Setiap keluarga mempunyai kebiasaan yang berbeda-berbeda, sebuah realita yang kudu dipahami oleh setiap pasangan suami istri. Suami dari keluarga dengan kebiasaannya dan istri dari keluarga dengan kebiasaannya. Kemungkinan perbedaan ini makin lebar manakala perkawinan terjadi antara kabilah atau suku, antar negara, antar ras dan bangsa. Namun hal seperti ini bukan hantu yang menakutkan atau momok dan menyeramkan. Sangat bisa diatasi, sangat mungkin ditanggulangi. Kuncinya adalah pengertian dan pemahaman. Ada yang membahasakannya dengan komunikasi. Upaya dan proses menjalin dan merajut kesepahaman dan mensinergikan perbedaan sehingga dalam batas-batas tertentu bisa disatukan dan diakomodir.

Ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan oleh istri atau suami agar hubungannya dengan mertua menjadi baik, di antaranya:

1- Menyadari bahwa suami atau istri adalah anak ibunya. Maka wajar jika suami atau istri menyayangi ibunya, ingin membahagiakan ibunya, ingin berbuat sesuatu untuk ibunya, dan semuanya adalah baik, ia merupakan ungkapan bakti anak kepada ibu. Selama kebaikan suami atau istri kepada ibunya tidak membuatnya melalaikan tugas dan kewajibannya sebagai suami atau istri, maka Anda sebagai suami atau istri tidak perlu risau atau gusar. Bersikaplah dewasa, matang lagi arif. Anda harus mengerti bahwa suami atau istri Anda, sekali pun dia adalah suami atau istri Anda, dia tetaplah anak mertua yang tidak mungkin terlepas darinya hanya karena menjadi suami atau istri bagi Anda.

2- Memberi perhatian dan kebaikan. Bisa lewat hadiah, bisa lewat halo apa kabar melalui HP atau telepon, bisa melalu kunjungan rutin bulanan atau dua bulanan atau kondisional. Siapa pun mengetahui betapa besar pengaruh perhatian dan kebaikan untuk meluluhkan hati seseorang. Wa ahsin ilan nasi tasta’bid qulubahum, berbuat baiklah kepada manusia niscaya kamu bisa mengambil hati mereka. Penulis yakin jika Anda sebagai menantu melakukan hal ini secara tulus niscaya hubungan Anda dengan mertua akan menjadi akrab dan bersahabat.

3- Tidak membalas kesalahan mertua. Taruhlah mertua Anda bersikap kurang bersahabat, berlaku kurang menyenangkan, hadapi dengan tidak terlalu memikirkannya, lebih-lebih membalasnya dengan sikap dan prilaku yang sama, tidak perlu karena hal itu semakin menambah benang menjadi kusut dan lumpur semakin basah, yang perlu Anda lakukan adalah introspeksi, barangkali memang ada sesuatu pada diri Anda yang membuat mertua demikian, taruhlah tidak ada, yang Anda perlukan adalah membalas sikap dan tindakannya itu dengan sebaliknya, jika dia bersikap kurang bersahabat maka balaslah sikapnya itu dengan sikap yang sangat bersahabat, jika dia berlaku kurang menyenangkan maka balaslah sikapnya itu dengan sikap yang sangat menyenangkan. Mertua bukan musuh yang berhak diperlakukan sebanding dengan tindakannya. Jangankan mertua yang bukan musuh, musuh saja jika kita perlakukan dengan baik, sekali pun dia telah bersikap tidak baik kepada kita, dia bisa menjadi kawan yang akrab. “Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Fushshilat: 34).

4- Memposisikan mertua layaknya orang tua sendiri. Dengan demikian maka akan timbul upaya berbaik-baik dalam arti yang baik dengannya. Sebagaimana hubungan Anda dengan orang tua sendiri adalah baik, lalu mengapa hubungan Anda dengan mertua menjadi tidak baik, padahal Anda sudah menganggapnya layaknya orang tua sendiri. Hal ini tentu memacu usaha dan mendorong upaya dari Anda untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan hubungan dengan mertua.

Peran Suami atau Istri

Cukup sentral karena suami atau istri adalah penengah, jembatan, wasit antara Anda dengan mertua, melalu dia Anda bisa mengetahui banyak hal tentang mertua yang selanjutnya membantu Anda dalam berkomunikasi dengan mertua, melalu dia mertua mengetahui banyak hal tentang Anda yang selanjutnnya membantunya dalam berkomunikasi dengan Anda. Melalu dia Anda bisa menyampaikan apa yang ingin Anda sampaikan kepada mertua di mana Anda tidak berani menyampaikannya secara langsung. Melalui dia Anda mendengar kritik dari mertua di mana mertua merasa tidak pas jika menyampaikannya secara langsung kepada Anda. Dari sini diharapkan suami atau istri bisa menjadi jembatan penghubung di antara pasangannya dengan mertuanya. Jika yang bersangkutan menunaikan misi kurir ini dengan baik, maka hubungan Anda dengan mertua ma fi musykilah, no problem. Semoga.
(Izzudin Karimi)