فَلَمَّا قَضَى مُوسَى اْلأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ ءَانَسَ مِن جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي ءَانَسْتُ نَارًا لَّعَلِّي ءَاتِيكُم مِّنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِّنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ {29} فَلَمَّآ أَتَاهَا نُودِيَ مِن شَاطِئِ الْوَادِ اْلأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَن يَامُوسَى إِنِّي أَنَا اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {30} وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَلَمَّا رَءَاهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَآنٌّ وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ يَامُوسَى أَقْبِلْ وَلاَتَخَفْ إِنَّكَ مِنَ اْلأَمِنِينَ {31} اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَآءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَّ الرَّهْبِ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِن رَّبِّكَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلإِهِ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ {32}

“Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnya api di lereng gunung.Ia berkata kepada keluarganya:”Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan”. Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu:”Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Rabb semesta alam, dan lemparkanlah tongkatmu”.Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh.(Kemudian Musa diseru):”Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut.Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman.Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mu’jizat dari Rabbmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir’aun dan pembesar-pembesarnya).Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS.al-Qashash: 29-32)

Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, Musa ‘alaihissalam memenuhi batas waktu yang ditentukan itu dengan lengkap dan sempurna. Hal itu berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَلَمَّا قَضَى مُوسَى اْلأَجَلَ … {29}

“Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan …”(QS.al-Qashash: 29)

Firman-Nya:

…وَسَارَ بِأَهْلِهِ … {29}

“…Dan dia berangkat dengan keluarganya…”(QS.al-Qashash: 29)

Yaitu, keluarga dari pihak mertuanya, sebagaimana menurut pengakuan banyak ahli tafsir dan yang lainnya, dia merasa sangat rindu kepada keluarganya. Dan dia pergi menuju keluarganya yang berada di Mesir dalam keadaan takut. Selama menempuh perjalanan bersama ke;uarga dan anak-anaknya, Musa memanfaatkan kambing-kambing yang dibawanya.

Para ahli tafsir menyebutkan, hal tersebut terjadi pada suatu malam yang gelap guilta lagi dingin. Musa ‘alaihissalam bersama keluarganya sampai di suatu tempat, di mana dia tidak mengetahui jalan, dan dia berusaha memberikan penerangan dengan menggunakan api tetapi tidak ada api yang dapat dinyalakan karena hawa dingin yang sangat menusuk. Ketika malam semakin gelap, dan udara pun semakin dingin. Musa ‘alaihissalam melihat dari kejauhan setitik api yang menyala-nyala di samping bukit Thur, maka:

… قَالَ لأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي ءَانَسْتُ نَارًا …{29}

“…Da berkata kepada keluarganya:”Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api…”(QS.al-Qashash: 29)

Seolah-olah, hanya Musa ‘alaihissalam yang melihat api tersebut, karena pada hakikatnya api tersebut adalah nur (cahaya), sehingga tidak setiap orang dapat melihatnya.

…لَّعَلِّي ءَاتِيكُم مِّنْهَا بِخَبَرٍ … {29}

“…Mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu …”(QS.al-Qashash: 29).

Maksudnya, semoga aku memperoleh jalan dari api tersebut.

… أَوْ جَذْوَةٍ مِّنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ {29}

“… atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan”(QS.al-Qashash: 29).

Hal itu menunjukan bahwa mereka telah tersesat jalan pada malam yang dingin lagi sangat gelap, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى {9} إِذْ رَءَا نَارًا فَقَالَ لأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي ءَانَسْتُ نَارًا لَعَلِّي ءَاتِيكُم مِّنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى {10}

“Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya:”Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu”. (QS. Thaaha: 10)

Hal itu menunjukkan keadaan yang sangat gelap hingga menyebabkan mereka tersesat. Dan, semuanya itu disatukan dalam surat an-Naml, yaitu dalam firman-Nya:

إِذْ قَالَ مُوسَى لأَهْلِهِ إِنِّيءَانَسْتُ نَارًا سَئَاتِيكُم مِّنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ ءَاتِيكُم بِشِهَابٍ قَبَسٍ لَّعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ {7}

“(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya:”Sesungguhnya aku melihat api.Aku kelak akan membawa kepadamu khabar daripadanya, atau aku membawa kepadamu suluh api supaya kamu dapat berdiang”. (QS. An-Naml: 7)

Akhirnya Musa ‘alaihissalam membawakan kepada mereka suatu berita, lalu apa berita apa yang dibawanya itu? Dan dia pun mendapatkan petunjuk di dekat api, lalu apakah petunjuk tersebut? Dan Musa ‘alaihissalam pun memperoleh seberkas cahaya, lalu apakah cahaya itu?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَمَّآ أَتَاهَا نُودِيَ مِن شَاطِئِ الْوَادِ اْلأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَن يَامُوسَى إِنِّي أَنَا اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {30}

” Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu:”Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Rabb semesta alam”(QS.al-Qashash: 29).

