Laki-laki adalah salah seorang pembesar Yatsrib di zaman jahiliyah, seorang pemuka Bani Salimah yang terpandang dan satu dari para dermawan Madinah. Kebiasaan para pemuka suatu kaum di zaman jahiliyah adalah sebuah berhala di rumahnya khusus untuk dirinya, demi meraup keberkahannya, menyembelih untuknya dan berdoa kepadanya manakala kesulitan hidup menerpa.

Berhala laki-laki ini bernama Manat, dia membuatnya dari kayu mahal, dia sangat menjaganya bahkan berlebih-lebihan dalam menjaganya, memberinya perhatian besar dan melumurinya dengan minyak wangi terbaik.

Usianya bukan muda lagi, dia sudah melewati enam puluh tahun ketika cahaya iman mulai menyinari rumah-rumah Yatsrib satu demi satu di tangan penyampai berita gembira pertama Mush’ab bin Umair. Tiga putranya: Mu’awwidz, Muadz dan Khallad masuk telah Islam yang diikuti oleh ibu mereka, demikian juga sahabat akrab mereka yang bernama Muadz bin Jabal.

Anak-anak dari laki-laki ini mengetahui sejauh mana ketergantungan bapak mereka kepada berhalanya, Manat. Bagaimana Manat seiring dengan berjalannya waktu telah menjadi bagian dari kehidupanya, namun mereka mengetahui bahwa kedudukan berhala ini sudah mulai goyah di dalam hati bapak mereka, saat ini mereka harus menyapih hati bapak mereka dari Manat dengan tegas, karena itulah jalan iman satu-satunya bagi bapak mereka.

Suatu malam anak-anak laki-laki ini bersama kawan mereka Muadz bin Jabal menyusup ke ruangan di mana Manat berada, mereka membawanya dari tempatnya, mereka membuangnya di tempat sampah milik Bani Salimah, lalu mereka pulang ke rumah tanpa ada seorang pun yang mengetahui apa yang mereka lakukan. Pagi tiba, pemilik Manat sekaligus pemujanya dia tidak melihatnya di tempatnya.

Dia berkata, “Celaka, siapa yang berbuat kurang ajar terhadap tuhanku tadi malam?” Tidak seorang pun dari penghuni rumah yang menjawab. Maka dia mencarinya di dalam dan di luar rumah sambil menahan amarah besar, mulutnya mengancam dan mengomel, sampai akhirnya dia menemukan Manat tersungkur di tempat sampah, dia mengambilnya dan mencucuinya, membersihkannya dan memberinya minyak wangi, mengembalikannya ke tempatnya.

Laki-laki itu berkata kepada Manat, “Demi Allah, kalau aku mengetahui siapa yang melakukan hal itu kepadamu niscaya aku akan menghukumnya.” Malam berikutnya anak-anak laki-laki masuk kepada ruangan Manat, mereka kembali melakukan apa yang mereka lakukan di malam sebelumnya. Pagi tiba, laki-laki tua ini mencari Manat dan menemukannya di tempat sampah dalam keadaan berlumur kotoran, dia mengambilnya, membasuhnya dan memberinya wewangian lalu mengembalikannya ke tempatnya.

Anak-anak muda itu terus melakukan itu terhadap Manat setiap malam, hal ini membuat laki-laki tersebut benar-benar jengkel dengan keadaan tersebut, maka sebelum tidur dia menghampiri Manat, membawa pedangnya dan menggantungkannya di pundaknya. Dia berkata kepadanya, “Wahai Manat, demi Allah, aku tidak mengetahui siapa yang melakukan itu terhadapmu, jika padamu terdapat kebaikan maka belalah dirimu dari keburukan ini, ini pedang bersamamu.”

Begitu anak-anak muda itu yakin bahwa laki-laki tua itu telah lelap dalam tidurnya, mereka langsung mendekati berhala, mereka mengambil pedang dari pundaknya, membawanya ke luar rumah, mengikatnya dengan bangkai anjing dengan seutas tali, lalu mereka membuangnya ke sebuah sumur milik Bani Salimah tempat pembuangan kotoran mereka.

Laki-laki berumur ini bangun, dia tidak melihat Manat, dia keluar mencarinya, dia melihatnya tersungkur dengan kepala di bawah di sebuah sumur terikat dengan seekor bangkai anjing sementara pedang yang dia berikan kepadanya sudah tidak terlihat bersamanya, kali ini dia tidak mengambilnya, dia meninggalkannya di tempat dia tercampakkan. Dia berkata,

“Demi Allah, kalau kamu adalah tuhan yang benar niscaya
Kamu tidak akan pernah terikat bersama anjing di dalam sumur.”

Tidak lama berselang, laki-laki itu masuk Islam. Dia adalah Amru bin al-Jamuh, semoga Allah meridhainya.

Dari Shuwar min Hayah ash-Shahabah, Dr. Abdurrahman Ra`fat Basya.