وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ ءَايَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى {56} قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَامُوسَى {57} فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِّثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لاَّنُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلآأَنتَ مَكَانًا سُوًى {58} قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَن يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى {59}

”Dan Sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir’aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dengan enggan (menerima kebenaran). Berkata Fir’aun:”Adakah kamu dtang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa? Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya)”. Berkata Musa:”Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik”. (QS. Thaahaa: 56-59)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan tentang kesengsaraan dan kebodohan serta lemahnya akal Fir’aun, dengan mendustakan ayat-ayat Allah dan menolak mengikutinya. Bahkan, dia berkata kepada Musa ‘alaihissalam:”Apa yang kamu bawa kepada kami hanyalah sihir, dan kami akan melawannya dengan sihir yang sama.” Setelah itu, Fir’aun meminta agar Musa ‘alaihissalam menentukan waktu dan tempat tertentu. Dan itu memang yang diinginkan dan seakligus menjadi tujuan utama Musa ‘alaihissalam, yaitu memperlihatkan tanda-tanda, hujjah, dan bukti kekuasaaan Allah Subhanahu wa Ta’ala di hadapan banyak orang. Oleh karena itu:

مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ … {59}

“Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya …”. (QS. Thaahaa: 59)

Yaitu, hari besar dan hari berkumpulnya orang-orang.

… وَأَن يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى {59}

“Dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik”. (QS. Thaahaa: 59)

Yaitu daru sejak permulaan siang pada waktu terik matahari, sehingga dengan demikian kebenaran akan tempak jelas. Dia tidak meminta bertemu pada malam hari yang gelap, karena pada saat seperti itu mereka banyak melakukan kebathilan. Tetapi, justru ia meminta waktunya pada siang hari supaya semuanya tampak dengan jelas, karena dia bertidak atas petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memperlihatkan kalimat dan agama-Nya, meskipun sebagian orang tidak menerimanya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَى {60} قَالَ لَهُم مُّوسَى وَيْلَكُمْ لاَتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ كَذِبًا فَيَسْحِتَكُم بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى {61} فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى {62} قَالُوا إِنْ هَاذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَن يُخْرِجَاكُم مِّنْ أَرْضِكُم بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى {63} فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى {64}

“Maka Fir’aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. Berkata Musa kepada mereka:”Celakalah kamu, janganlah kamu mengadakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa”. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka, dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). Mereka berkata:”Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. Maka himpunlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini”. (QS. Thaahaa: 60-64)

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan bahwa Fir’aun segera pergi, lalu mengumpulkan semua ahli sihir yang ada di negerinya. Pada saat itu, Mesir merupakan Negara yang banyak mempunyai ahli sihr ternama. Maka para tukang sihir pun berdatangan kepadanya dari segala penjuru, hingga akhirnya banyak shli sihir yang berkumpul. Fir’aun, para pembesarnya, dan rakyatnya pun berkumpul. Mereka berkumpul atas seruan Fur’aun agar mereka menghadiri peristiwa yang sangat berharga ini. Mereka pergi seraya berkata:

فَلَمَّا جَآءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لأَجْرًا إِن كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ {41}

“Semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang”. (QS. Asy-Syu’araa’: 40)

Kemudian Musa ‘alaihissalam maju ke hadapan para tukang sihir seraya menasehati mereka, dan mengingatkan mereka untuk meninggalkan sihir yang bathil itu, karena di dalamnya terdapat hal yang bertentangan denga ayat-ayat dan hujjah-hujjah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Musa ‘alaihissalam berkata:

… وَيْلَكُمْ لاَتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ كَذِبًا فَيَسْحِتَكُم بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى {61}

“…Celakalah kamu, janganlah kamu mengadakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa”. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan”. (QS. Thaahaa: 61)

فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ …{62}

“Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka, dan mereka merahasiakan percakapan (mereka)… “. (QS. Thaahaa: 62)

Ada yang berpendapat, makna ayat tersebut adalah bahwa mereka berselisih pendapat mengenai apa yang terjadi di antara mereka. Lalu, ada salah seorang di antara mereka berkata:”Ini adalah ucapan seorang Nabi dan bukan tukang sihir.” Sementara yang lainnya berkata:”Dia itu seorang penyihir dan bukan Nabi.”Wallahu a’lam.. Namun mereka merahasiakan percakapan mereka itu.

