Ketinggian dan kemulian suatu ilmu tergantung apa yang terkandung dalam ilmu itu sendiri, dia semakin mulia dan agung bila yang terkandung juga mulia dan agung. Dan ilmu hadits adalah termasuk ilmu yang paling mulia dan tinggi kedudukannya.
Sufyan Tsauri rahimahullah berkata :
“ Saya tidak mengetahui apa yang lebih utama daripada ilmu hadits bagi orang yang mengharap wajah Allah. Karena sungguh manusia memerlukannya pada urusan makanan dan minuman mereka. Dia lebih mulia dari sholat sunnah ataupun puasa sunnah, karena ilmu hadits itu adalah fardu kifayah”.
Para imam dan ahli hadits meriwayatkan satu hadits yang shahih bahwa Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق حتى تقوم الساعة

“ Senantiasa akan ada dari umatku suatu golongan yang selalu kuat di atas kebenaran hingga datang hari kiamat” ( HR. Bukhari dan Muslim dan yang lainnya)

Para ulama dan ahli hadits menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan golongan pada hadits tersebut, mereka adalah ahli hadits.

Imam Ibnu al-Mubarok rahimahullah setelah menyebutkan hadits ini berkata :” Menurut saya mereka ( golongan itu) adalah para ahli hadits”.

Imam Ahmad ibn Hambal rahimahullah juga ditanya tentang hal ini, maka beliau berkata: “ Kalau golongan ini bukan para ahli hadits, maka saya tidak tahu siapa mereka”.

Begitu juga yang diutarakan oleh Ibnu al-Madini, Imam Bukhari, Ahmad ibn Sinan rahimahumullah dan yang lainnya, mereka semua mengatakan bahwa yang dimaksud golongan tersebut adalah para ahli hadits.

Syaikh Albani rahimahullah menukil paparan yang ditulis oleh Alhafidz Khotib al-Baghdadi dalam kitabnya, Syarofu Ashabil Hadits ( Kemuliaan Para Ahli Hadits ) tentang hal – hal yang menunjukkan kemuliaan dan keutamaan para ahli hadits. Di antara hal – hal tesebut adalah :

1. Sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam :

نضر الله امرءا سمع منا حديثا فبلغه

“ Semoga Allah memancarkan cahaya orang yang mendengar hadits dari kami dan kemudian menyampaikannya ( kepada yang lain) ( HR. Ahli Sunan)

2. Wasiat Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam agar ahli hadits dimuliakan
3. Sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam :

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله

“ Ilmu (hadits) ini dibawa pada setiap generasinya oleh orang – orang yang adil (terpercaya dan baik agamanya)” ( HR. Baihaqi)

4. Posisi para ahli hadits sebagai pengganti Rosulullah dalam hal menyampaikan ilmu darinya.
5. Rosulullah mensifati iman para ahli hadits
6. Posisi para ahli hadits sebagai orang yang paling berhak terhadap Rosulullah, karena mereka senantiasa bersholawat kepadanya.
7. Kabar gembira dari Nabi kepada para shahabatnya akan adanya para pencari hadits setelah wafat beliau, tapi sanad antara beliau dengan mereka bersambung.
8. Adanya penjelasan bahwa sanad adalah jalan untuk mengetahui hukum-hukum syar’i
9. Posisi para ahli hadits sebagai orang- orang yang diberi amanah oleh Rosulullah untuk menjaga dan menyebarkan sunnah – sunnahnya.
10. Posisi para ahli hadits sebagai penjaga agama karena mereka menjaga sunnah – sunnah Nabi.
11. Posisi para ahli hadits sebagai pewaris berbagai sunnah dan hikmah yang ditinggalkan oleh Rosulullah.
12. Posisi para ahli hadits sebagai penyeru kepada kebaikan dan pengingkar kemungkaran
13. Mereka adalah manusia pilihan
14. Adanya perkataan bahwa para wali dan orang mulia adalah para ahli hadits
15. Adanya perkataan bahwa kalaulah bukan karena ahli hadits, pasti islam akan terkikis
16. Posisi para ahli hadits sebagai orang – orang yang paling berhak untuk selamat di akhirat dan paling dahulu untuk masuk surga
17. Tergabungnya kebaikan dunia dan akhirat ada pada penyimakkan hadits dan penulisannya
18. Kuat dan tertancapnya hujjah ( dalil ) ahli hadits
Dan masih banyak lagi apa – apa yang dipaparkan oleh beliau tentang kemuliaan ahli hadits.

Syaikh Albani rahimahullah juga menukil bahwa seorang ahli ilmu dan termasuk ulama besar Hanafiyah yaitu Abu al-Hasanat Muhammad Abdul Hayyi rahimahullah berkata :
” Barangsiapa yang meneliti dengan obyektif dan menyelami lautan fiqh dan ushul dengan tanpa rasa kecondongan, niscaya dia akan tahu benar dan yakin bahwa mayoritas masalah – masalah furu ( cabang) dan ushul (pokok) yang diperselisihkan para ulama, maka madzhab ahli hadits lebih kuat daripada yang lainnya. Dan sungguh, ketika saya melewati banyak perbedaan pendapat, saya mendapati bahwa pendapat para ahli hadits dekat kepada keobyektifan. Sungguh mengagumkan! Kepada mereka harus berterima kasih. Kenapa tidak? Mereka adalah benar – benar pewaris para nabi dan wakil syariatnya. Semoga Allah mengumpulkan kita bersama mereka dan mematikan kita di atas kecintaan mereka dan sirah mereka ”

Syaikh Sa’d ibn Abdillah al-Humaid ditanya :” Mengapa kita belajar ilmu hadits?”
Beliau menjawab : “ Kita belajar ilmu hadits :
1. Karena dia adalah ilmu yang paling mulia
2. Karena ahli hadits, merekalah yang menjadi sinar yang terang benderang. Kalau kita lihat imam yang empat, kita temukan tiga dari mereka adalah merupakan imam yang terkenal dalam ilmu hadits. Imam Malik, kitab Muwatthanya penuh dengan hadits. Imam Syafi’i kitab al-Umm beliau penuh dengan hadits yang dipaparkan beliau lengkap dengan sanadnya, begitu juga kitab Risalah beliau.Dan salah satu murid beliau menyusun Musnad as- Syafi’i yang diambil dari hadits – hadits yang beliau riwayatkan di dalam kitab – kitab beliau, jadilah kitab itu terkenal dengan nama Musnad as-Syafi’i, begitu juga kitab Sunan.
Adapun Imam Ahmad, ahli hadits yang teratas dan tidak diketahui bahwa Imam Ahmad menulis di bidang fiqih walaupun satu huruf, walau sudah diketahui bahwa beliau termasuk ahli fiqih. Beliau melarang murid – murid beliau menulis pendapat semata dan mendorong mereka untuk menulis hadits”. Wallahu a’lam

(Abu Maryam, Maraji : Silsilah Ahadits as-Shohihah oleh Syaikh al-Albani : I/545-546,Fatawa Haditsiyah oleh Syaikh Sa’d ibn Abdillah al-Humaid : 5)