Dalam proses timbangan amal perbuatan, sebagian manusia beruntung dan sebagian lainnya merugi, yang pertama adalah mereka yang timbangan amal perbuatan baiknya lebih berat, sementara yang kedua adalah mereka yang timbangan amal perbuatannya sebaliknya.

Allah Ta’ala berfirman,“Timbangan-timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri.â€‌ (Al-A’raf: 8-9).

Allah Ta’ala berfirman, â€‌Adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya, maka temapt kembalinya adalah neraka Hawiyah.â€‌ (Al-Qari’ah: 6-8).

Orang yang beruntung adalah orang yang meraih apa yang diinginkannya dan selamat dari apa yang ditakutkannya. Apa yang diinginkannya tercapai dan apa yang dikhawatirkannya tidak terwujud. Mereka adalah orang-orang beriman dan beramal shalih, di mana kadar amal shalih mereka lebih banyak daripada amal thalih (tidak baik). Sebaliknya orang yang merugi adalah orang gagal meraih apa yang diinginkannya dan apa yang dikhawatirkannya justru terwujud. Mereka adalah orang-orang yang beriman tetapi mereka mencampuradukkan amal shalih dengan amal thalih dalam kadar di mana amal thalihnya lebih besar daripada amal shalihnya, mereka adalah orang-orang yang merugi jika tidak ada limpahan rahmat dari Allah atau syafaat dari seseorang yang memberi syafaat.

Apakah amal perbuatan orang kafir ditimbang?

Terdapat dua pendapat dalam perkara ini, pendapat pertama berkata, mizan berlaku umum untuk orang mukmin dan orang kafir, berdasarkan keumuman dalil-dalil yang menetapkannya dan sebagian darinya telah disebutkan di atas, di mana dalil-dalil tersebut tidak mengkhususkan orang kafir dari mizan pada Hari Kiamat.

Pendapat kedua berkata, amal orang-orang kafir tidak ditimbang berdasarkan firman Allah, “Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada Hari Kiamat.â€‌ (Al-Kahfi: 103-105). Wallahu a’lam.

Amalan-amalan yang berat dalam timbangan

Beberapa dalil menetapkan bahwa beberapa amal perbuatan mempunyai nilai berat dalam timbangan pada Hari Kiamat, di antaranya:

Husnul Khuluq (kebaikan akhlak), Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu ad-Darda` dari Nabi saw bersabda, â€‌Sesungguhnya sesuatu yang paling berat yang diletakkan pada mizan seorang hamba pada Hari Kiamat adalah husnul khuluq.â€‌ at-Tirmidzi berkata, “Hasan shahih.â€‌

Subahanallah wa bi Hamdihi, Subahnallah al-Azhim, Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, â€‌Dua kalimat, ringan di lisan dan berat di timbangan dan dicintai oleh ar-Rahman: Subahanallah wa bi Hamdihi, Subahnallah al-Azhim.â€‌

Alhamdulillah, Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Malik al-Asy’ari berkata, Rasulullah saw bersabda, â€‌Bersuci adalah separuh dari iman, alhamdulillah memenuhi mizan, subahnallah walhamdulillah memenuhi antara langit d bumi.â€‌

Menyiapkan kuda perang, Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda, â€‌Barangsiapa menahan seekor kuda fi sabilillah dengan landasan iman kepada Allah dan kepercayaan terhadap janjiNya, maka kenyangnya kuda tersebut, hilangnya rasa dahaganya, kotorannya dan kencingnya adalah kebaikan-kebaikan dalam timbangannya pada Hari Kiamat.â€‌