Pasukan Ahzab yang terdiri dari sekutu-sekutu kafir: kaum kafir Quraisy Makkah, Ghathafan dan kabilah-kabilah Arab yang kafir lainnya, bergerak ke Madinah dalam rangka mengubur Islam di markasnya, mereka bergerak dengan pasukan berkuda, pasukan berjalan kaki, perbekalan dan senjata. Jumlah mereka mencapai sepuluh ribu prajurit, jumlah yang mengungguli penduduk Madinah termasuk kaum wanita dan anak-anaknya. Seandainya mereka menyerang Madinah secara mendadak maka habislah sudah kaum muslimin di sana, namun tidak, karena kendali Madinah adalah kendali yang rekatif dan tanggap, cerdik dan tidak lengah, kendali di tangan Rasul yang agung Muhammad saw.

Pasukan yang saat tiba di Madinah harus mengubur impian mereka untuk mengubur Islam di markasnya, mereka menghadapi strategi yang tidak pernah mereka kenal sebelumnya dan tidak pernah mereka perkirakan, strategi jitu Salman al-Farisi yang disetujui oleh Rasulullah saw dan laksanakan oleh kaum muslimin, strategi Khandaq (parit). Pasukan yang akhirnya terpaksa berpangku tangan, menunggu dan mengepung sampai masa yang mereka sendiri tidak bisa menduganya, atau sampai perbekalan mereka habis, kecuali bisa mereka menemukan cara untuk menyeberangi parit.

Pasukan yang akhirnya harus angkat kaki, karena Allah menolak mereka, mengguncangkan kaki-kaki mereka dan menyusupkan ketakutan ke dalam dada mereka, dan mereka pun tidak meraih apa-apa selain kegagalan dan kerugian materi, waktu dan tenaga, “Dan Allah menghalau orang-orang kafir dalam keadaan memendam kejengkelan dan tidak meraih keuntungan apa pun.” (Al-Ahzab: 25).

Saat-saat terakhir sebelum mereka memutuskan untuk mundur adalah saat-saat mencekam bagi kaum muslimin, saat itu Rasulullah saw ingin mengetahui berita lawan dan beliau pun menawarkan kesempatan memata-matai ini kepada para sahabat, namun karena keadaan yang sedemikian mencekam, mereka diam tidak merespon, dan akhirnya Rasulullah saw menugaskan Hudzaefah bin al-Yaman untuk memikul misi tersebut.

Kisah penyusupan Hudzaefah di antara barisan mereka atas perintah Rasulullah saw untuk mengetahui berita mereka, membuka kondisi mereka dan membongkar rahasia mereka, lalu ujian berat menimpa mereka, cobaan keras menerpa mereka, angin kencang yang Allah kirimkan menerjang mereka, badai yang Allah hembuskan menyapu markas mereka, hal ini membuat keberadaan mereka di markas mereka sebagai sesuatu yang mustahil, kisah Hudzaefah ini termasuk kisah keberanian dan kepahlawanan yang paling kesohor, termasuk kisah peperangan yang menjadi buah bibir dan termasuk kisah yang paling banyak beredar di sumber-sumber rujukan yang dipercaya, baik sumber rujukan hadits maupun sejarah maupn sirah dan yang sepertinya.

Dari Muhammad bin Kaab al-Qurazhi berkata, seorang laki-laki dari penduduk Kufah berkata kepada Hudzaefah bin al-Yaman, “Wahai Abu Abdullah, apakah engkau melihat Rasulullah saw dan menyertainya?” Hudzaefah menjawab, “Ya, wahai keponakanku.” Dia bertanya, “Apa yang kalian lakukan?” Hudzaefah menjawab, “Demi Allah, kami benar-benar bersungguh-sungguh.” Dia berkata, “Demi Allah, seandainya kami mendapatkannya niscaya kami tidak membiarkannya berjalan di muka bumi, akan tetapi kami akan memikulnya di pundak kami.” Hudzaefah berkata, “Wahai keponakanku, demi Allah, kami bersama Rasulullah saw dalam perang Khandaq, beliau shalat di sebagian waktu malam, kemudian beliau menoleh kepada kami, beliau bersabda, “Siapa di antara kalian yang bersedia berangkat untuk memeriksa keadaan musuh lalu kembali lagi.- Rasulullah saw mensyaratkan agar orang tersebut kembali lagi- dan aku memohon kepada Allah agar dia menjadi rekanku di surga?”

Tidak seorang pun dari kami yang bersedia karena ketakutan, kelaparan dan kedinginan yang sangat, ketika Nabi saw melihat tidak seorang pun dari kami yang bangkit, beliau memanggilku, karena beliau memanggilku maka aku pun bangkit, beliau bersabda kepadaku, “Wahai Hudzaefah, berangkatlah kepada mereka dan menyusuplah di antara mereka, perhatikan apa yang mereka lakukan, jangan melakukan apa pun sehingga kamu kembali kepada kami.” Maka aku berangkat, aku menyusup di tengah-tengah mereka sementara angin dan bala tentara Allah melakukan terhadap mereka apa yang ia lakukan, angin itu tidak membiarkan bejana kecuali ia membaliknya, api kecuali ia memadamkannya dan tenda kecuali ia merobohkannya. Maka Abu Sufyan berdiri dan berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, hendaknya masing-masing orang mengetahui siapa orang yang berada di sampingnya.” Hudzaefah berkata, lalu aku memegang tangan seseorang yang ada di sampingku, aku berkata kepadanya, “Siapa kamu?” Dia menjawab, “Fulan bin fulan.”

Kemudian Abu Sufyan berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, demi Allah, kalian telah berada di suatu tempat yang bukan tempat untuk tinggal, kuda-kuda dan unta-unta kita telah habis, Bani Quraizhah telah mengkhianati kita, apa yang tidak kita inginkan dari mereka telah menimpa kita, kita juga telah menderita karena kencangnya angin ini, angin ini tidak membiarkan bejana kita tegak, tidak membiarkan api kita menyala dan tidak membiarkan tenda-tenda kita berdiri, pulanglah kalian, aku sendiri sedang berkemas-kemas untuk pulang.”

Lalu Abu Sufyan mendekati untanya yang tertambat, dia duduk di punggungnya lalu dia memukulnya ubtanya maka ia melompat di atas tiga kakinya, demi Allah, tambatannya tidak dilepas kecuali ketika dia berdiri, kalau bukan karena Rasulullah saw sudah berpesan kepadaku agar aku tidak melakukan apa pun sehingga aku kembali kepada beliau kemudian aku berkenan niscaya aku sudah membunuhnya dengan sebuah anak panah.

Hudzaefah berkata, lalu aku pulang kepada Rasulullah saw, pada saat itu beliau sedang shalat dengan beralas kain milik salah seorang istrinya hasil tenunan Yaman.

Manakala beliau melihatku, beliau memasukkanku ke kedua kakinya, beliau menjulurkan ujung kain kepadaku, kemudian beliau kembali dan bersujud sedangkan aku masih di dalamnya, ketika beliau salam aku memberitahukan berita Quraisy, orang-orang Ghathafan mendengar apa yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy, maka mereka berkemas untuk pulang ke kampung halaman mereka.

Selamat untuk Hudzaefah, pendamping Rasulullah saw di surga. Semoga Allah meridhainya dan seluruh sahabat. Amin.