قَالُوا إِنْ هَاذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَن يُخْرِجَاكُم مِّنْ أَرْضِكُم بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى {63}

“Mereka berkata:”Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama “. (QS. Thaahaa: 63)

Mereka berkata:”Orang ini (Musa) dan saudaranya, Harun adalah tukang sihir yang pandai lagi berpengalaman dalam melakukan sihir. Dan maksud mereka adalah agar orang-orang berkumpul kepada mereka berdua dan dapat mengambil kepemimpinan serta menyingkirkan kedudukan kalian melalui apa yang mereka lakukan itu.”

فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى {64}

“Maka himpunlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini”. (QS. Thaahaa: 64)

Mereka melontarkan ucapan yang pertama itu agar mereka berhati-hati dan memperhatikan serta mengeluarkan seluruh kemampuan yang mereka miliki, berupaya tipu daya sihir dan kebohongan.

Tidaklah demikian, praduga dan pendapat mereka itu sama sekali tidak benar. Bagaimana mungki sihir dan tipu daya itu akan dapat menandingi sesuatu yang luar bisa, mukjizat yang ditampakkan melalui tangan seorang Hamba sekaligus Rasul-Nya yang didukung dengan bukti-bukti yang nyata, yang menarik perhatian, serta memacu akal dan pkiran. Dan ucapan mereka:

فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ … {64}

“Maka himpunlah segala daya (sihir) kamu sekalian, …”. (QS. Thaahaa: 64)

Yakni, semua yang kalian miliki.

… ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا … {64}

“…Kemudian datanglah dengan berbaris, …”. (QS. Thaahaa: 64)

Maksudnya, secara bersamaan dalam satu waktu. Kemudian masing-masing saling mengajak untuk maju, karena Fir’aun menjanjikan dan memberikan harapan kepada mereka. Dan, janji syaitan itu tidak lain hanya tipu daya belaka.

قَالُوا يَامُوسَى إِمَّآ أَن تُلْقِىَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى {65} قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى {66} فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُّوسَى {67} قُلْنَا لاَتَخَفْ إِنَّكَ أَنتَ اْلأَعْلَى {68} وَأَلْقِ مَافِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَاصَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلاَيُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى {69}

” (Setelah mereka berkumpul) Mereka berkata:”Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang malemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?”
Berkata Musa:”Silakan kamu sekalian melemparkan”: Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”.”.
(QS. Thaahaa: 65-69)

Setelah para penyihir itu berbaris sedang Musa dan Harun ‘alaihimassalam berdiri di hadapan mereka, mereka berkata kepadanya:”Apakah engkau yang akan lebih dulu melempar atau kami?” Musa ‘alaihissalam menjawab:”Silahkan kalian melemparkan.”

Mereka sudah menyediakan tali dan tongkat terlebih dahulu, lalu mereka juga telah mempersiapkan berbagai alat yang dimaksudkan untuk menggerakkan tali dan tongkat tersebut sehingga tampak seperti benar-benar bergerak dan merambat. Dengan demikian, tali dan tongkat itu bergerak bukan karena bernyawa (hidup) tapi karena digerakkan oleh alat-alat tersebut. Pada saat itu, mereka menyihir pandangan orang-orang yang melihatnya seraya menakut-nakuti mereka. Selanjutnya mereka melemparkan tali-temali dan tongkat, seraya berucap:

… بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ {44}

”…Demi kekuasaan Fir’aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang”. (QS. Asy-Syu’araa’: 44)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَ أَلْقُوا فَلَمَّآ أَلْقُوا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَآءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ {116}

”Musa menjawab:”Lemparkanlah (lebih dahulu)!”. Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena’jubkan).” (QS.Al-A’raaf: 116)

Dia juga berfirman:

…. فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى {66} فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُّوسَى {67}

”… Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.” (QS. Thaahaa: 66-67)

Maksudnya, Musa ‘alaihissalam takut orang-orang akan terpengaruh oleh sihir dan tindakan mereka sebelum dia (Musa ‘alaihissalam) melemparkan apa yang ada di tangannya, karena dia tidak melakukan sesuatu sebelum mendapatkan perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepadanya pada saat genting itu:

لاَتَخَفْ إِنَّكَ أَنتَ اْلأَعْلَى {68} وَأَلْقِ مَافِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَاصَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلاَيُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى {69}

“Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datan.”. (QS. Thaahaa: 68-69)

Pada saat itu Musa ‘alaihissalam langsung melemparkan tongkatnya seraya berkata:
فَلَمَّآأَلْقَوْا قَالَ مُوسَى مَاجِئْتُم بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللهَ لاَيُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ {81} وَيُحِقُّ اللهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ {82}

“Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata kepada mereka:”Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya”. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).” (QS. Yunus: 81-82)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَأَوْحَيْنَآ إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَايَأْفِكُونَ {117} فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ {118} فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانقَلَبُوا صَاغِرِينَ {119} وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ {120} قَالُوا ءَامَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ {121} رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ {122}

“Dan Kami wahyukan kepada Musa:”Lemparkanlah tongkatmu!”. Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata:”Kami beriman kepada Rabb semesta alam, (yaitu) Rabb Musa dan Harun”. (QS. Al-A’raaf: 117-122)

Yaitu, setelah Musa ‘alaihissalam melemparkan tongkatnya, tongkat itu berubah menjadi ular sangat besar dan memiliki kaki-kaki besar, sebagaimana yang disebutkan oleh banyak ulama Salaf. Ular itu juga berleher sangat besar,seram, dan menakutkan, serta tubuh yang sangat besar. Di mana orang-orang yang melihatnya, langsung lari dan menjauhkan diri darinya dengan segera. Kemudian ular itu menelan semua tongkat dan tali-temali para tukang sihir itu. Dia menelan satu-persatu tongkat dan tali-tali itu dengan gerakan yang sangat cepat lagi gesut. Dan semua orang menyaksikan peristiwa itu dengan mata mereka sendiri dan merasa terheran-heran.

Sedangkan para tukang sihir itu tercengang dan benar-benar bingung lagi keheranan. Mereka menyaksikan suatu peristiwa yang tidak pernah terlintas dalam benak mereka dan di luar kemampuan mereka. Pada saat utlah terbukt bagi mereka bahwa yang dilakukan oleh Musa ‘alaihissalam itu bukanlah sihir dan sulap serta bukanlah khayalan atau sesuatu yang sesat dan menyesatkan. Tetapi hal itu merupakan sesuatu yang haq yang tidak dapat dilakukan kecuali oleh orang yang memperjuangkan dan menjunjung tinggi kebenaran serta didukukng sepenuhnya oleh kebenaran itu sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membukakan penutup yang terdapat pada hati mereka serta menghilangkan kelalaian meraka. Selain Dia juga menyalakan api api hidayah dan menghancurkan kebekuan dan kekerasan hati mereka. Hingga akhirnya mereka mau kembali kepada Rabb mereka seraya tersungkur dan bersujud. Kemudian dengan suara lantang mereka mengatakan kepada semua yang hadir pada saat itu tanpa rasa takutsedikit pun terhadap ancaman dan sikasaan Fir’aun dan para pengikutnya:

…… ءَامَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى {70}

“… Kami telah percaya (beriman) kepada Rabb Harun dan Musa”. (QS. Thaahaa:70)

