Di antara manusia ada hamba-hamba Allah yang mulia, mereka ini meraih pertolongan, penjagaan dan penghormatan dari Allah di kehidupan dunia dan setelah kematian. Para syuhada termasuk dalam deretan orang-orang mulia di sisi Allah, karena mereka rela mengorbankan jiwa-raga mereka demi membela agama dan ajaranNya, maka Allah berkenan memberi mereka balasan-balasan mulia, yang salah satunya adalah menjaga jasad mereka di alam kubur sehingga ia tetap utuh seperti sediakala dan tidak berubah. Hamzah bin Abdul Mutthalib adalah salah satu dari mereka.

Dari Jabir bin Abdullah berkata, ketika Muawiyah hendak mengalirkan mata airnya yang terletak di Uhud, orang-orangnya menulis kepadanya, “Kami tidak mungkin mengalirkannya kecuali di atas jasad kubur para syuhada`. Maka Muawiyah menjawab, “Pindahkan mereka.” Jabir berkata, aku melihat mereka memanggul jasad-jasad di atas pundak-pundak mereka, seolah-olah para syuhada` tersebut adalah orang-orang yang sedang tidur, sebuah pacul mengenai ujung kaki Hamzah bin Abdul Mutthalib, maka ia mengucurkan darah, sepertinya dia baru wafat saat itu.

Jarak antara peristiwa Uhud di mana Hamzah gugur padanya dengan kejadian Mu’awiyah di atas kurang lebih empat puluh tahun, selama itu jasad mulia Hamzah tetap utuh seperti dia baru meninggal di hari itu. Bahkan lebih jauh dari itu adalah apa yang ditulis oleh Ahmad Salim Baduwailan dalam Mausu’ah min Qashash Salaf, di mana dia berkata,

Dr. Thariq as-Suwaidan dalam kasetnya, Qisshatun Nihayah yang dinukil secara langsung dari yang mulia Syaikh Mahmud ash-Shawaf menyebutkan peristiwa besar yang dialami oleh sebagian ulama dalam penguburan ulang terhadap sebagian sahabat yang gugur syahid di perang Uhud. Mereka menyaksikan para sahabat setelah 1400 tahun berlalu, jasad mereka seperti sedia kala tanpa perubahan, tanpa pembusukan dengan tetap terbungkus kafannya.

Syaikh Mahmud ash-Shawaf telah menyampaikan kepada kami bahwa dia adalah salah seorang yang diundang dari kalangan ulama-ulama besar untuk mengulang pemakaman para sahabat yang gugur syahid di perang Uhud di komplek kuburan syuhada Uhud. Kuburan yang terkenal, karena diterjang banjir maka sebagian jasadnya menonjol ke permukaan. Maka ulama-ulama besar diundang untuk mengubur ulang para sahabat tersebut.

Syaikh Mahmud as-Shawaf menyampaikan kepada kami bahwa dia hadir sendiri. Beliau berkata, “Di antara orang yang aku kuburkan adalah Hamzah.” Beliau berkata, “Badannya besar, kedua telinganya dan hidungnya terpotong, perutnya terbelah dia meletakkan tangannya di perutnya. Manakala kami menggerakkannya dan mengangkat tangannya, darahnya mengalir. Aku menguburkannya bersama sahabat-sahabat Nabi yang lain yang gugur syahid di Uhud.”

Dr. Thariq as-Suwaidan berkata, “Ini adalah perkara yang terbukti secara mutawatir dan dengan mata kepala. Semoga Allah menyampaikan kita semua derajat para syuhada. Syaikh Mahmud telah menyampaikan kepada kami tentang aroma harum miski yang berasal darinya ketika darahnya mengalir.” Yakni dari jasad Hamzah.

Subhanallah, setelah 1400 tahun lebih, betapa alangkah besar kodratMu ya Allah. Keutamaan dan kemuliaan agung, Allah telah memberikannya kepada para syuhada. Jika kemuliaan untuk jasadnya yang terpendam di perut bumi adalah demikian, lalu bagaimana dengan kemuliaannya di Surga yang luasnya seluas langit dan bumi.