Shalat Bukan Penghalang

Bahwa Nabi saw menyayangi anak-anak adalah sesuatu yang tidak dipungkiri, karena sayangnya beliau kepada anak-anak sampai-sampai beliau menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasulullah saw di dalam shalat, ketika beliau berdiri beliau menggendongnya dan ketika beliau ruku’ atau sujud maka beliau meletakkannya. Nabi saw melakukannya dalam shalat fardhu, hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abu Qatadah.

Ketika Nabi saw saw sedang sujud, beliau sujud dengan sangat lama, tidak biasanya Nabi saw sujud sedemikian lama, sampai-sampai ada seorang sahabat yang mengangkat kepalanya karena ingin tahu apa yang terjadi dengan Rasulullah saw. Ternyata al-Hasan duduk di punggung beliau manakala beliau sujud.

An-Nasa`i dan Ahmad meriwayatkan dengan sanad shahih dari Syaddad bin al-Had berkata, “Rasulullah saw shalat Zhuhur atau Ashar bersama kami, saat itu beliau menggendong al-Hasan atau al-Husain, beliau meletakkannya lalu bertakbir, maka beliau sujud di dalam shalatnya dengan panjang, aku mengangkat kepalaku, aku melihat seorang anak duduk di punggung Rasulullah saw yang sedang sujud, lalu aku kembali kepada sujudku, selesai shalat orang-orang berkata, ‘Ya Rasulullah, engkau telah sujud dalam shalat ini dengan panjang, kami mengira telah terjadi sesuatu atau wahyu turun kepadamu.’ Maka beliau bersabda, ‘Semua itu tidak terjadi, akan tetapi cucuku ini menjadikanku sebagai tunggangannya, aku tidak ingin segera menyudahinya sehingga dia menyelesaikan keinginannya.” Dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi.

Terkadang Nabi saw memulai shalat dan beliau berniat untuk memperpanjang, namun beliau mengurungkan niatnya ketika beliau mendengar tangisan seorang anak. Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya aku memulai shalat dan aku ingin memanjangkannya lalu aku mendengar tangisan anak maka aku meringankan shalatku karena aku mengetahui kesedihan ibunya karena tangisannya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Anas.

Tidak terbatas dalam shalat, dalam khutbah pun Nabi saw terkadang didampingi oleh al-Hasan bin Ali, cucu beliau. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Bakar berkata, aku mendengar Nabi saw di atas mimbar sedangkan al-Hasan di samping beliau, terkadang beliau melihat kepada hadirin dan terkadang kepadanya, beliau bersabda, “Sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid, semoga Allah mendamaikan dua kelompok kaum muslimin dengannya.

Bercanda dengan Anak-anak

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas berkata, Nabi saw sangat dekat kepada kami, sampai-sampai beliau bersabda kepada saudara kecilku, “Wahai Abu Umair, bagaimana keadaan Nughair?”

Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Abu Umair ini adalah anak Abu Thalhah, bapak tiri Anas, Nabi saw akrab dengan keluarga Anas, beliau bercanda dengan mereka termasuk dengan Abu Umair, suatu hari Nabi saw melihat Abu Umair sedih, ternyata Nughair, seekor burung kecil teman mainnya mati, maka Nabi saw mengucapkan itu sebagai hiburan baginya.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Mahmud bin Rabi’ berkata, “Aku masih ingat sebuah semburan air dari mulut Nabi saw kepada wajahku manakala aku berumur lima tahun dari sebuah ember.”

Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari1/172, “Nabi saw melakukannya kepada Mahmud dalam rangka bercanda dengannya, ada kemungkinan beliau ingin memberikan keberkahan kepadanya sebagaimana hal itu sudah menjadi kebiasaan beliau kepada anak-anak para sahabat.”

Mengizinkan Anak-anak Untuk Bermain

Bermain adalah dunia anak-anak, Nabi saw sebagai pendidik agung mengetahui hal ini dengan baik, beliau pernah mengalami masa anak-anak dan di masa itu beliau bermain-main bersama anak-anak lainnya. Dalam Shahih Muslim dari Anas bin Malik bahwa ketika malaikat Jibril datang kepada Nabi saw lalu membelah dadanya dan mengambil bagian setan darinya, lalu Jibril membasuhnya dengan air Zam-zam dengan ember dari emas dan mengembalikan seperti sedia kala, ketika itu Nabi saw sedang bermain-main dengan anak-anak.

Dari sini Nabi saw memberikan saat-saat bermain kepada anak-anak, Aisyah berkata, orang-orang Habasyah masuk masjid dan mereka bermain di sana, maka Nabi saw bersabda kepadaku, “Wahai Humaira`, apakah kamu ingin melihat kepada mereka?” Aku menjawab, “Ya.” Lalu Nabi saw berdiri di pintu dan aku mendekat kepada beliau, aku meletakkan daguku di atas pundaknya dan menyandarkan wajahku kepada pipinya. Di antara yang dikatakan oleh orang-orang Habasyah adalah, “Abu al-Qasim orang baik.” Lalu Rasulullah saw bertanya kepadaku, “Sudah cukup?” Aku menjawab, “Ya Rasulullah, jangan tergesa-gesa.” Kemudian beliau berdiri, beliau bertanya kepadaku, “Sudah cukup?” Maka aku menjawab, “Ya Rasulullah, jangan tergesa-gesa.” Aisyah berkata, “Sebenarnya aku tidak mempunyai keinginan untuk melihat kepada mereka, hanya saja aku ingin kaum wanita mengetahui kedudukan beliau bagiku dan kedudukanku di sisi beliau.” Diriwayatkan oleh an-Nasa`i dan sanadnya dishahihkan oleh Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 2/444.

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah berkata, “Aku bermain dengan boneka pengantin di sisi Nabi saw. Aku mempunyai kawan-kawan yang bermain bersamaku, jika Rasulullah saw datang kepadaku maka mereka bersembunyi lalu beliau meminta mereka untuk keluar dan bermain bersamaku.” Wallahu a’lam. (Izzudin Karimi)