فَأَصْبَحَ فِي الْمَدِينَةِ خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ فَإِذَا الَّذِي اسْتَنصَرَهُ بِاْلأَمْسِ يَسْتَصْرِخُهُ قَالَ لَهُ مُوسَى إِنَّكَ لَغَوِيٌّ مُّبِينٌ {18} فَلَمَّآ أَنْ أَرَادَ أَن يَبْطِشَ بِالَّذِي هُوَ عَدُوٌّ لَّهُمَا قَالَ يَامُوسَى أَتُرِيدُ أَن تَقْتُلَنِي كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًا بِاْلأَمْسِ إِن تُرِيدُ إِلآ أَن تَكُونَ جَبَّارًا فِي اْلأَرْضِ وَمَاتُرِيدُ أَن تَكُونَ مِنَ الْمُصْلِحِينَ {19} وَجَآءَ رَجُلٌ مِّنْ أَقْصَا الْمَدِينَةِ يَسْعَى قَالَ يَامُوسَى إِنَّ الْمَلأَ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ فَاخْرُجْ إِنِّي لَكَ مِنَ النَّاصِحِينَ {20} فَخَرَجَ مِنْهَا خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ {21}

“Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya.Musa berkata kepadanya:”Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)”. Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata:”Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seoramg dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”. Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata:”Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu”. Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdo’a:”Ya Rabbku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”. (QS. Al-Qashash: 18-21)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan bahwa Musa ‘alaihissalam merasa benar-benar takut berada di Mesir. Yakni, takut kepada fir’aun dan bala tentaranya, karena dia khawatir mereka mengetahui bahwa pembunuh seorang Qibthi (kaum fir’aun) itu adalah dirinya. Padahal sebenarnya, pembunuhan itu dilakukan untuk membela salah seorang Bani Israil. Sehingga hal itu akan memperkuat perkiraan mereka bahwa Musa ‘alaihissalam memang bagian dari mereka, dan pasti hal itu hanya akan mengakibatkan munculnya permasalahan yang sangat besar. Maka pagi-pagi buta Musa ‘alaihissalam berangkat menuju ke kota.

…خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ…{18}

“…Merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya)… ”(QS.al-Qashash: 18)
Yaitu, sambil menoleh ke sana ke mari. Pada saat itulah orang Bani Israil yang kemarin meminta tolong kepadanya itu berteriak lagi meminta pertolongan untuk melawan orang yang telah menyerangnya. Maka Musa ‘alaihissalam mencela dan memakinya atas banyaknya perbuatan jahat dan tindakannya membuat keonaran. Musa ‘alaihissalam berkata kepadanya:

…إِنَّكَ لَغَوِيٌّ مُّبِينٌ {18}

“…Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)” (QS. Al-Qashash: 18)
Kemudian ketika orang Qibthi, yang merupakan musuh Musa ‘alaihissalam musuh Bani Israil itu hendak menyerangnya, maka Musa menahan dan menyelamatkan orang Bani Israil itu darinya. Ketika Musa ‘alaihissalam menghadap ke orang Qibthi itu, maka orang Qibthi itu berkata:

قَالَ يَامُوسَى أَتُرِيدُ أَن تَقْتُلَنِي كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًا بِاْلأَمْسِ إِن تُرِيدُ إِلآ أَن تَكُونَ جَبَّارًا فِي اْلأَرْضِ وَمَاتُرِيدُ أَن تَكُونَ مِنَ الْمُصْلِحِينَ {19}

“…(musuhnya) berkata:”Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seoramg dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”.(QS. Al-Qashash: 19)
Sebagian ulama mengatakan:”Ucapan tersebut dilontarkan oleh orang Bani Israil yang mengetahui apa yang telah dilakukan Musa ‘alaihissalam kemarin. Seolah-olah ketika ia menyaksikan Musa menghadap ke arah orang Qibthi itu, orang Israil itu yakin bahwa Musa datang kepadanya karena celaan yang diberikan sebelum ini, yaitu ucapannya:

…إِنَّكَ لَغَوِيٌّ مُّبِينٌ {18}

“…Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)” (QS. Al-Qashash: 18)
Maka diapun mengatakan apa yang dikatakan kepada Musa ‘alaihissalam seraya menjelaskan apa yang telah diperbuatnya terhadap orang Qibthi sebelumnya. Kemudian orang Qibthi itu pun pergi, Lalu Fir’aun mencari Musa ‘alaihissalam untuk membuat perhitungan. Dan inilah yang tidak disebutkan oleh banyak orang selain dia. Mungkin juga orang yang melontarkan ucapan tersebut adalah orang Qibthi itu, di mana ketika dia melihat Musa menghadap ke arahnya, maka dia merasa takut darinya. Dia pun melihat adanya sikap dukungan dan pembelaan Musa ‘alaihissalam kepada Bani Israil. Lalu dengan berdasar pada prasangka, orang Qibthi itu mengatakan:”Mungkin dia inilah pembunuh orang Qibthi kemarin.”Atau mungkin saja dari teriakan orang Israil di atas, orang Qibthi itu mengerti bahwa dia itulah pembunuhnya.
Maksudnya Fir’aun mendengar laporan bahwa Musa yang membunuh orang Qibthi kemarin. Maka dia mengutus beberapa orang untuk mencarinya. Tetapi mereka didahului oleh seorang pemberi nasihat y6ang mempunyai jarak lebih dekat dengan Musa ‘alaihissalam.Waallahu a’lam. :

وَجَآءَ رَجُلٌ مِّنْ أَقْصَا الْمَدِينَةِ يَسْعَى ….{20}

“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas…” (QS. Al-Qashash: 20)
Yakni, berlari kecil dan merasa kasihan kepadanya seraya berkata:

… يَامُوسَى إِنَّ الْمَلأَ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ فَاخْرُجْ … {20}

“Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah …” (QS. Al-Qashash: 20)
Dari kota ini.

…إِنِّي لَكَ مِنَ النَّاصِحِينَ {20}

“…Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu(orang yang tulus dalam memberi nasehat)…” QS. (Al-Qashash: 20)
Yakni, terhadap apa yang aku katakan kepadamu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

…فَخَرَجَ مِنْهَا خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ…{21}

“…Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut…” (QS. Al-Qashash: 21)
Maksudnya, dia pergi meninggalkan kota Mesir dengan segera tanpa memperoleh petunjuk jalan dan bahkan dia tidak mengenal jalan sama sekali. Maka dia berdo’a:

… رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ {21}

“…Ya Rabbku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”. (QS. Al-Qashash: 21)
(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi, Syaikh Salim al Hilali, Edisi terjemah Pustaka Imam Syafi’i, disadur oleh Abu Yusuf Sujono)