini sangat otentik dan valid bagi mereka bahkan ia merupakan target ibadah mereka, perkara-perkara syar’i dan kauni yang masuk ke dalam kasyaf sufi di antaranya,

1- Nabi saw, maksudnya orang-orang sufi mengaku belajar dan mengambil ilmu secara langsung dari Nabi saw tanpa perantara melalui mimpi bahkan sebagian dari mereka mengaku dalam keadaan terjaga.

2- Khadhir, maksudnya mereka mengaku belajar dan mengambil ilmu dari Khadhir, orang-orang sufi banyak memiki hikayat tentang pertemuan mereka dengannya lalu belajar hukum-hukum syar’i dan ilmu-ilmu agama darinya, termasuk wirid-wirid, dzikir-dzikir dan perkara-perkara lainnya.

3- Ilham, maksudnya orang sufi mengambil ilmu secara langsung dari Allah, dengannya seorang wali sufi sederajat dengan seorang Nabi saw, bahkan seorang wali mengunggulinya karena dia mengambil langsung dari Allah sementara seorang Nabi saw melalui perantara malaikat.
4- Firasat, ini terkait dengan apa yang terbetik dan terlintas dalam jiwa seorang wali sufi.

5- Bisikan dengan mendengar pembicaraan dari Allah atau dari malaikat atau dari jin yang baik atau salah seorang wali atau Khadhir atau bahkan iblis, bisa melalui mimpi atau dalam keadaan terjaga atau dalam keadaan di antara keduanya.

6- Isra` Mi’raj, yakni naiknya arwah seorang wali ke alam atas lalu arwah itu berkelana di sana dan pulang kepada pemiliknya dengan membawa ilmu-ilmu dan rahasia-rahasia.

7- Mimpi, ini adalah sumber yang paling banyak mereka pegang di mana mereka mengklaim bahwa mereka mengambil dari Allah atau dari Nabi saw atau dari salah seorang syaikh mereka yang sudah mati.

Rasa dan Perasaan, termasuk sumber ilmu bagi mereka, di mana apa yang dirasakan oleh seorang sufi merupakan sumber ilmu, demikian pula perasaannya.

Nabi-nabi selain Muhammad saw, orang-orang sufi mengaku bisa berhubungan dengan para nabi selain Muhammad saw dan mengambil ilmu dan hukum dari mereka, termasuk dari para syaikh mereka yang sudah mati.

Akidah Sufi kepada Allah, ada akidah hulul di mana Allah halla, singgah atau bersemayam pada makhluknya seperti madzhab al-Hallaj, ada akidah wihdatul wujud di mana Khalik dengan makhluk menyatu dan tidak terpisah, ada akidah Asy’ariyah dan Maturidiyah terkait dengan dzat, asma` dan sifat Allah.

Akidah Sufi pada Rasulullah saw, ada yang meyakini bahwa wali sufi berderajat lebih tinggi daripada Rasulullah saw, Rasulullah saw tidak mencapai derajat mereka, Rasulullah saw tidak mengetahui ilmu-ilmu tasawuf, al-Busthami berkata, “Kami telah menyelami lautan di mana para Nabi saw hanya berdiri di pantainya.” Ada yang meyakini bahwa Rasulullah saw adalah kubah alam semesta dan bahwa langit dan bumi, Arasy dan kursi serta segala yang ada diciptakan dari cahayanya, bahwa dia adalah makhluk pertama seperti akidah Ibnu Arabi dan orang-orang yang mengikutinya. Ada yang menolak Rasulullah saw dan meyakininya sebagai manusia biasa walaupun begitu mereka meminta syafaat dan bertawasul kepada beliau dengan cara mereka.

Akidah Sufi tentang wali, ada yang mengunggulkan wali di atas nabi, ada yang menjadikan wali sama dengan Allah dalam sifat-sifatNya, wali bisa mencipta, memberi rizki, menghidupkan, mematikan dan berkuasa atas alam semesta. Mereka membagi wali menjadi: ghauts, quthub, badal dan najib, mereka ini berkumpul setiap malam di gua Hira untuk membicarakan dan menentukan takdir. Ada pula yang tidak meyakini itu, tetapi mereka menjadikan wali sebagai perantara di antara mereka dengan Allah dalam meminta hajat-hajat mereka, baik ketika wali itu masih hidup atau sesudah mati.

Orang-orang sufi meyakini bahwa agama adalah syariat dan hakikat, yang pertama adalah bagian lahir dari agama, ia adalah pintu di mana semua orang masuk ke sana, sedangkan yang kedua adalah bagian batin yang hanya diraih oleh orang-orang khusus yang terpilih dan tasawuf menurut mereka adalah tarikat dan hakikat sekaligus.

Orang-orang sufi terkenal dengan ilmu ladunni yang menurut mereka diraih oleh orang yang menduduki derajat kenabian dan derajat kewalian, sebagaimana ia menurut mereka dimiliki oleh Khadhir seperti yang disebutkan oleh Allah, “Dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Al-Kahfi: 65).

Fana, orang-orang sufi dikenal dengan fana` yaitu menyatunya seorang hamba dengan Allah secara total sehingga seorang hamba lupa terhadap apa dan siapa pun selain Allah bahkan dirinya.

Dari al-Mausu’ah al-Muyassarah, isyraf Dr. Mani’ al-Juhani.