Semua mata menangis dan hati pun bergetar takut. Akan tetapi apa yang harus dikerjakan?!

Beramal….! Beramal sesuai dengan Kitabullah Subhanahu wa Ta’ala!

Beramal….! Beramal sesuai dengan Sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa sebab sesatnya kaum Yahudi dan Nashrani adalah karena mereka tidak mengamalkan Taurat dan Injil. Maka, sudah seharusnya kita mengamalkan (al-Qur’an dan as-Sunnah) dan segera melakukannya.

Kita harus bersikap teliti dan menolak hadits yang tidak shahih, karena ini adalah permasalahan agama. Ucapan (hadits) itu sendiri merupakan syari’at (agama), sehingga kita harus cermat melihat dari siapa kita mengambil agama kita. pernyataan seperti ini dikutip dari perkataan Muhammad bin Sirin rahimahullah:”Sesunguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian” (Muqaddimah Shahih Muslim).

Kita harus senantiasa menuntut ilmu dan berada di dekat ulama. Sudah seharusnya kita merenungkan wasiat ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullah yang ia tulis untuk Abu Bakar bin Hazm:

((انظر ما كان من حديث رسول الله فاكتبه، فإني خفت دروس العلم وذهاب العلماء، ولا تقبل إلا حديث النبي صلى الله عليه وسلم، ولتفشوا العلم ولتجلسوا حتى يعلم من لا يعلم، فإن العلم لا يهلك حتى يكون سرا))

”Periksalah, jika dia berupa hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka tulislah. Karena sesunguhnya aku takut akan hilangnya ilmu dan perginya para ulama. Jangan engkau terima kecuali hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kalian harusmenyebarkan ilmu dan duduk di majelis ilmu, sehingga orang yang tidak tahu menjadi tahu. Sebab, sesungguhnya ilmu tidak akan binasa kecuali jikailmu itu sudah menjadi rahasia.”

Wasiat di atas dikutip dari Shahihul Bukhari, Kitab al-‘Ilmu, Bab “Kaifa Yuqbadhul ‘Ilm” secara mu’allaq dengan lafazah jazm (redaksi kalimat aktif). Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan perihal Abu Nu’aim yang menjadikan hadits tersebut maushul dalam kitab Akhbaar Ashbahaan dengan redaksi serupa. Inilah yang kini dapat kita lihat dengan mata dan kita raba dengan tangan dari apa yang terjadi pada perkumpulan-perkumpulan dan pengajian-pengajian yang bersifat tertutup. Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita mengadu.

Majelis-majelis ilmu membuat kita (seperti) menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair:

أهل الحديث هم أهل الرسول وإن لم يصحبوا نفسه أنفاسه صحبوا

Para ahli hadits adalah keluarga Rasul. Meskipun mereka tidak menemani fisik beliau, akan tetapi mereka menemani nafas-nafasnya

Kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalatnya

Kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam puasanya

Kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam zakatnya

Kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hajinya

Kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap perilakunya

Kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam jihadnya

Jangan engkau terima kecuali hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ! Ini tidak berarti kita meninggalkan pendapat para ulama, penafsiran, serta kesimpulan hukum mereka dalam sebuah masalah. Karena berpaling dari buku-buku dan pemahaman mereka merupakan sebuah kesesatan, sebagaiman sikap fanatic terhadap mereka dan lebih mendahulukannya dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga merupakan sebuah kesesatan.

Sebab, hadits beliau adalah obat penyembuh dan cahaya. Di dalamnya terdapat keselamatan, kemenangan, dan kebahagiaan.

MERENUNGI WASIAT NABI

Sudah selayaknya bagi orang yang akan pergi dan berpisah untuk menulis wasiat. Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga meninggakan wasiat untuk kita? Benar, beliau telah meninggalkan sebuah wasiat yang singkat dan padat dan sekaligus merupakan inti dari seluruh nasihat. Dari ‘Abdurrahman bin ‘Amru as-Sunnah-Sulami rahimahullah, dari al-Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu ia adalah salah seorang Sahabat yang sering menangis, dia berkata:

: صلى بنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- صلاة الصبح، ثم أقبل علينا بوجهه فوعظنا موعظة بليغة ذرفت منها الأعين ووجلت منها القلوب، فقال قائل: يا رسول الله، كأنها موعظة مودع؛ فأوصنا. فقال: أوصيكم بتقوى الله، والطاعة؛ وإن كان عبدا حبشيا، فإنه من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي، وسنة الخلفاء بعدي، الراشدين المهديين، وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل بدعة ضلالة .

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat Shubuh bersama kami. Setelah itu, beliau menghadapkan wajahnya ke arah kami seraya menasehati kami dengan nasehat yang begitu membekas. Hingga air mata kami bercucuran dan hati-hati kami bergetar karenanya. Seorang laki-laki berkata:’Wahai Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasihat seseorang yang akan pergi berpisah?! Maka apa yang akan Anda wasiatkan kepada kami? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:’Aku wasiatkan kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah, dan hendaknya kalian patuh dan taat (kepada pemimpin), sekalipunia hanyalah seorang budak Habasy (Ethiopia). Sesungghnya barang siapa di antara kalian yang hidup setelah wafatku, niscaya ia akan mellihat perselisihan. Maka kalian harus senantiasa memegang Sunnahku dan Sunnah Khulafa-ur Rasyidin setelahku yang mendapat petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham, dan wapadalah kalian terhadap perkara-perkara yang diada-adakan (didalam agama), sebab setiap perbuatan bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud, Shahih Sunan Abi Dawud 3851, at-Tirmidzi, Shahih Sunan at-Tirmidzi 2157, dan Ibnu Majah, Shahih Sunan Ibni Majah 40)
Wasiat ini harus direnungi

Kita harus hidup bersama wasiat ini, sebagaimana wasiat ini jugaharus hidup bersama kita. Kita juga harus selalu mengingatnya dalam setiap urusan kehidupan kita. Dalam senang dan gembira, dalam sakit dan duka…saat aman maupun saat timbu fitnah…pada saat bersepakat maupun berselisih. Sebab, di dalamnya terdapat kunci-kunci kebahagiaan dan rahasia-rahasia menuju keselamatan.

Sanggahan terhadap orang yang mengatakan bahwa wafatnya Nabi bukanlah suatu musibah, sebab Al-Qur’an dan As-Sunnah sudah berada di tangan kita

Mereka mengatakan:”Inilah Kitabullah yang mulia, dan inilah Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang suci, lalu apa yang harus kita khawatirkan dari wafatnnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?

Pertanyaan seperti ini telah dijawab sendiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mari kita simak jawabannya: Dari Zaid bin Labid radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyebutkan sesuatu. Beliau bersabda:’ Hal itu akan terjadi di saat ilmu mulai menghilang.’Aku bertanya:’ Wahai Rasulullah, bagaimana ilmu itu bisa hilang, sedangkan kami membaca al-Qur’an, membacakannya kepada anak-anak kami, lalu anak-anak kami membacakannya kepada anak-anak mereka sampai hari Kiamat?! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:’Semoga ibumu kehilangan dirimu! Sesungguhnya aku dulu mengira bahwa engkau termasuk orang yang paling faqih di Madinah. Bukankah orang Yahudi dan Nashrani juga membaca kitab Taurat dan Injil? Akan tetapi, mereka tidak mengamalkan sedikitpun yang ada di dalamnya!’”(HR. At-Tirmidzi. Ahmad, dan Ibnu Majah, Shahih Sunan Ibnu Majah 3272 dan yang lainnya)

Maksud perkataaan ’Semoga ibumu kehilangan dirimu!, redaksi seperti ini biasa diucapkan untuk menunjukkan keheranan terhadap sesuatu, bukan untuk mendoakan keburukanbagi orang yang sedang diajak berbicara.

Di hadapan kita memang ada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam! Akan tetapi di manakah kini pengamalan terhadap keduanya? Di manakah upaya untuk mendakwahkannya? Bahkan, di manakah ilmu yang benar sebelum beramal dan berdakwah itu berada? Jadi, sebenarnya tidak ada tempat untuk pernyataan semacam ini, tidak ada sedikitpun kebenaran yang lahir dari perkataa, seperti ini.

Ummat ini telah ridha menjadikan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul, pemimpin, panglima, hakim dan pendidik. Namun, siapakah panglima yang dapat menyatukan ummat saat ini? Seandainya kita tahu bagaimana kehidupan dunia ini semasa hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan bagaimana kehidupan tersebut berubah seperti saat ini! Pada masa beliau terdapat kemuliaan, kejayaan dan keluhuran, sedangkan saat ini kita berkubang dalam kegelapan. Kita mengharapkan belas kasih dari ummat-ummat yang besar; dan takut apabila mereka menindas dan menghancurkan kita.

Berita di dalam surat kabar selalu berbicara tentang segala yang menimpakita; pembinuhan, penjajahan, peperangan, perbudakan, konspirasi, dan berbagai macamrekayasa untuk menyerang ummat ini.Fanatisme kelompok yang dibenci bermunculan menggerogoti ummat, dan setiap kelompok merasa bangga dengan apa yan mereka miliki.

Dengan mengatasnamakan Islam, Agama ini, para ulama, dan para da’I diserang. Dengan mengatasnamakan Ahlul Bait keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dicaci maki. Keyakinan orang semakin beraneka ragam, saling berselisih, bertentangan, dan berbenturan. Orang yang menginginkan Surga semakin sedikit, sedangkan pemburu Neraka semakin bertambah jumlahnya.

Hadits yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam didustakan, sehingga untuk membedakan antara yang shahih (kuat) dan yang dha’if (lemah) menjadi sesuatu yang sulit dilakukan orang. Sementara itu, menyelisihi hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjadihal yang mudah dilakukan oleh setiap orang yang menuruti hawa nafsunya.

Perbuatan bid’ah disucikan, seolah-olah ia merupakan pilar agama dan salah satu rukun islam! Orang yang berpegang kepada as-Sunnah dianggap sebagai pelaku bid’ah, sedangkan pelaku bid’ah dianggap sebagai pejuang Sunnah! Otak-otak yang merekayasa dan merencanakan maker semakin banyak. Islam ditunggangi olah para budak nafsu dan perkara-perkara yang syubhat (samar). Orang yang santun (sabar) pun kebingungan dan kacau pikirannya.

Antara kita dengan pemahaman yang benar terbentang padang sahara tandus yang membuat leher-leher setiap binatang tunggangan teputus. Seandainya seorang Khatib atau pemberi nasihat mengatakan kepada kita:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda”, maka kita dituntut untuk mencaritahu keabsahan hadits tersebut, padahal kita tidak tahu, apakah kita akan bertemu dengan orang yang dikaruniai oleh Allah parameter yang benar dan teliti tentang ilmu ini ataukah tidak.

Apabila ternyata hadits itu shahih-namun sangat disayangkan, hanya sedikit darinya yang shahih-maka kita pun masih dituntu untuk memahami kandungannya dan segala apa yang dimaksudkannya. Kita juga masih harus menyelami lautan ilmu Ushul Fiqh agar kita keluar ketepiannya dengan membawa hasil (kesimpulan hukum), di samping juga dengan berpetualang di dunia bahasa (Arab) dan segala perbedaan serta pendapat-pendapat ulama ahli bahasa yang ada di dalamnya.

Lalu, ketika kita telah menyelesaikan tahap ini dan itu dengan aman, ternyata kita lupa untuk mengamalkan apa yang telah kita ketahui tersebut. Kita hanya diam dan tidak mendakwahkan sesuatu yang seharusnya kita dakwahkan. (kecuali bagi orang yang mendapatkan rahmat dari Allah, namun sedikit orang seperti mereka)

Bukankah semua musibah dan beban ini muncul sebagai salah satu akibat dari wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?

Bukankah ini merupakan salah satu dampak dari wafatnya Sahabatnya radhiyallahu’anhum?

Bukankah ini semua merupakan akibat dari tidak diamalkannya Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam ?

(Sumber: Musibah Terbesar Ummat Islam, Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awaisyah.Pustaka Imam Syafi’i, oleh Abu Yusuf Sujono)