Pada suatu malam yang gelap, Umar bin Abdul Aziz masuk ke sebuah mesjid. Ia melewati seseorang yang tidur hingga ia tersandung olehnya. Orang tersebut bangun dan melihat ke atas seraya berkata: “Apakah kamu gila?”. Sang khalifah, Umar bin Abdul Aziz menjawab: “Tidak”. Lalu datanglah para pengawal khalifah hendak memukul laki-laki tersebut, namun sang khalifah berkata: “Tahan, tidak ada apa-apa, ia hanya bertanya apakah aku gila, dan aku jawab, ‘Tidak.”

Umar bin Abdul Aziz mempunyai putra dari Fatimah, putranya bermain-main bersama anak-anak, seorang anak melukai kepalanya, maka orang-orang membawa putra Umar dan anak yang melukainya kepada Fatimah, Umar yang sedang berada di rumahnya yang lain mendengar kegaduhan, maka dia keluar. Seorang wanita datang, dia berkata, “Ini adalah anakku, dia anak yatim.” Umar bertanya, “Apakah dia mendapatkan jatah pemberian negara?” Dia menjawab, “Belum.” Maka Umar berkata, “Tulislah namanya dalam deretan anaka-anak.” Maka Fatimah berkata, “Semoga Allah melakukan terhadapnya dan melakukan, jika dia tidak melukai anakku untuk kedua kalinya.” Maka Umar berkata, “Kalian menakut-nakutinya.”

Suatu hari Umar bin Abdul Aziz sangat marah kepada seseorang, maka Umar memerintahkan agar orang tersebut ditangkap lalu diikat, tukang cambuk sudah hadir, maka Umar berkata, “Biarkan dia pergi.” Kemudian dia berkata, “Kalau aku sedang tidak marah niscaya aku sudah menghukummu.” Umar membaca firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan manusia.” (Ali Imran: 134).

Suatu hari Umar bin Abdul Aziz hendak istirahat siang, seorang laki-laki menghadangnya, dia memegang gulungan kertas, orang-orang mengira bahwa laki-laki ini ingin menemui Amirul Mukminin, laki-laki itu khawatir mereka akan menghalang-halanginya, maka dia melemparkan kertas, Umar menoleh maka gulungan kertas itu mengenai wajahnya dan melukainya. Darah menetes dari wajahnya sementara dia berdiri di bawah terik matahari, dia tidak meninggalkan tempat, dia membaca kertas lalu memerintahkan agar keperluan laki-laki ini ditunaikan dan dia dibiarkan pergi.

Seorang laki-laki mencaci Umar, Umar tidak menjawabnya, maka dia ditanya, “Mengapa engkau tidak menjawab.” Umar menjawab, “Orang yang bertakwa itu terkendali.”

Seorang laki-laki berdiri di depan Umar bin Abdul Aziz yang sedang berkhutbah, laki-laki itu berkata kepadanya, “Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang-orang fasik.” Maka Umar menjawab, “Dari mana kamu tahu? Kamu sendiri telah bersaksi dengan kepalsuan, maka kesaksianmu tidak diterima.”

Seorang laki-laki berdiri kepada Umar bin Abdul Aziz pada saat dia di atas mimbar, laki-laki ini mencacinya dan membuat Umar marah, maka Umar berkata kepadanya, “Wahai bapak, kamu ingin agar setan mendorongku untuk melakukan dengan kekuatan kekuasaan terhadapmu hari ini sesuatu yang kelak kamu akan melakukan hal sama terhadapku. Pergilah semoga Allah mengampunimu.”

Diriwayatkan bahwa seorang anak laki-laki Umar bin Abdul Aziz pulang dengan menangis, Umar bertanya kepadanya, “Mengapa kamu menangis?” Dia menjawab, “Fulan hamba sahaya memukulku.” Maka fulan dihadirkan, Umar bertanya kepadanya, “Apakah kamu memukulnya?” Dia menjawab, “Ya.” Umar berkata, “Pergilah, kalau aku menghukum seseorang karena kejujurannya niscaya aku menghukummu. Pergilah.” Wallahu a’lam.
(Izzudin Karimi)