Sidang itsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama Suryadharma Ali di Operation Room Gedung Kementerian Agama di Jakarta, Rabu malam, menyepakati bahwa 1 Syawal 1431 Hijriyah jatuh pada Jumat, 10 September 2010.

Surat keputusan sidang yang diikuti oleh perwakilan ormas Islam dan para duta besar negara sahabat itu sudah ditandatangani oleh Menteri Agama Suryadharma Ali.

Sidang juga dihadiri Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maruf Amin.

Dari pemantauan hilal Rabu di sejumlah daerah seperti Jayapura (Papua), Mojokerto (Jawa Timur, Cilincing (Jakarta Utara), Cakung (Jakarta Timur), dan Lhok Nga (Aceh), tidak terlihat hilal.

Namun, seluruh peserta sidang itsbat sepakat bahwa 1 Syawal 1431 Hijriyah jatuh pada Jumat, 10 September 2010.

“Seperti dilaporkan bahwa hilal masih dibawah ufuk, bahwa awal bulan syawal jatuh pada Jumat 10 September 2010,” kata Suryadharma.

Kementerian Agama dalam Website resmi menyebutkan bahwa ormas-ormas Islam meminta pemerintah memfasilitasi pertemuan untuk menyepakati kriteria yang sama dalam penentuan awal Ramadhan, 1 Syawal, dan Idul Adha, sehingga tidak terjadi lagi perbedaan.

Menanggapi hal itu Menteri Agama setuju sehingga di tahun mendatang diharapkan tercapai kaidah yang sama.

Sebelumnya, Sekretaris Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Muhaimin Luthfi melaporkan dari hasil pemantauan di 29 lokasi dari Banda Aceh hingga Papua semua melaporkan tidak melihat hilal (bulan baru).

Muhaimin memaparkan, ijtima (pertemuan akhir bulan dan awal bulan baru) menjelang Syawal jatuh pada Rabu, 8 September atau 29 Ramadhan pukul 17.31 WIB sehingga saat matahari terbenam posisi hilal masih di bawah ufuk. Dengan demikian bulan Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari (istikmal) dan 1 Syawal jatuh pada Jumat, 10 September 2010.

Dengan demikian terjadi kesamaan dengan penetapan PP Muhammadiyah dengan maklumatnya telah menetapkan tanggal 1 Syawal jatuh pada hari Jumat Legi, 10 September 2010. Demikian pula dengan almanak PBNU berdasarkan hisab menetapkan pada tanggal yang sama.

Ketua Lajnah Falakiah PBNU, KH Ghozali Masroeri mengatakan, pengamatan NU di beberapa titik juga tidak melihat hilal. “Kita bisa puasa, hari raya Idul Fitri bareng harus kita syukuri, memang sekarang kita sama,” ujarnya. [Sumber: http://www.antaranews.com]