Dia adalah Ka’ab bin Mati’ al-Himyari al-Yamani al-Allamah al-Hibr.
Dia sorang tokoh yang dulunya Yahudi, lalu masuk Islam setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Dia kemudian datang ke Madinah dari Yaman pada masa kekhilafahan Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu, lalu berkawan dengan sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lantas mnceritakan kepada mereka tentang buku-buku Israiliyat. Dia belajar Sunah dari para sahabat serta beliau juga hafal beberapa keajaiban.

Dia orang yang baik keislamannya, kuat agamanya, dan termasuk ulama yang cerdas.
Dia sangat mengetahui buku-buku Yahudi dan mempunyai perasaan dalam mengetahui mana yang salah secara umum. Dia tinggal di Syam dengan Akhrah dan berjuang bersama para sahabat.

Khalid bin Ma’dam meriwayatkan dari Ka’ab al-Ahbar, dia berkata, “Menangis karena takut lebih aku senangi daripada bersedekah emas seberat badanku”.

Ka’ab meninggal di Hims ketika pergi menuju peperangan pada masa akhir kekhalifahan Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.

Keterangan:

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah, ketika menafsirkan surah an-Naml setelah memaparkan kisah tentang Ratu Saba’ bersama Nabi Sulaiman Alaihis Salam berkata, cerita yang mirip dengannya disampaikan dari para Ahli Kitab yang ditemukan dalam shahifah-shahifah mereka, seperti riwayat-riwayat Ka’ab dan Wawab, yang keduanya diperbolehkan oleh Allah Ta’ala untuk dinukil kepada ummat ini, yaitu berita-berita Bani Israil yang aneh dan menakjubkan, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik yang dirubah, diganti,maupun dihapus. Allah Ta’ala telah memberikan kepada kita berita yang lebih benar, lebih bermanfaat, lebih jelas, dan lebih dalam. Segala puji bagi Allah.
Dan Al-Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya pembahasan : Berpegang teguh, bab Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Janganlah bertanya kepada Ahlul Kitab tentang sesuatu”, XIII/281-282. dari jalur periwayatan Hamid bin Abdur Rahman, bahwa dia mendengar, pada masa kekhilafahannya, Mu’awiyyah menceritakan kepada sekelompok orang Quraisy di Madinah saat sedang menunaikan haji, lalu ketika menyebut nama Ka’ab al-Ahbar, dia berkata, “Walaupun dia termasuk orang yang paling jujur diantara para perawi yang meriwayatkan dari Ahlul Kitab, namun kita tetap menganggapnya sebagai sebuah kebohongan. Apa yang diceritakan Ka’ab dari kitab-kitab kuno bukan merupakan hujjah (dalil) bagi seorang [pun dari kalangan Ahli ilmu. Umar Radhiallahu ‘anhu misalnya, menurut riwayat Abu Zur’ah ad-Dimasyqi dalam Tarikhnya (1/544), Umar pernah berkata, “Kamu hendaknya meninggalkan hadits-hadits itu, atau kamu aku buang ke negri kera. Tidak semua hadits yang dinisbatkan kepadanya dalam kitab-kitab itu berasal darinya, karena para pemalsu hadits banyak menisbatkan apa yang tidak disampaikannya kepada dirinya.”

Sumber : Lihat Asy-Syiar III/489-494