قَالَ ءَامَنتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ ءَاذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلاَفٍ وَلأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ وَأَبْقَى {71} قَالُوا لَن نُّؤْثِرَكَ عَلَى مَاجَآءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَاأَنتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَآ {72} إِنَّآ ءَامَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرْ لَنَا خَطَايَانَا وَمَآأَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ وَاللهُ خَيْرٌ وَأَبْقَى {73} إِنَّهُ مَن يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لاَيَمُوتُ فِيهَا وَلاَيَحْيَى {74} وَمَن يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُوْلَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى {75} جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَآءُ مَن تَزَكَّى {76}

” Berkata Fir’aun:”Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku beri izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya”. Mereka berkata:”Kami sekali-kali tidak mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mu’jizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Rabb yang menciptakan Kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungghnya kami telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)” Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan). “. (QS. Thaahaa:71-76)

Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, al-Qasim bin Abi Burdah, al-Auza’i, dan ulama lainnya rahimahumullah mengatakan:”Setelah tukang-tikang sihir itu bersujud, mereka melihat kedudukan dan istana mereka di Surga yang memang disediakan bagi mereka. Dan Syrga itu dihias untuk menyambut kedatangan mereka. Oelh karena itu, mereka sama sekali tidak mau terpengaruh pada ancaman, tekanan, dan paksaan Fir’aun.

Karena setelah mengetahui para ahli sihir masuk Islam dan mengumumkan keislamannya serta memuji Musa dan Harun ‘alaihimassalam dengan sifat yang terpuji di hadapan banyak orang, Fir’aun sangat terkejutdan heran terhadap tindakan mereka dan menyuruh mereka menjauhkan diri dari keduanya. Demikianlah, Fir’aun benar-benar trekunci mati hati dan pandangannya, dan dia benar-benar berada dalam tipu daya yang nyata serta menghalangi jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu Fir’aun berujar kepada para tukang sihir itu di hadapan orang banyak:

ءَامَنتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ ءَاذَنَ لَكُمْ … {71}

“Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku beri izin kepadamu sekalian…?” (QS. Thaahaa:71)

Maksudnya, tidakkah kalian bermusyawarah terlebih dahulu denganku atas tindakan kalian tersebut melakukan hal tercela di hadapan rakyatku itu? Kemudian Fir’aun mengeluarkan ancaman, intimidasi, upaya menakut-nakuti, serta melakukan pendustaan seraya berkata:

… إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ … {71}

” Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian.” (QS. Thaahaa:71)

Dalam ayat yang lain Dia berfirman:

… إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَّكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَآ أَهْلَهَا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ {123}

” Sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini) “. (QS. Al-A’raaf: 123)

Apa yang dikatakan Fir’aun merupakan kebohongan, di mana setiap orang yang berakal akan mengetahui bahwa dalam ungkapannya itu terkandung makna kekufuran, kebohongan dan tipu daya. Namun demikian, upaya Fir’aunitu sama sekali tidak membuahkan hasil, bahkan di kalangan anak-anak sekalipun. Semua orang, baik rakyatnya maupun yang datng dari negeri lain mengetahui bahwa Musa ‘alaihissalam belum pernah dilihat dan dikenal oleh para tukang sihir tersebut, lalu bagaimana mungkin Musa ‘alaihissalam dikatakan telah mengajarkan sihir kepada mereka? Selain itu, mereka juga mengetahui bahwa Musa ‘alaihissalam tidak pernah mengumpulkan mereka, tetapi justru Fir’aun sendiri yang mengumpulkan mereka dari seluruh penjuru pelosok negeri, baik desa maupun kota, daratan maupun lautan, pegunungan maupun lembah, dan dari seluruh pelosok negeri Mesir dan negeri-negeri lainnya.

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi, Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali hafizhahullah (edisi terjemah) Pustaka Imam Syafi’i hal:91-102. Abu Yusuf Sujono)