Malam di mana pasangan yang baru menikah pertama kali bertemu, malam yang dinanti-nantikan oleh sepasang mempelai setelah berlangsungnya akad nikah dan walimah, malam yang menentukan bagi malam-malam selanjutnya, di malam ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pasangan suami istri, di antaranya,

1-Memberi salam kepada pasangan

Dalam kondisi ini salam dianjurkan karena ini adalah malam pertemuan, di samping itu salam bisa mencairkan suasana yang kaku atau segan, mengurai rasa sungkan dan gamang dari kedua belah pihak karena keduanya baru mengalami malam ini untuk yang pertama kalinya dan belum begitu banyak mengenal pasangannya.

Ketika Nabi saw menikahi Ummu Salamah dan beliau mendatanginya beliau mengucapkan salam kepadanya.

2-Memperlihatkan kasih sayang dan kelembutan

Misalnya dengan ungkapan-ungkapan yang bagus dan indah, dengan sentuhan-sentuhan yang tulus dan dengan membawakan sesuatu seperti minuman atau makanan ringan atau buah-buahan untuk pasangan lalu diminum atau dimakan berdua. Hal ini di samping membuat suasana yang mungkin kaku dan tegang menjadi lebih santai dan rilek, juga memberi kesan positif kepada pasangan untuk malam-malam senajutnya.

Asma` binti Yazid berkata, “Aku menyiapkan Aisyah untuk dipersunting Nabi saw, beliau memanggilku karena beliau hendak melihat Aisyah setelah aku meriasnya, beliau datang dan duduk di sisi Aisyah, satu gelas susu dihadiahkan kepada Nabi saw, beliau mengambilnya dan meminum sebagian, setelah itu beliau memberikannya kepada Aisyah, namun Aisyah hanya menunduk karena malu, maka aku berbisik kepada Aisyah, ‘Terimalah ia dari Rasulullah saw.’ Maka Aisyah mengambil dan meminumnya sedikit.” Diriwayatkan oleh Ahmad.

3-Membaca doa

Nabi saw bersabda, “Jika salah seorang dari kalian menikah atau membeli seorang hamba sahaya maka hendaknya dia meletakkan tangannya di ubun-ubunnya sambil menyebut nama Allah dan mengucapkan,

اَللهُمَّ إِنِّي أَسْألُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَمَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ ، وَأَعًوْذُبِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu kebaikannya dan kebaikan yang Engkau jadikan padanya dan berlindung kepadaMu dari keburukannya dan keburukan yang Engkau jadikan padanya.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud, an-Nasa`i dan Ibnu Majah.

4. Shalat berjamaah

Syaikh al-Albani dalam Adab az-Zifaf menyebutkan atsar-atsar dalam hal ini dari salaf shalih, di antaranya adalah hadits Abu Said maula Abu Asid, dia berkata, “Aku menikah ketika aku masih berstatus hamba sahaya. Aku mengundang beberapa orang sahabat Nabi saw, di antara mereka adalah Ibnu Mas’ud, Abu Dzar dan Hudzaifah.”
Abu Said berkata, “Lalu dikumandangkan iqamat untuk shalat. Abu Dzar hendak maju sebagai imam, namun mereka berkata kepadaku, “Kamulah yang maju” Aku berkata, “Haruskah demikian?” Mereka menjawab, “Benar.”

Abu Said berkata, “Akhirnya aku pun maju mengimami mereka, padahal aku adalah seorang budak. Mereka mengajariku seraya berkata, ‘Jika istrimu telah masuk kepadamu, lakukanlah shalat dua rakaat bersamanya. Mohonlah kebaikan apa-apa yang datang kepadamu, dan mohonlah perlindungan dari segala kejelekannya. Setelah itu terserah kepadamu dan istrimu..”

5- Membersihkan diri

Dengan mandi untuk menghilangkan bau badan yang tidak sedap, memakai wewangian, bersiwak atau menggosok gigi, semua ini memberikan kesan baik dan positif pada pasangan dan meningkatkan kemesraan dan kedekatan di antara keduanya.

Aisyah ditanya, “Apa yang dilakukan oleh Nabi saw pertama kali jika beliau masuk rumah?” Dia menjawab, “Bersiwak.” Diriwayatkan oleh Muslim.

6-Berdoa pada saat mendatangi istri

بِسْمِ اللهِ، اَللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا.

Dengan menyebut Nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari gangguan syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa (anak) yang Engkau karuniakan kepada kami.”

Hikmah doa ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya, “Jika salah seorang di antara kalian mendatangi iterinya dan membaca, ‘Dengan menyebut Nama Allah, ya Allah jauhkan-lah aku dari gangguan syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa (anak) yang Engkau karuniakan kepada kami,’ kemudian Allah menetapkan atau mentakdirkan seorang anak di antara keduanya, maka anaknya itu tidak akan dapat dicelakakan oleh setan selamanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
(Izzudin Karimi)