TENTANG KALIMAT-KALIMAT YANG MENJELASKAN KEUTAMAAN DZIKIR TANPA TERIKAT DENGAN WAKTU

(13) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim [Kitab adz-Dzikr, Bab Fadhl Subhanallah Wa Bihamdihi, 4/2093, no. 2731, pent.] dari Abu Dzar y, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku,

أَلاَ أُخْبِرُكَ بِأَحَبِّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ تَعَالَى؟ إِنَّ أَحَبَّ الْكَلاَمِ إِلىَ اللهِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

“Maukah kamu aku beritahu ucapan yang paling dicintai Allah? Sesungguhnya ucapan yang paling dicintai Allah adalah Mahasuci Allah dan dengan memujiNya.”

Dalam riwayat lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya, “Ucapan apakah yang paling utama?” Beliau menjawab,

مَا اصْطَفَى اللهُ لِمَلاَئِكَتِهِ (أَوْ: لِعِبَادِهِ): سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

“Apa yang Allah pilih untuk para malaikatNya -atau: untuk hamba-hambaNya- yaitu, Maha-suci Allah dan dengan memujiNya.”

(14) Kami juga meriwayatkan dalam Shahih Muslim [Kitab al-Adab, Bab Karahati at-Tasmiyah Bi al-Asma’ al-Qabihah, 3/1685, no. 2137, pent.] dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لله، وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ. لاَ يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنِّ بَدَأْتَ

“Ucapan yang paling dicintai Allah adalah empat: Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Allah Mahabesar. Tidak ada masalah bagimu dengan yang manapun kamu mulai.”

(15) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim [Kitab ath-Thaharah, Bab Fadhl al-Wudhu’, 1/203, no. 223, pent.] dari Abu Malik al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ لله تَمْلأُ الْمِيْزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لله تَمْلآنِ (أَوْ: تَمْلأُ) مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ

“Bersuci adalah separuh iman [الشَّطْرُ (separuh) maknanya: النِّصْفُ (setengah), dan tidak harus setengah secara hakiki (50%/50%), bisa jadi yang satunya lebih atau kurang, pent.], segala puji bagi Allah memenuhi timbangan, Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi.”

(16) Kami juga meriwayatkan dalam Shahih Muslim [Kitab adz-Dzikr, Bab at-Tasbih Awwalu an-Nahar, 4/2090, no. 2726, pent.] dari Juwairiyah Radhiyallahu ‘anha, Ummul Mukminin.

أَنَّ النَّبِيَّ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهَا بُكْرَةً حِينَ صَلَّى الصُّبْحَ وَهِيَ فِي مَسْجِدِهَا ثُمَّ رَجَعَ بَعْدَ أَنْ أَضْحَى وَهِيَ جَالِسَةٌ فَقَالَ مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا قَالَتْ نَعَمْ قَالَ النَّبِيُّ a لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ.

“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari sisinya di waktu pagi ketika shalat Shubuh, sementara Juwairiyah duduk di tempat shalatnya. Di waktu Dhuha Nabi pulang sementara Juwairiyah masih duduk di tempat yang semula. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, ‘Kamu masih dalam keadaan di mana aku meninggalkanmu sejak tadi.’ Juwairiyah menjawab, ‘Benar.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sungguh aku telah mengucapkan sesudahmu empat kalimat sebanyak tiga kali. Seandainya ia ditimbang dengan apa yang kamu ucapkan sejak pagi tadi niscaya ia menandinginya, (empat kalimat itu): Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, sebanyak jumlah makhlukNya, sejauh kerelaan diriNya, seberat timbangan ArasyNya dan sebanyak tinta tulisan kalimatNya’.”
Dalam riwayat,

سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ، سُبْحَانَ اللهِ رِضَى نَفْسِهِ، سُبْحَانَ اللهِ زِنَةَ عَرْشِهِ، سُبْحَانَ اللهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ.

“Mahasuci Allah sebanyak jumlah makhlukNya, Mahasuci Allah sejauh kerelaan diriNya, Mahasuci Allah seberat timbangan ArasyNya, Mahasuci Allah sebanyak tinta tulisan kalimatNya.

Kami meriwayatkannya dalam kitab at-Tirmidzi, dan lafazhnya adalah,

أَلاَ أُعَلِّمُكِ كَلِمَاتٍ تَقُوْلِيْنَهَا: سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ. سُبْحَانَ اللهِ رِضَى نَفْسِهِ، سُبٍحَانَ اللهِ رِضَى نَفْسِهِ، سُبْحَانَ اللهِ رِضَى نَفْسِهِ. سُبْحَانَ اللهِ زِنَةَ عَرْشِهِ، سُبْحَانَ اللهِ زِنَةَ عَرْشِهِ، سُبْحَانَ اللهِ زِنَةَ عَرْشِهِ. سُبْحَانَ اللهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ، سُبْحَانَ اللهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ، سُبْحَانَ اللهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ.

“Maukah kamu aku ajari kalimat-kalimat yang bisa kamu ucapkan? Mahasuci Allah sebanyak jumlah makhlukNya, Mahasuci Allah sebanyak jumlah makhlukNya, Mahasuci Allah sebanyak jumlah makhlukNya, Mahasuci Allah sejauh keridhaan diriNya, Mahasuci Allah sejauh keridha-an diriNya, Mahasuci Allah sejauh keridhaan diriNya, Mahasuci Allah seberat timbangan Arasy-Nya, Mahasuci Allah seberat timbangan ArasyNya, Mahasuci Allah seberat timbangan Arasy-Nya, Mahasuci Allah sebanyak tinta kalimatNya, Mahasuci Allah sebanyak tinta kalimatNya, Mahasuci Allah sebanyak tinta kalimatNya. “

[Takhrij Hadits: Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad 6/429; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab …, 5/556, no. 3555; an-Nasa`i, Kitab as-Sahwi, Bab Nau’un Akhar Min at-Tasbih, 3/77, no. 1351: dari jalan Muhammad bin Ja’far, kami dituturkan oleh Syu’bah, dari Muhammad bin Abdurrahman Maula Ali Thalhah, aku pernah mendengar Kuraib, dari Ibnu Abbas, dari Juwairiyah … dengan hadits tersebut.

Ini adalah sanad yang para rawinya adalah tsiqah (kredibel) dari para rawi asy-Syaikhain, kecuali Muhammad bin Abdur-rahman; dia hanya tsiqah dari rawi Muslim saja, dan dia adalah berdasarkan syaratnya, dan hadits ini diriwayatkan Muslim secara ringkas sebagaimana yang telah lewat bagi anda.
Bersambung…
Sumber: dikutip dari Buku “Ensiklopedia Dzikir dan Do’a Al-Imam An-Nawawi Takhrij & Tahqiq: Amir bin Ali Yasin. Diterbitkan oleh: Pustaka Sahifa Jakarta. Oleh: Abu Nabiel)