Dalam surat an-Naml, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَمَّا جَآءَهَا نُودِيَ أَن بُورِكَ مَن فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا وَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ {8}

“Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia:”Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya.Dan Maha Suci Allah, Rabb semesta Alam”. (QS. An-Naml: 8)

Maksudnya, Mahasuci Allah yang berbuat segala yang dikehendakinya dan memutuskann segala yang diinginkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَامُوسَى إِنَّهُ أَنَا اللهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ {9}

“Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. An-Naml: 9)

Sedangkan dalam surat Thaaha Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَمَّآ أَتَاهَا نُودِيَ يَامُوسَى إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى {12} وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى {13} إِنَّنِى أَنَا اللهُ لآإِلَهَ إِلآأَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي {14} إِنَّ السَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى {15} فَلاَ يَصُدَنَّكَ عَنْهَا مَن لاَّيُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَتَرْدَى {16}

“Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil:”Hai Musa.Sesungguhnya Aku inilah Rabbmu maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa”.(QS. Thaaha: 11-16)

Para ahli tafsir, baik dari kalangan Salaf maupun Khalaf mengatakan:”Ketika manusia menuju api yang dia lihat sendiri dan sampai padanya, dia mendapatkan api itu berkobar pada sebatang pohon berduri yang hijau. Kemudian, Musa ‘alaihissalam berhenti dengan terheran-heran, dan pohon itu terletak di sebalah barat bukit dan di sebelah kanannya. Sebagaimana yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَاكُنتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ إِذْ قَضَيْنَآ إِلَى مُوسَى اْلأَمْرَ وَمَاكُنتَ مِنَ الشَّاهِدِينَ {44}

“Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa, dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan.” (QS.al-Qashash: 44)

Pada saat itu Musa ‘alaihissalam sedang berada di lembah Thuwa dengan menghadap arah kiblat, sedang pohon tersebut berada di sebelah kanannya dari arah barat. Lalu Rabbnya menyeru dirinya yang tengah berada di lembah suci, yaitu Thuwa.

Pertama, dia diperintahkan untuk melepaskan kedua terompahnya (sepatu) sebagai bentuk pengagungan serta pemuliaan terhadap tempat yang penuh berkah tersebut, apalagi pada malam tersebut.

Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajaknya berbicara secara langsung sesuai dengan kehendak-Nya, di mana Dia berfirman:

… يَامُوسَى إِنِّي أَنَا اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {30}

“…Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Rabb semesta alam” (QS.al-Qashash: 30)

إِنَّنِى أَنَا اللهُ لآإِلَهَ إِلآأَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي {14}

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. “.(QS. Thaaha: 14)

Maksudnya, Aku (Allah) adalah Rabb semesta alam yang tiada illah melainkan Dia. Semua ibadah dalam bentuk apa pun, termasuk di dalamnya shalat, tidak akan berarti kecuali karena-Nya.

Kemudian, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan kepadanya bahwa dunia ini bukan tempat tinggal abadi, tetapi tempat tinggal yang abadi adalah pada hari Kiamat (negeri akherat) yang pasti terjadi.

… لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى {15}

“… Agar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.” (QS. Thaaha:15)

Yaitu, balasan yang mencakup perbuatan baik maupun jahat. Dan Dia perintahkan supaya dia (Musa) untuk berusaha dan beramal untuk mempersiapkan diri menyabut kedatangannya serta menghindari orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya dan hanya mengikuti hawa nafsunya. Setelah itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan kepadanya seraya berbicara langsung dengannya secara lembut sekaligus menjelaskan kepadanya bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Mahakuasa untuk mengerjakan segala sesuatu. Dia adalah Rabb yang jika ingin menciptakan sesuatu hanya cukup mengatakan :”Jadilah” maka jadilah sesuatu tersebut.

وَمَاتِلْكَ بِيَمِينِكَ يَامُوسَى {17}

“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? .” (QS. Thaaha:17)

Maksudnya, ini adalah tongkatmu yang sudah engkau ketahui sejak sebelumnya

قَالَ هِيَ عَصَاىَ أَتَوَكَّؤُا عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِىَ فِيهَا مَئَارِبُ أُخْرَى {18}

”Berkata Musa:”Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang alin padanya.” (QS. Thaaha:18)

Maksudnya, ya benar, ini adalah tongkatku yang sudah aku ketahui dan aku kenal.

قَالَ أَلْقِهَا يَامُوسَى {19} فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى {20}

“Allah berfirman:”Lemparkanlah ia, hai Musa! Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. ” (QS. Thaaha:19-20)

Itu merupakan suatu kejadian yang kuar biasa sekaligus sebagai bukti yang pasti, bahwa yang berbicara dengan Musa ‘alaihissalam adalah Rabb yang Dia jikamenginginkan sesuatu cukup mengatakan:”Jadilah”, maka jadilah ia. Dan bahwasanya Dia adalah Rabb yang berbuat sesuai dengan pilihan-Nya sendiri.

Dalam ayat lain Dia berfirman:

وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَلَمَّا رَءَاهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَآنٌّ وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ … {31}

“Dan lemparkanlah tongkatmu”.Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh…”(QS.al-Qashash: 29).

Maksudnya, togkat itu berubah menjadi seekor ular yang besar dan bertaring. Namun demikian, ular itu bergerak dengan cepat, secepat gerakan jin. Ia adalah salah satu ular yang mempunyai sebutan”al-Jaan” atau al-Jinnaan. Sebenrnya dia sangat lembut tetapi dia mempunyai mempunyai gerakan yang sangat cepat. Jadi, antara ukurang badan yang besar dan kecepatan itu berpadu di dalam tubuh ular tersebut. Ketika Musa ‘alaihissalam melihat ular tersebut:

… وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ … {31}

“Maka ia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh…”(QS.al-Qashash: 29).

Yang demikian itu, karena naluri kemanusiaannya menuntut hal itu. Selanjutnya Rabbnya berseru kepadanya:

…يَامُوسَى أَقْبِلْ وَلاَتَخَفْ إِنَّكَ مِنَ اْلأَمِنِينَ {31}

“…Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut.Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman”(QS.al-Qashash: 31)

Ketika Musa hendak kembali, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan dia agar mengambil tongkatnya kembali:

قَالَ خُذْهَا وَلاَتَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا اْلأُوْلَى {21}

“Allah berfirman:”Ambillah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaanya semula” (QS. Thaaha:21)

Dikatakan bahwa Musa ‘alaihissalam sangat takut pada ular tersebut. Lalu dia meletakkan tangannya di badannya dan kemudian menaruhnya di lengan bajunya yang terbuat dari bulu.

Kemudian, dia meletakkan tangannya di tengah mulut ular tersebut. Dan menurut Ahli Kitab, Musa ‘alaihissalam memegang ekornya, dan ketika dia berdiam diri, tiba-tiba ular itu sudah berubah menjadi tongkat yang kembali ke tangannya, yaitu tongkat yang mempunyai dua cabang. Sehingga dengan demikian, Allah benar-benar itu Mahasuci lagi Mahaagung, Rabb semua yang ada di ala mini, di timur maupun barat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian menyuruh Musa ‘alaihissalam agar memasukkan tangannya ke saku bajunya, dan setelah itu dia diperintahkan untuk mengeluarkannya. Ternyata, tangannya bersinar terang seperti bulan purnama. Yakni, tanpa adanya penyakit kulit. Oleh karena itu, Dia berfirman:

اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَآءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَّ الرَّهْبِ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِن رَّبِّكَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلإِهِ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ {32}

“Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mu’jizat dari Rabbmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir’aun dan pembesar-pembesarnya).Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS.al-Qashash: 32)
Ada yang mengatakan:”Artinya, jika kamu takut, maka letakkanlah tanganmu ke dalam dadamu tepat di tempat ulu hatimu, maka rasa takutmu itu pasti akan hilang.”
Meskipun hal itu hanya khusus pada dirinya, namun berkah keimanan padanya akan memberikan manfaat bagi orang yang melakukan hal tersebut dalam rangka mengikuti jejak para Nabi ‘alaihimussalam. Dalam surat an-Naml Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَأَدْخِلْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَآءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ فِي تِسْعِ ءَايَاتٍ إِلَى فِرْعَوْنَ وَقَوْمِهِ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ {12}

“Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan ke luar putih (bersinar) bukan karena penyakit.(Kedua mu’jizat ini) termasuk sembilan buah mu’jizat (yang akan dikemukakan) kepada Fir’aun dan kaumnya.Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik”. (QS. An-Naml:12)

Maksudnya, kedua mukjizat tersebut, yaitu tongkat dan tangan. Keduanya merupakan bukti yang disyaratkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:

اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَآءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَّ الرَّهْبِ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِن رَّبِّكَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلإِهِ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ {32}

“Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mu’jizat dari Rabbmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir’aun dan pembesar-pembesarnya).Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS.al-Qashash: 32)

Di samping itu masih ada tujuh mukjizat yang lainnya. Sehingga semuanya berjumlah sembilan mukjizat, dan semuanya disebutkan dalam surat al-Israa’, di mana Dia berfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mu’jizat yang nyata, maka tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa datang kepada mereka lalu Fir’aun berkata kepadanya:”Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang kena sihir”. Musa menjawab:”Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu’jizat-mu’jizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata: dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir’aun, seorang yang akan binasa. (QS. Al-Israa’:102)

Hal itu telah dijelaskan pula dalam surat al-A’raaf yaitu firman-Nya:
“Dan sesungguhnya kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata:”Ini adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Mereka berkata:”Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu”. Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-A’raaf:133)

Sebagaimana yang akan diuraikan lebih lanjut pada pembahasan tersendiri. Itulah sembilan dari tanda-tanda kebesaran Allah. Kesembilannya merupakam kalimat-kalimat Allah yang merupakan mukjizat.

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi, Pustaka Imam Syafi’i hal 57-68, dengan sedikit perubahan oleh Abu Yusuf Sujono)