Nama dan Nasab Beliau

Fatimah radhiallahu ‘anha adalah pemimpin kaum wanita dunia pada zamannya, yaitu pada masa kenabian.

Dia adalah wanita pilihan, ia diberi kuniah (dijuluki) Ummu Abiha, putri rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, al-Qurasyiyah, al-Hasyimiyah, dan Ummu al-Husain.

Dia dilahirkan beberapa saat sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus sebagai Nabi.

Pernikahannya dengan Ali bin Abu Thalib Radhiallahu ‘Anhu

Dia dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib pada bulan Dzul Qa’dah, atau sebelumnya dua tahun setelah perang Badar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mencintainya dan memuliakannya. Dia memiliki banyak keistimewaan, dia juga sosok yang sabar, baik hati, menjaga diri, menerima dan bersyukur kepada Allah Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah marah kepadanya ketika sampai berita bahwa Abu Hasan (Ali bin Abi Thalib) ingin menikahi putri Abu Jahal. Ketika itu beliau bersabda, “Demi Allah, putri Nabiyullah tidak boleh dicampur dengan putri musuh Allah. Sesungguhnya Fatimah merupakan bagian dariku. Sesuatu yang meragukanku berarti meragukannya dan sesuatu yang menyakitiku berarti menyakitinya.”

Ali bin Abi Thalib akhirnya tidak jadi meminang putri Abu Jahal karena menjaga kehormatan Fatimah. Oleh karena itu, Ali tidak menikah dengan wanita lain dan tidak membeli budak perempuan.setelah Fatimah meninggal, Ali radhiallahu ‘anhu menikah lagi dan membeli budak perempuan.

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal, dia sangat terpukul lalu menangis, seraya berkata, “Wahai Ayahku, kepada Jibril aku mengeluh. Wahai Ayahku, yang do’anya dikabulkan oleh Allah jika berdoa, semoga surga Firdaus menjadi tempat tinggalmu.”

Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikubur, Fatimah berkata, “Wahai Anas, mengapa jiwamu biasa-biasa saja ketika engkau menimbun tanah ke jasad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Fatimah ketika beliau sakit, “Sesungguhnya aku akan meninggal karena sakitku ini.” Mendengar itu Fatimah menangis. Namun beliau menenangkan dirinya dengan memberitahukan bahwa dia adalah keluarga Rasulullah yang pertama kali bertemu dengan beliau.” ketika itu dia adalah pemimpin wanita dunia ini.” Dia pun terima dan menyembunyikannya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat, Aisyah bertanya kepadanya, lalu dia bercerita kepadanya tentang berita itu.

Riwayat-Riwayat yang Mengisahkan tentang Beliau

Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Jika Fatimah datang sambil berjalan, gaya jalannya terlihat sama dengan gaya berjalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau berdiri seraya berkata, “Selamat datang wahai putriku !.”

Ketika ayahnya meninggal, Fatimah berharap dirinya mendapat harta warisan, naka dia menemui Abu Bakar untuk meminta haknya. Abu Bakar radhiallahu ‘anhu memberitahukan kepadanya bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kami tidak mewariskan , dan apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.” Setelah itu dia nampak sedikit marah kepadanya lalu meratapi dirinya.

Diriwayatkan dari Asy-Sya’bi, dia berkata, “Ketika Fatimah sakit, Abu Bakar radhiallahu ‘anhu datang lalu meminta izin. Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu lantas berkata, ‘Wahai fatimah, ini ada Abu Bakar meminta izin menemui dirimu’. Fatimah radhiallahu ‘anha berkata, ‘Apakah kamu ingin aku mengizinkannya?’ Ali menjawab, ‘Ya’.”
Menuruk aku, dia ketika itu mempraktekkan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak mengizinkan seorang pun masuk rumah suaminya kecuali atas izin suaminya.
Asy-Sya’bi berkata, “Setelah itu Fatimah mengizinkan Abu Bakar. Abu Bakar pun menemuinya untuk meminta ridhanya, ia berkata, ‘Demi Allah, aku tidak meninggalkan rumah, harta, keluarga, dan kerabat kecuali untuk mencari keridhaan Allah, Rasul-Nya dan Ahlul Bait’.”
asy-Sya’bi berkata, “Abu Bakar kemudian meminta ridha kepada fatimah hingga dia pun meridhainya.” (HR. Ibnu Sa’ad (Ath-Thabaqaat, 8/27) dengan sanad shahih namun mursal)

Fatimah radhiallahu ‘anha meninggal dunia sekitar lima bulan setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, saat beliau berusia 24 atau 25 tahun.

