(8) Kami meriwayatkan di Shahih Muslim (Kitab adz-Dzikr, Bab al-Hatstsu Ala Dzikrillah, 4/2062, no.2676.) dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَبَقَ الْمُفَرِّدُوْنَ. قَالُوْا: وَمَا اْلمُفَرِّدُوْنَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلذَّاكِرُوْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتُ.

“Para mufarridun (orang-orang yang menyendiri untuk ibadah) telah melampaui (orang lain).” Mereka menjawab, “Siapa mufarridun ya Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kaum laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah.”

Aku berkata: الْمُفَرِّدُوْنَ diriwayatkan dengan ra’ ditasydid dan tidak ditasydid dan yang masyhur adalah pendapat jumhur yaitu ra’ ditasydid.

Ketahuilah bahwa ayat yang mulia ini termasuk perkara yang semestinya mendapat perhatian untuk diketahui oleh penulis kitab ini.

Hal ini diperselisihkan, Imam Abul Hasan al-Wahidi berkata, “Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Maksudnya adalah, mereka berdzikir kepada Allah setiap selesai shalat, pagi dan petang di tempat tidur, setiap bangun dari tidur, setiap pergi dari dan pulang ke rumah, dia berdzikir kepada Allah’.” Mujahid (:Ibnu Jabr, imam, syaikh para qari dan ahli tafsir, murid dan sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, salah seorang imam tabiin, wafat tahun 100 H atau sedikit sesudahnya. Biografinya di Hilyat al-Auliya (3/279) dan Siyar A’lam an-Nubala` (4/449)) berkata, “Seseorang tidak termasuk orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah sehingga dia berdzikir kepadanya dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring.” Atha’ berkata, “Barangsiapa melaksanakan shalat lima waktu dengan menyem-purnakan hak-haknya maka dia termasuk ke dalam firman Allah Subhanahu wata’ala,

وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ

‘Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah.’ (Al-Ahzab: 35). Ini adalah nukilan al-Wahidi.”

(9) Tercantum di dalam hadits Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu , dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alai wasallam bersabda,

إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللَّيْلِ، فَصَلَّيَا (أَوْ: صَلَّى) رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا، كُتِبَا فِي الذَّاكِرِيْنَ الله كَثِيْرًا وَالذَّاكَرَاتِ.

“Jika suami membangunkan istrinya di malam hari lalu keduanya (atau dia shalat) dua rakaat bersama niscaya keduanya ditulis ke dalam golongan orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah.”

Takhrij Hadits: Shahih. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Kitab Iqamat ash-Shalah, Bab Man Aiqhazha Ahlahu, 1/424, no.1335; Abu Dawud Kitab ash-Shalah, Bab Qiyam al-Lail, 1/418, no.1308 dan no.1450; An-Nasa`i di dalam as-Sunan al-Kubra no.3965-berdasarkan penomeran Tuhfat al-Asyraf; Abu Ya’la no.1112; Ibnu Hibban no. 2568 dan 2569; Al-Hakim 1/316; dan al-Baihaqi: dari dua jalan riwayat, dari Ali bin al-Aqmar, dari al-Aqhar, dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah dengan hadits tersebut.

Ini adalah sanad yang dishahihkan oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi berdasarkan syarat keduanya, tashih keduanya disetujui oleh al-Mundziri dan al-Albani. Dan al-Bukhari tidak meriwayatkan hadits al-Aghar dalam Shahihnya. Jadi ia hanya mencapai syarat Muslim saja. Kemudian ia memiliki jalan yang mauquf kepada Abu Sa’id seorang, meskipun ia tidak menguatkan jalan yang marfu’ tetapi ia juga tidak merugikannya karena jalan-jalan yang marfu’ lebih banyak dan lebih shahih, ditambah bahwa ia adalah tambahan dari rawi yang tsiqah, yang harus diambil.

Ini adalah hadits yang masyhur (Al-Asqalani dalam Amali al-Adzkar 1/122-Futuhat berkata, “Yang dimaksud oleh syaikh dengan ucapannya, “hadits masyhur” adalah masyhur di lidah bukan masyhur secara terminologi di ilmu musthalah, karena hadits tersebut diriwayatkan oleh Ali bin al-Aqmar sendirian dari al-Aghar”). Diriwayatkan oleh Abu Dawud, an-Nasa`i dan Ibnu Majah dalam sunan-sunan mereka.

Syaikh Imam Abu Amru bin as-Shalah (Hafizh, Allamah, Taqiyuddin Usman bin Abdurrahman al-Mushili asy-Syafi’i, penulis kitab Ulum al-Hadits, lahir tahun 577 H dan wafat 643 H. Biografinya terdapat dalam Wafayat al-A’yan 2/243, Siyar A’lam an-Nubala’ 23/140). ditanya tentang kadar yang dengannya seseorang dikelompokkan ke dalam orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah? Dia menjawab, jika dia menjaga dzikir-dzikir yang ma’tsur yang shahih dari Nabi secara rutin di pagi dan petang hari, di segala waktu dan keadaan yang berbeda-beda siang dan malam -dzikir-dzikir tersebut dijelaskan di dalam kitab Amal al-Yaumi wa al-Lailah maka dia termasuk orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah. Wallahu a’alam.

Bersambung…
Sumber: dikutip dari Buku “Ensiklopedia Dzikir dan Do’a Al-Imam An-Nawawi Takhrij & Tahqiq: Amir bin Ali Yasin. Diterbitkan oleh: Pustaka Sahifa Jakarta. Oleh: Abu Nabiel)