Kaidah-kaidah di mana para hamba dihisab di atasnya (lanjutan)

4- Dilipatgandakannya balasan kebaikan bukan keburukan

Rahmat Allah mendahului murkaNya dan salah satu bentuk rahmatnya adalah bahwa Dia melipatgandakan pahala kebaikan, minimal sepuluh kali lipat, bukan balasan keburukan.

Firman Allah, “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).â€‌(Al-An’am: 160).

Al-Hakim dan Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar berkata, yang benar dan dibenarkan menyampaikan kepadaku dalam apa yang dia riwayatkan dari Rabbnya Tabaraka wa Ta’ala, “Kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya atau Aku menambah, keburukan dibalas satu atau Aku mengampuninya.â€‌ (Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, no. 128).

Balasan kebaikan bisa dilipatgandakan lebih dari itu sampai tujuh ratus, sampai jumlah yang hanya diketahui oleh Allah, sebagaimana janjiNya dalam infak di jalanNya, Dia berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.â€‌ (Al-Baqarah: 261).

Di antara bentuk rahmat Allah adalah bahwa barangsiapa berkeinginan melakukan kebaikan dan dia tidak melakukannya maka ditulis untuknya kebaikan sempurna, sebaliknya barangsiapa berkeinginan melakukan keburukan lalu tidak melakukannya, maka ditulis untuknya kebaikan sempurna, dan jika dia melakukannya maka ditulis satu keburukan.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Nabi saw seperti yang dia riwayatkan dari Rabbnya berfirman, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan dan keburukan, kemudian Dia menjelaskan hal itu, barangsiapa menginginkan kebaikan lalu tidak melakukannya maka Allah menulis untuknya satu kebaikan sempurna di sisiNya, jika dia menginginkannya lalu melakukannya maka Allah menulisnya di sisiNya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipatnya sampai kelipatan yang banyak, barangsiapa menginginkan keburukan lalu dia tidak melakukannya maka Allah menulis di sisiNya kebaikan sempurna, jika dia menginginkannya lalu melakukannya maka Allah menulis atasnya satu keburukan.â€‌

Di antara bentuk rahmat Allah adalah bahwa Dia mengganti keburukan dengan kebaikan, Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui penduduk surga yang paling akhir masuk surga dan penghuni neraka yang paling akhir keluar darinya, seorang laki-laki dihadirkan pada Hari Kiamat, maka dikatakan, â€کSodorkan dosa-dosa kecilnya kepadanya’, maka dikatakan, â€کPada hari ini kamu melakukan ini dan ini, kamu melakukan ini dan ini’. Dia menjawab, â€کYa’ dia tidak bisa mungkir, dia takut kalau dosa-dosa besarnya disodorkan kepadanya, maka dikatakan kepadanya,’Untukmu kebaikan menggantikan keburukan.â€‌

4- Ditegakkannya para saksi atas orang-orang kafir

Saksi terbesar atas manusia pada hari itu adalah Allah yang tidak samar bagiNya sesuatu pun yang ada di langit dan di bumi, firman Allah, “Dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.â€‌ (Yunus: 61).

Saksi pertama atas setiap umat adalah rasulNya, setiap rasul bersaksi atas umatnya bahwa dia telah menyampaikan dan jika umatnya mendustakan maka para rasul bersaksi atas mereka bahwa mereka mendustakan.

Firman Allah, “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).â€‌ (An-Nisa: 41).

Firman Allah, “(Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para Rasul lalu Allah bertanya (kepada mereka), â€کApa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu?’ Para rasul menjawab, â€کTidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya Engkau-lah yang mengetahui perkara yang ghaib.” (Al-Maidah 109).

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri berkata Rasulullah saw bersabda, “Pada Hari Kiamat Nuh dihadirkan, dia menjawab, â€کAku penuhi panggilanMu ya Rabbi dan demi kabahagiaanMu’. Allah bertanya, â€کApakah kamu telah menyampaikan?’ Nuh menjawab, â€کYa.’ Maka umatnya ditanya, â€کApakah dia telah menyampaikan?’ Mereka menjawab, â€کKami tidak didatangi seorang pemberi peringatan.’ Allah bertanya kepada Nuh, â€کSiapa saksimu?’ Dia menjawab, â€کMuhammad dan umatnya.’ Maka mereka bersaksi bahwa dia telah menyampaikan, dan rasul sebagai saksi atas kalian, itulah firman Allah, â€کDan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.â€‌(Al-Baqarah: 143).

Di antara saksi atas manusia adalah bumi, malam dan siang, ia bersaksi dengan apa yang dilakukan di atasnya dan padanya, Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw membaca firman Allah, “Pada hari itu bumi menceritakan berita-beritanya.â€‌(Al-Zalzalah: 4), beliau bertanya, “Apakah kalian tahu apa itu berita-beritanya?â€‌ Mereka menjawab, “Allah dan rasulNya lebih tahu.â€‌ Nabi saw bersabda, “Ia bersaksi atas setiap hamba laki-laki dan wanita dengan apa yang dilakukan di atasnya, ia berkata, â€کPada hari ini dia melakukan ini dan ini.’ Inilah beritanya.â€‌ At-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahih gharib.â€‌

Dari al-Qiyamah al-Kubro, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar.