DATA BUKU

Judul asli: Al-Awashim min al-Qawashim fi Tahqiq Mawaqif ash-Shahabah Ba’da Wafat an-Nabi, [“Kebenaran yang melindungi dari petaka dan fitnah (sejarah), dalam Kajian tentang Sikap Para Sahabat setelah Nabi صلى الله عليه وسلم Wafat.”]
Judul terjemah: Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah Sejak Rasulullah صلى الله عليه وسلم Wafat hingga Masa Bani Umayyah

Penulis: Muhammad bin Abdullah al-Ma’afiri al-Asybili, yang dikenal dengan: Al-Imam al-Qadhi Ibnul Arabi.
Tahqiq dan takhrij: Al-Allamah Muhibbuddin al-Khathib.
Kitab ini kemudian dikaji, ditahqiq dan ditakhrij ulang serta diberi cacatan tambahan, Oleh Dr. Mahmud al-Istanbuli
Kajian dan tela’ah atas kitab ini kemudian disempurnakan, oleh tim ilmiah al-Maktab as-Salafi, di bawah arahan dan pengawasan: Dr. Muhammad Jamil Ghazi
TENTANG PENULIS

Al-Imam al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi adalah salah seorang di antara ulama Ahlus Sunnah yang masyhur di kalangan para pencinta ilmu, terlebih bagi para ulama. Sebagai gambaran tingginya kedudukan beliau dalam ilmu, al-Allamah Shiddiq Hasan Khan dalam at-Taaj al-Mukallal, memuji beliau dengan mengatakan, “Al-Qadhi Ibnul Arabi adalah seorang imam dalam ushul dan furu’ … .”

Al-Imam al-Qadhi Ibnul Arabi telah menulis banyak kitab dalam berbagai disiplin ilmu, sebagaimana yang disebutkan oleh Muhibbuddin al-Khathib رحمه الله dalam mukadimah buku ini, bahwa:
– dalam disiplin Ulum al-Qur`an, Al-Imam al-Qadhi Ibnul Arabi menulis 5 kitab,
– dalam hadits dan ilmu hadits, beliau menulis 11 Kitab,
– beliau juga menulis Musykil al-Qur`an wa al-Hadits,
– dalam ushuluddin (akidah), beliau menulis 7 Kitab,
– dalam zuhud dan raqa`iq, beliau menulis 5 kitab,
– dalam ushul fiqh, beliau menulis 2 judul,
– dalam fikih, beliau menulis 8 kitab,
– dalam ilmu bahasa, beliau menulis dua kitab,
– dalam sejarah, beliau menulis 3 kitab,
– dan masih ada yang lainnya.

Dengan segudang keahlian dan luasnya ilmu al-Qadhi Ibnul Arabi, penulis buku ini, tentu sangatlah patut untuk dibaca dan dipelajari oleh semua pihak yang mencintai kebersihan sejarah Agamanya, agar semua kita kaum Muslimin dapat menyampaikan dan menggambarkan Agama ini kepada umat manusia dalam gambarannya yang utuh, bersih dan indah. Dan inilah tujuan dari Ibnul Arabi menulis buku ini.

Satu sisi yang sangat penting untuk dicermati, yaitu bahwa al-Qadhi Ibnul Arabi lahir pada th. 468 H dan wafat th. 543 H, artinya, tidak begitu jauh dengan masa suksesi besar episode sejarah bergolaknya fitnah dan malapetaka yang terjadi di tengah dan di antara para sahabat tersebut. Dan karena inilah, catatan dan sorotan Ibnul Arabi terhadap sejarah ini, menjadi suatu yang sangat penting untuk dicermati oleh kita semua.

