Allah Ta’ala telah menjadikan shalat sebagai ketenangan, ketenteraman dan kenikmatan bagi Nabi saw, beliau bersabda, “Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan shalat.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad dari seorang sahabat Nabi saw dan sanadnya shahih. Beliau juga bersabda, “Dan ketenanganku dijadikan di dalam shalat.” Diriwayatkan oleh dan Ahmad dari Anas, sanadnya hasan.

Nabi saw adalah mushalli paling baik, paling khusu’ dan paling sempurna, namun kekhusu’an dan ketenangan beliau di dalam shalat tidak menghalangi beliau untuk melakukan hal-hal yang merupakan tuntutan dari kondisi, ini berarti bahwa apa yang beliau lakukan tidak bertentangan dengan ruh shalat yaitu khusu’.

1- Shalat dengan Menggendong Anak

Nabi saw melakukannya dalam shalat fardhu, anak tersebut adalah cucu beliau, Umamah binti Abu al-Ash, putri Zaenab binti Rasulullah saw, jika beliau berdiri, beliau menggendongnya, jika beliau ruku’ dan sujud, beliau meletakkannya. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abu Qatadah.

2- Memperlama Satu Gerakan Karena Sesuatu

An-Nasa`i dan Ahmad meriwayatkan dengan sanad shahih dari Syaddad bin al-Had berkata, “Rasulullah saw shalat Zhuhur atau Ashar bersama kami, saat itu beliau menggendong al-Hasan atau al-Husain, beliau meletakkannya lalu bertakbir, maka beliau sujud di dalam shalatnya dengan panjang, aku mengangkat kepalaku, aku melihat seorang anak duduk di punggung Rasulullah saw yang sedang sujud, lalu aku kembali kepada sujudku, selesai shalat orang-orang berkata, ‘Ya Rasulullah, engkau telah sujud dalam shalat ini dengan panjang, kami mengira telah terjadi sesuatu atau wahyu turun kepadamu.’ Maka beliau bersabda, ‘Semua itu tidak terjadi, akan tetapi cucuku ini menjadikanku sebagai tunggangannya, aku tidak ingin segera menyudahinya sehingga dia menyelesaikan keinginannya.” Dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi.

3- Shalat di atas Mimbar dan Sujud di Tanah

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sahal bin Saad bahwa Nabi saw shalat di atas mimbar, ruku’ di atasnya, ketika tiba saatnya untuk sujud beliau turun ke belakang lalu sujud di atas tanah kemudian beliau naik kembali, selesai shalat beliau bersabda, “Wahai manusia, aku melakukan ini agar kalian bermakmum kepadaku dan mengetahui shalatku.”

4- Membuka Pintu dan Mencolek Istri

Beliau shalat lalu Aisyah pulang dari keperluannya sementara pintu rumah tertutup, maka Nabi saw berjalan dan membuka pintu untuknya lalu beliau kembali shalat. Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasa`i dan Ahmad. At-Tirmidzi menyatakannya hasan.

Aisyah berkata, “Aku tidur di hadapan Nabi saw, kedua kakiku berada di kiblat beliau, jika beliau sujud, beliau mencolekku maka aku menarik kedua kakiku, jika beliau berdiri, aku menjulurkan keduanya.” Aisyah menambahkan, “Pada saat itu rumah kami tidak mempunyai lampu.” Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

5- Menangkap dan Mencekik Setan

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, ini adalah lafazh Muslim, “Sesungguhnya jin Ifrit menyerangku tadi malam, ia ingin memutuskan shalatku, namun Allah menguasakanku atasnya, aku mencekiknya. Sungguh aku ingin mengikatnya di salah satu tiang masjid sehingga kalian bisa melihatnya, namun aku teringat doa Sulaiman alaihis salam, ‘Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku.’ – (Shaad: 35) – Lalu Allah mengusirnya dalam keadaan terhina.”

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu ad-Darda` berkata, Rasulullah saw shalat, kami mendengar beliau mengucapkan, “Aku berlindung kepada Allah darimu.” Kemudian beliau mengucapkan, “Aku melaknatmu dengan laknat Allah.” Beliau mengucapkannya tiga kali. Beliau menjulurkan tangannya seolah-olah mengambil sesuatu. Selesai shalat kami bertanya, “Ya Rasulullah, kami mendengarmu mengucapkan sesuatu yang belum kami dengar sebelumnya dan kami melihatmu menjulurkan tanganmu.” Nabi saw menjawab, “Sesungguhnya musuh Allah Iblis datang membawa sebongkah api, dia hendak melemparkannya ke wajahku, maka aku mengucapkan, ‘Aku berlindung kepada Allah darimu.’ Tiga kali. Dan aku mengucapkan, ‘Aku melaknatmu dengan laknat Allah yang sempurna.’ Tiga kali, namun ia tidak mundur, kemudian aku ingin menangkapnya. demi Allah, kalau bukan karena doa saudara kami Sulaiman niscaya ia sudah terikat sebagai mainan anak-anak Madinah.
(Izzudin Karimi)