Dia adalah Ibnu Khubasyah, seorang imam panutan, ahli qira’ah Kufah bersama As-Sulami, Abu Maryam Al-sadi Al-Kufi.

Dia dijuluki Abu Mutharrif. Dia sempat mengalami masa jahiliyah.

Ashim berkata, “Zirr termasuk orang yang paling tahu tentang bahasa Arab. Oleh karena itu Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu menanyainya tentang bahasa Arab”.

Diriwayatkan dari Zirr, aku berkata, “Aku pernah keluar sebagai utusan penduduk Kufah, demi Allah, ketika itu aku tidak tertarik untuk menjadi utusan tersebut, kecuali aku ingin bertemu dengan sahabat-sahabat rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika masuk Madinah, aku menemui Ubai bin Ka’ab dan Abdur Rahman bin Auf, yang keduanya adalah teman dan sahabatku. Ubai berkata, ‘Wahai Zirr, kamu tidak ingin meninggalkan satu ayat al-Qur’an pun kecuali kamu bertanya kepadaku tentangnya’.”

Diriwayatkan dari Zirr, dia berkata, “Aku berada di Madinah pada hari raya, tiba-tiba Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu yang bertubuh besar, dan botak,datang, seakan-akan dia berada diatas tunggangan yang gagah.”

Abu Bakar bin Ayyasy meriwayatkan dari Ashim, dia berkata, “Abu Wa’il adalah orang yang condong kepada Utsman, sedangkan Zirr bin Hubaiisy adalah orang yang condong kepada Ali, tetapi aku tidak pernah mendengar seorang pun diantara mereka yang bercerita tentang sahabatnya itu sampai keduanya meninggal. Zirr lebih tua dari Abu Wa’il. Jika keduanya duduk bersama, Abu Wa’il tidak pernah berbicara dengan Zirr, karena dia berusaha menjaga kesopanan dengannya lantaran usianya.”

Diriwayatkan dari Al A’masy, dia berkata, “Aku masih mendapati guru-guru kami, yaitu Zirr dan Abu Wa’il. Di antara mereka ada yang lebih mencintai Utsman dari pada Ali dan ada pula yang lebih mencintai Ali dari pada Utsman. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kasih sayang yang dalam.

Diriwayatkan dari Ashim, dia berkata, “Seorang laki-laki lewat di depan Ziir sambil beradzan. Zirr berkata, ‘Wahai Abu Maryam, aku memuliakanmu bukan karena ini’, orang itu lalu berkata, ‘Kalau begitu aku tidak akan berbicara kepadamu dengan satu kalimat pun hingga kamu meninggal.”

Diriwayatkan dari Ismail, aku berkata kepada Zirr, “Berapa umurmu?” dia menjawab, “Aku berumur 120 tahun.”

Diriwayatkan dari Asy-Sya’ibi, dia berkata, “Zirr pernah menulis surat kepada Abdul Malik bin Marwan yang berisi nasihat untuknya.”

Dia meninggal tahun 81 Hijriyah.

Sumber : Ringkasan Syiar A’lam An-Nubala’ I/179-182, edisi terjemah, cet. Pustaka Azzam.