Tetapi di balik nama besar Ibnul Arabi, beliau tetap manusia biasa yang tidak luput dari salah persepsi dan ketergelinciran secara tak sengaja, di tambah lagi dengan kenyataan bahwa naskah dasar dari buku ini berupa manuskrip yang langka. Di sinilah peran muhaqqiq, Syaikh Muhibbuddin al-Khathib, menjadi sangat penting. Dan Syaikh Muhibbuddin memang telah melakukan penelitian yang intens terhadap buku ini, sehingga dapat diambil faidahnya secara baik oleh kaum Muslimin. Namun demikian, sejumlah kekeliruan juga dilakukan oleh Syaikh Muhibbuddin. Salah satu di antaranya adalah kesimpulan beliau yang menyatakan bahwa sabda Nabi صلى الله عليه وسلم, “Entah siapa di antara kalian para istriku yang akan digonggong oleh anjing-anjing daerah al-Hau`ab”, adalah dha’if. Padahal hadits ini adalah shahih dari segi sanad dan terbukti kebenarannya pada diri Aisyah رضي الله عنها, yaitu ketika beliau berangkat dari Makkah bersama az-Zubair bin al-Awwam dan Thahah bin Ubaidillah رضي الله عنهما untuk mendamaikan kaum Muslimin yang berselisih pendapat dalam menyikapi terbunuhnya Utsman bin Affan رضي الله عنه. Dan ketika rombongan singgah di sebuah sumur di al-Hau`ab, Aisyah mendengar gongongan anjing, dan di situlah Aisyah رضي الله عنها teringat sabda Nabi صلى الله عليه وسلم tersebut, yang beliau sabdakan dalam Haji Wada’. Spontan Aisyah minta untuk kembali dan tidak melanjutkan perjalanan, akan tetapi az-Zubair berhasil meyakinkan beliau bahwa perjalanan itu adalah demi mendamaikan kaum Muslimin. Lebih dari itu, hadits ini telah dishahihkan oleh Imam al-Muhadditsin abad ini, al-Albani رحمه الله.

Kekeliruan-kekeliruan ini terungkap dari hasil kajian ulang oleh Mahmud al-Istanbuli, sehingga semakin menambah keshahihan dan validitas buku. Di samping itu, Mahmud al-Istanbuli juga mentakhrij hadits-hadits yang terlewatkan dan juga ikut memberikan banyak cacatan berharga. Mahmud al-Istanbuli kemudian memberikan empat materi tambahan penting di akhir buku, yaitu: pertama, tentang kelompok al-Bathiniyah yang merupakan cikal bakal agama Syi’ah Rafidhah, kedua, tentang para sahabat, ketiga, kitab Nahjul Balaghah yang sering kita dengar merupakan milik Ali bin Abi Thalib, ternyata tidak semuanya dari beliau رضي الله عنه, tetapi banyak muatannya disusupkan oleh kelompok Syi’ah. Dan keempat, tahqiq dan takhrij menyeluruh terhadap hadits “Gonggongan Anjing Daerah al-Hau`ab” yang beliau nukil secara utuh dari takhrij Imam al-Albani رحمه الله. Mahmud al-Istanbuli, dalam takhrijnya terhadap hadits-hadits buku ini, merujuk kepada hasil studi al-Albani رحمه الله, maka secara tidak langsung buku ini menjadi semakin valid oleh itu.

Karena pentingnya tema buku ini, tim ilmiah al-Maktab as-Salafi, kemudian mengkaji buku ini secara menyeluruh dan ikut memberikan berbagai macam tambahan di sana sini, yang semakin menambah validitas dan keshahihan informasi yang disajikan.

ISI BUKU SECARA GLOBAL

Semua kita kaum Muslimin insya Allah pernah mendengar tentang berbagai fitnah dan petaka yang terjadi setelah Rasulullah صلى الله عليه وسلم wafat, di antaranya: murtadnya banyak kabilah Arab, gerakan penolakan membayar zakat, terbunuhnya banyak dari Ahli al-Qur`an dalam perang Yamamah yang kemudian mengilhami para sahabat umumnya untuk membukukan al-Qur`an, munculnya sejumlah orang yang mengaku sebagai nabi, konspirasi pembunuhan Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab رضي الله عنه oleh seorang majusi, pemberontakan dan pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan رضي الله عنه secara zhalim dan keji, yang kemudian menyebabkan perselisihan yang getir di antara para sahabat sehingga terjadi Perang Jamal, Perang Shiffin, munculnya sekte khawarij dan Agama Syi’ah, yang kemudian mengakibatkan terbunuhnya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه, dan berbagai fitnah-fitnah gelap lainnya. Semua fitnah dan petaka ini disajikan secara gamblang oleh penulis dengan menyebutkan sebab-sebab dan siapa saja orang-orang munafik yang menjadi dalang dalam setiap fitnah konspiratif memilukan itu, berikut rincian kejadiannya.

