Yang dimaksud dengan hisab adalah berdirinya manusia di hadapan Allah, Dia menunjukkan kepada mereka perbuatan-perbuatan yang dulu mereka kerjakan, perkataan-perkataan yang dulu mereka ucapkan dan kebaikan atau keburukan yang dulu mereka simpan di dalam hati. Hisab mencakup apa yang Allah katakan kepada mereka, apa yang mereka katakan kepada Allah serta hujjah-hujjah yang Allah tegakkan atas mereka.

Tentang pemandangan hisab ini Allah menjelaskan, “Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.â€‌ (Az-Zumar: 69).

Besarnya pemandangan hisab terlihat dari siapa yang menghisab, dia adalah Allah, tidak ada sesuatu pun yang samar bagiNya, dan bisa jadi cahaya terang yang menyinari bumi Mahsyar itu terjadi pada saat hadirnya Allah untuk menetapkan keputusanNya.

Allah Ta’ala berfirman, “Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada Hari Kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya.â€‌ (Al-Baqarah: 210).

Ini adalah kedatangan Rabb Tabaraka wa Ta’ala lifasl al-qadha`(menetapkan keputusan) pada Yaumul Hisab, Dia lebih mengetahui begaimananya, kita beriman, dan meyakini bahwa ia haq tanpa menakwilkannya dan membelokkannya.

Para rasul dihadirkan, mereka ditanya tentang amanat yang Allah bebankan atas mereka, yakni menyampaikan risalah dan wahyu kepada umat mereka, para rasul tersebut bersaksi atas umat mereka sebatas apa yang mereka ketahui. Para saksi pada hari itu berdiri tegak, mereka bersaksi atas seluruh makhluk dengan apa yang mereka lakukan dulu, para saksi tersebut adalah para malaikat yang mencatat amal-amal perbuatan manusia.

Manusia yang hendak menghadapi hisab dihadirkan, mereka berdiri berbaris untuk menghadap Rabb Azza wa Jalla, “Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris.â€‌ (Al-Kahfi: 48). Para pendosa dihadirkan, orang-orang yang mendustakan para rasul, membangkang kepada Tuhan mereka dan berbuat kerusakan di muka bumi, dalam keadaan terikat dengan rantai dengan pakaian dari qathiran(pelangkin) “Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka.â€‌ (Ibrahim: 49-50).

Besarnya ketakutan pada Yaumul Hisab, sampai-sampai manusia berlutut pada saat mereka dihadirkan, “Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.â€‌ (Al-Jatsiyah: 28).

Apakah hisab berlaku untuk orang-orang kafir?

Ini termasuk masalah yang diperselisihkan oleh para ulama, Imam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa (4/305) berkata, “Masalah ini diperselisihkan oleh kawan-kawan Ahmad mutaakhkhirin dan selain mereka, …â€‌

Pendapat yang rajih adalah bahwa mereka dihisab dengan dasar beberapa dalil, di antaranya, firman Allah, “Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, â€کDi manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan?” (Al-Qashash: 62) Dan firman Allah, “Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, â€کApakah jawabanmu kepada para rasul?” (Al-Qashash: 65).

Untuk apa orang-orang kafir dihisab? Bukankah amal mereka ditolak dan tidak berarti? Jawabannya,

Pertama, Menegakkan hujjah atas mereka dan menunjukkan keadilan Allah pada mereka. Allah telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab, para rasul itu telah menyampaikan dan kitab-kitab itu dibaca oleh manusia, maka tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk berkata, “Tidak ada seorang rasul yang datang kepada kami.â€‌ Pada Yaumul Hisab, Allah menetapkan hal ini atas mereka dan mereka akan mengakuinya, pada saat itu keadilan Allah terlihat dengan sangat jelas.

Al-Qurthubi dalam at-Tadzkirah (225) berkata, “Al-Bari swt bertanya kepada makhluk di dunia dan akhirat untuk menetapkan penegakan hujjah dan terlihatnya hikmah.â€‌

Kedua, Orang-orang kafir dibebani ushul (pokok) syariat sebagaimana mereka dibebani furu’(cabang)nya, jika mereka menyimpang dan melalaikan dalam perkara ini maka mereka akan dihisab atasnya. Al-Qurthubi berkata, “Di dalam al-Qur`an terdapat petunjuk bahwa orang-orang kafir dibebani furu’ syariat, ditanya atasnya, dihisab karenanya dan dibalas jika melalaikannya, karena Allah berfirman, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, â€کKami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan Hari Pembalasan.â€‌(Al-Muddatstsir: 42-46), dengan ini jelaslah bahwa orang-orang musyrik dibebani dengan iman kepada Hari Pembalasan, shalat, zakat dan bahwa mereka ditanya atasnya dan dibalas.â€‌

Ketiga, Orang-orang kafir berbeda-beda dalam kekufuran, dosa dan kemaksiatan, mereka duduk di neraka sesuai dengan dosa-dosa ini, neraka sendiri bertingkat-tingkat, sebagaimana surga juga demikian, semakin kufur seseorang semakin berat azabnya, dan sebagian dari orang-orang kafir berada di tingkat neraka terbawah, termasuk orang-orang munafik, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.â€‌ (An-Nisa`: 145).

Imam Ibnu Taimiyah berkata, “Azab orang yang banyak keburukannya lebih berat daripada orang yang sedikit keburukannya, siapa yang mempunyai kebaikan maka azab diringankan darinya, sebagaimana Abu Thalib lebih ringan azabnya daripada Abu Lahab… Hisab diberlakukan (atas mereka) untuk menetapkan derajat azab bukan untuk masuk surga.â€‌ (Majmu’ al-Fatawa 4/305).

Jika orang-orang kafir itu dihisab dan ditanya lalu bagaimana dengan ayat-ayat yang menetapkan sebaliknya, seperti firman Allah, “Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.â€‌ (Al-Qashash: 78)?

Jawab, ada beberapa penafsiran dari para ulama untuk menyelaraskannya, ada yang berkata, orang-orang kafir tidak ditanya dengan mudah, akan tetapi mereka ditanya secara sulit, mengapa kalian melakukan ini dan ini? Ada yang berkata, orang-orang kafir tidak ditanya untuk mengorek keterangan karena Allah sudah mengetahui, akan tetapi mereka ditanya untuk menetapkan kekufuran mereka. Ada yang berkata, orang-orang kafir ditanya di sebagian kesempatan dan tidak dalam kesempatan yang lain. Al-Qurthubi berkata, “Kiamat terdiri dari dari beberapa tempat, ada tempat di mana di sana ada pertanyaan dan ada tempat di mana di sana tidak ada pertanyaan.â€‌ (Tadzkirah al-Qurthubi hal. 286). Wallahu a’lam.