Nasab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah terputus kecuali nasab dari pihak Fatimah radhiallahu ‘anha.

Diriwayatkan dalam hadits shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengagungkan Fatimah, Ali bin Abu Thalib, dan kedua putranya (Hasan dan Husain) radhiallahu ‘anhum dengan pakaian lalu berdoa, “Ya Allah, mereka adalah keluargaku, maka jauhkan segala yang keji dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya.”

Diriwayatkan dari Abu Sa’id dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak seorang pun yang menjadikan ahlul Bait (keluargaku) marah kecuali Allah akan memasukkannya kedalam neraka.”

Diriwayatkan dari Tsauban, dia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menemui Fatimah radhiallahu ‘anha saat aku bersamanya. Fatimah radhiallahu ‘anha kemudian mengambil kalung emas dari lehernya lalu berkata, “Ini adalah kalung yang dihadiahkan Abu Hasan (Ali bin Abu Thalib) kepadaku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lantas bersabda, “Wahai Fatimah, apakah engkau senang orang berkata, ‘Inilah Fatimah binti Muhammad yang ditangannya ada kalung dari api neraka ?’.” Setelah itu beliau keluar. Tak lama kemudian Fatimah radhiallahu ‘anha membeli seorang budak dengan kalung emas itu lalu memerdekakannya. Tatkala itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fatimah dari api neraka.” (HR. Abu Daud) (maksudnya : Abu Daud Ath-Thayalisi, penulis kitab Al-Musnad (II/354)).

Fatimah radhiallahu ‘anha mempunyai dua orang putri, yaitu Ummu Kultsum (istri Umar bin Khaththab) dan Zainab (istri Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib).

Diriwayatkan dari Abu Al-Bukhturi, dia berkata, “Ali radhiallahu ‘anhu berkata kepada ibunya, ‘Cegahlah Fatimah untuk mengabdi di luar rumah, tetapi cukuplah dia bekerja didalam rumah, membuat adonan roti dan tepung’.”

Kasih Sayang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Kepadanya

Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu ‘anha, dia berkata, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang perkataan dan pembicaraannya menyerupai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selain Fatimah, dan jika Fatimah menghadap rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau berdiri lalu menciumnya dan memanjakan dirinya. Begitu juga Fatimah memperlakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Fatimah hidup selama enam bulan setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Kemudian beliau diwafatkan pada malam hari.”
Al-Waqidi berkata, “Ini adalah pendapat yang paling kuat menurut kami. Al-Abbas radhiallahu ‘anhu ikut menshalatinya. Kemudian Al-Abbas, Ali, dan Al Fadhl radhiallahu ‘anhum turun ke liang lahadnya saat jasadnya dikubur.”

Diriwayatkan dari masruq rahimahullah, bahwa Aisyah pernah berkata kepadaku : suatu hari istri-istri rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkumpul disisinya, tidak satupun diantara mereka yang pergi. Kemudian Fatimah datang dengan langkah yang jauh berbeda dengan langkahnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika beliau melihatnya, beliau menyambutnya seraya bersabda, “Selamat datang anakku !” Kemudian dia didudukkan disamping kanan atau kirinya, lalu berbisik kepadanya hingga ia menangis. Setelah itu rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbisik lagi kepadanya hingga Fatimah tertawa. Ketika beliau berdiri aku berkata kepada Fatimah, “Hanya karena rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbisik kepadamu, kamu menangis. Aku sebenarnya ingin tahu, apa yang dibisikkan beliau kepadamu dan aku punya hak untuk mengetahuinya darimu.” Ketika dia ingin menjelaskan kepadaku apa yang menjadikannya tertawa dan menangis, dia berkata, “Aku tidak akan menyebarluaskan rahasia rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Setelah rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, aku bertanya kepadanya, “Aku masih ingin mengetahui sesuatu yang berhak aku ketahui darimu.” Fatimah menjawab, “Kalau sekarang aku mau menceritakannya. Pertama, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepadaku bahwa biasanya malaikat Jibril turun menemui beliau dengan Al-Qur’an setiap tahun sekali, namun kemudian beliau mengatakan bahwa Jibril mendatanginya pada tahun ini setahun dua kali. Lalu beliau bersabda, ‘Maka aku tidak mengira kecuali bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah’. Aku pun menangis. Ketika beliau melihatku sedih, beliau bersabda, ‘Apakah kamu tidak rela jika nanti kamu menjadi pemimpin wanita dunia atau pemimpin wanita umat ini ?’ Aku pun tertawa.” (HR. al-Bukhari).

Sumber : Ringkasan Syiar A’lam An-Nubala’ I/344-349, edisi terjemah, cet. Pustaka Azzam.