Yang lebih penting dari itu, adalah sikap dari para sahabat yang mencerminkan kejujuran dan keteguhan mereka dalam beriman dan kebersihan hati mereka dalam membela kebenaran, sehingga menjadi tauladan bagi kita kaum Muslimin dalam menghadapi berbagai fitnah di setiap zaman dan tempat.

Dalam usaha meluruskan semua peristiwa buram itu, Al-Imam Ibnul Arabi juga mengoreksi cacatan sejarah yang simpangsiur oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, dari orang-orang munafik bahkan orang Yahudi dan orang Majusi, yang sengaja disusupkan oleh musuh-musuh Islam. Hal itu karena yang sangat mengerikan adalah kekacauan dalam penulisan sejarah terhadap semua peistiwa pahit tersebut, sehingga potret para sahabat yang bagus, bersih yang dinyatakan Allah dengan FirmanNya, رَضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ, menjadi buram tak karuan. Dan sikap paling buruk dan paling zhalim bahkan paling kufur adalah sikap pengikut Agama Syi’ah yang mengkafirkan para sahabat. Yang sangat lucu dan sangat tidak bisa dimengerti, adalah sikap ulama Syi`ah yang menulis pada kuburan Abu Lu`lu`ah, orang yang telah membunuh Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab, dengan kalimat “Abusy Syuj’an” yang artinya: bapak para pemberani. Sebaliknya mereka mencaci Abu Bakar dan Umar رضي الله عنهما serta sahabat-sahabat lainnya. Qaatalahumullah.

Penting untuk kita catat, bahwa semua fitnah dan petaka yang coba diluruskan dalam buku ini, terjadi di masa sahabat yang merupakan generasi terbaik dalam segala makna dan kategorinya, di mana, karena hal itulah Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan kita kaum Muslimin untuk mengikuti mereka dalam beriman dan berislam. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya bukan fitnah-fitnah itu yang harus dicermati, dalam artian fitnah dan petaka itu bisa terjadi pada semua generasi, dan memang telah terjadi yang lebih parah dan lebih dahsyat dari yang terjadi kepada para sahabat, tapi yang penting adalah bagaimana kita meneladani para sahabat dalam menyikapi fitnah. Tidak penting cobaan apa yang kita hadapi tapi yang penting adalah bagaimana menghadapinya, sehingga keluar sebagai pemenang. Dan inilah pokok dan salah satu inti manhaj penting yang selama ini dilupakan banyak kaum Muslimin dan ini pula tujuan asasi dari kita mengkaji buku ini.

Ini bisa kita tegaskan dengan mengatakan, bahwa sekalipun fitnah yang begitu hebat tersebut terjadi di masa para sahabat itu, namun di masa itu pula karya-karya besar berhasil diselesaikan dengan gemilang, di antaranya: dibukukannya al-Qur`an, penumpasan orang-orang murtad yang terjadi secara luas, mayoritas daerah kekuasaan Islam berhasil ditaklukkan kaum Muslimin pada masa tersebut, bahkan dua imperium besar dan adikuasa kala itu, Kaisar Romawi dan Kisra Persia, berhasil ditumbangkan juga di masa itu dan di bawah komando para sahabat sendiri.

Ini menunjukkan bahwa semua fitnah dan petaka yang terjadi dengan berbagai kedahsyatan dan akibat negatifnya yg hitam, adalah kecil di mata para sahabat yang hebat, sehingga sebegitu hebat badai petaka dan tsunami fitnah itu menghantam masa mereka, tapi mereka tetap gagah perkasa mengarungi lautan sejarah, mengukir lembaran hidup mereka dengan maha karya yang besar dalam beriman dan berislam. Dan lihatlah hingga hari ini, telah berlalu lebih dari 1300 tahun lebih sejak masa mereka berlalu, namun karena semua jasa besar mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin, semua orang Islam dengan bangga menyebut nama mereka dengan iringan doa: radhiyallahu ‘anhu, kecuali tentu saja orang-orang munafik dari pengikut Agama Syi’ah dan orang semacam mereka yang angkuh telah merasa aman dari pembalasan Allah.

Semua rantai fitnah dan petaka yang terjadi tumpang tindih dalam kurun yang panjang itu dikobarkan oleh seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Manusia terlaknat ini bergerak dalam kegelapan, menghimpun orang-orang munafik, para pencuri, perampok jalanan, orang-orang yang haus kekuasaan dan harta benda, dan orang-orang yang memiliki moral rendah serta orang-orang dungu. Tujuan jahat si Yahudi hitam tersebut hanya satu: Islam hanya bisa digerogoti dari dalam.

Si Yahudi jahat memulai makarnya dengan menyebarkan isu dan gosip dari lidah ke lidah di antara kaum Muslimin yang lemah imannya, bahwa Utsman bin Affan belaku zhalim dan menyimpang dalam menjalani roda pemerintahan.

Kelompok inilah yang kemudian mengepung khalifah Utsman رضي الله عنه, bahkan membunuh beliau secara keji, di dalam rumah beliau dan di hadapan anak istri beliau. Pembunuhan berutal dan sadis ini kemudian menimbulkan perpecahan di antara para sahabat khususnya, bahkan kaum Muslimin umumnya ketika itu, dan dalam kekisruhan ini Si Yahudi tersebut dengan kelompok makarnya, semakin gencar bergerak dalam kegelapan.

Pada saat-saat yang membingungkan seperti itulah Aisyah, Ummul Mu`minin, beserta sahabat besar az-Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubiadillah رضي الله عنهم, berusaha datang ke Kufah untuk mendamaikan kaum Muslimin yang bertikai di sana, sehingga kedua belah pihak kemudian sepakat untuk berdamai.

Namun melihat perdamaian telah tercapai, si terlaknat Yahudi itu, kemudian membagi orang-orangnya menjadi dua kelompok: salah satu kelompok menyusup ke kelompok Amirul Mukminin Ali dan salah satu kelompok lagi menyusup ke kelompok Aisyah رضي الله عنهما. Dan kelompok jahat ini kemudian memicu peperangan, sehingga pertempuran hebat tak dapat dihindari. Peperangan ini tentu saja menelan korban dari kedua belah pihak, dan yang banyak terbunuh dari mereka adalah dari kalangan sahabat رضي الله عنهم. Hingga bahkan Aisyah sendiri hampir terbunuh dalam perang tersebut. Fa La Haula Wa La Quwwata Illa Billah.

Usai perang itu, fitnah tidak lantas padam, justru pertikaian semakin meruncing antara dua kubu besar kaum Muslimin, yaitu antara kelompok kaum Muslimin yang dipimpin oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dengan kelompok kaum Muslimin yang dipimpin oleh Sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan رضي الله عنهم.

Tentang sebab-sebab terjadinya semua perselisihan ini dengan segala rincian peristiwanya, Anda dapat kaji dalam buku ini. Yang ingin kami ungkapkan bahwa dalam benturan di antara kedua kelompok besar ini, sekali lagi yang menjadi dalang adalah Si Yahudi terlaknat itu.

Begitulah, rangkaian fitnah gelap itu terjadi silih berganti, hingga Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib juga akhirnya dibunuh secara keji.

Semua episode sejarah yang kelabu ini, kemudian berujung kepada munculnya sekte-sekte sesat dalam Islam. Kelompok sesat pertama yang menyempal dari tubuh umat Islam, adalah Khawarij, lalu mncul pula al-Bathiniyah dan kemudian Rafidhah (Syi’ah), dan lain sebagainya. Dan munculnya kelompok-kelompok ini juga andil dari si terlaknat, Abdullah bin Saba`, Si Yahudi licik itu, khususnya kelompok Syi’ah. Dalam buku ini terdapat benang merah yang jelas bahwa Agama Syi’ah memang didirikan oleh si Yahudi itu, Abdullah bin Saba`.

Semua ini, dapat Anda kaji secara detil dalam buku kita ini: “Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah, sejak Rasulullah صلى الله عليه وسلم Wafat hingga Masa Bani Umayyah”. Semoga Allah menjaga kita semua.

CONTACT PERSON
Pemesanan kitab dan informasi selengkapnya, silahkan hubungi Sdr. Ahmad Maulana: Telpon: (021) 84999585 Hp: (021) 93690244. Situs: www.darulhaq-online.com.

Cara Pemesanan Kitab: Klik Pesan Kitab