Nama Dan Kelahiran Beliau

Syaikh Hafidh bin Ahmad bin Ali Al-Hakami rahimahullah adalah salah satu ulama terkemuka dari Saudi Arabia, seorang yang paling masyhur yang hidup diabad ke-14 Hijriyah yang berasal dari wilayah selatan negeri Saudi (Tuhamah).

Beliau lahir pada tanggal 24 Ramadhan 1342 H (1921 M) di daerah pesisir bernama As-Salam, sebelah selatan kota Jazan. Ketika beliau masih kecil, orang tuanya pindah ke kota Al-Jadi, dekat dengan kota Shamithah karena ayahnya menemukan tanah pertanian dan padang rumput yang lebih baik (dibanding yang ada dikampungnya).

Syaikh Hafidh rahimahullah muda tumbuh dibawah pendidikan yang baik dari ayahnya yang mengajari beliau sikap rendah hati, ketulusan, dan akhlak yang baik. Sebelum menginjak dewasa, Syaikh Hafidh rahimahullah telah bekerja sebagai penggembala kambing milik ayahnya, dimana kambing-kambing tersebut merupakan harta paling berharga bagi keluarganya. Dibanding dengan anak-anak lain dikampungnya, syaikh Hafidh memiliki perbedaan dengan mereka yaitu pada kecerdasan, kuatnya hapalan, dan kemudahan dalam memahami sesuatu. Beliau telah telah belajar menulis meski masih sangat kecil dan berhasil menghapal Al-Qur’an secara sempurna dalam usia 12 tahun.

Masa Menuntut Ilmu

Saat Syaikh Hafidh rahimahullah berumur 7 tahun, ayahnya memasukkan beliau dan kakaknya yang bernama Muhammad ke Ma’had Tahfidzul Qur’an yang ada di kota Al-Jadi. Disana beliau belajar membaca Juz Amma (Juz ke-30) dan Juz Tabarak (Juz ke-29). Kemudian beliau dan kakanya berhasil menyelesaikan pelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode yang benar hanya dalam tempo beberapa bulan, dan tidak lama kemudian beliau berhasil menghapal secara keseluruhan.

Berikutnya Syaikh Hafidh berkonsentrasi belajar menulis sampai beliau benar-benar mahir. Hasilnya adalah beliau mampu manyalin Al-Qur’an dengan tulisan tangan beliau dengan hasil yang sangat bagus.

Syaikh Hafidh dan kakaknya kemudian sibuk mempelajari dan menghapal kitab-kitab fikih, hukum waris, hadits, tafsir, dan tauhid dibawah bimbingan ayahnya setelah tidak ada lagi guru yang pantas untuk mengajar mereka.

Pada tahun 1358 H (1940 M) Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Hamad Al-Qar’awi melkukan perjalanan panjang dari Najd ke kota Tuhamah, wilayah selatan Saudi, setelah beliau mendengar tingginya angka kebodohan dan makin tersebarnya bid’ah diwilayah itu dimana keadaan ini menyebabkan makin sedikitnya jumlah orang yang berdakwah kepada Allah dan makin sedikitnya peribadatan yang dilakukan secara benar. Syaikh Al-Qar’awi merasa terpanggil untuk mengemban tanggung jawab berdakwah kepada agama yang benar, meluruskan keyakinan yang telah menyimpang dalam aqidah dan munculnya berbagai takhayul yang menjangkiti pemikiran orang-orang yang bodoh.

Tahun 1359 H (1941 M) kakak dari Syaikh Hafidh mengunjungi Syaikh Hammad Al-Qar’awi sambil membawa sebuah surat dari mereka berdua berisi permintaan kitab-kitab tauhid, menyampaikan keinginan mereka berdua untuk bisa belajar kepada Syaikh Al-Qar’awi karena selama ini mereka banyak disibukkan untuk membantu orangtuanya(sehingga tidak bisa belajar secara maksimal). Mereka juga memohon agar Syaikh al-Qar’awi bisa datang ke daerahnya supaya mereka bisa mendengarkan kajian dari beliau. syaikh Al-Qar’awi menerima undangan mereka dan beliau pun bertemu dengan Syaikh Hafidh muda dan segera tahu bahwa ia memiliki kecerdasan yang bagus dan harapan kebaikan yang tinggi – dan hal ini merupakan penilaian yang tepat.

Syaikh Al-Qar’awi berkiunjung ke Al-Jadi (kampung Syaikh Hafidh) selama beberapa hari untuk mengajar, dan sejumlah pelajar dari daerah setempat menghadiri kajian beliau. diantara mereka adalah Syaikh Hafidh yang umurnya paling muda namun paling cepat memahami pelajaran yang diberikan dan paling cepat pula menghapalnya. Syaikh Al-Qar’awi berkata tentang beliau, “Hal ini yang membuat saya tinggal beberapa hari lagi di Al-Jadi. Hafidh senantiasa menghadiri kajian saya dan bila ia tertinggal dari suatu pelajaran ia berusaha mendapatkan dari teman-temannya. Dia itu seperti namanya, Hafidh yang artinya penghapal. Dia menghapal sesuatu dengan hatinya secara tepat sebagaimana hal itu dilakukan dengan tulisan. Saya mendikte kepada semua siswa baru kemudian saya terangkan pelajarannya. Ada beberapa siswa yang lebih tua dari Hafidh bertanya kepadanya bila menemukan sesuatu yang tidak dipahami atau tertinggal untuk mencatat.” (Diambil dari Biografi singkat Syaikh Al-Qar’awi).

Ketika Syaikh Al-Qar’awi bersiap kembali ke Shamithah –yang saat itu beliau telah berencana membuat tempat tinggal sekaligus sebagai pusat dakwah dan aktivitas beliau- beliau meminta izin kepada orang tua Hafidh agar beliau dibolehkan mencari seorang pekerja yang akan memggembala kambing dan sebagai gantinya Hafidh dan kakaknya akan beliau bawa ke Shamithah agar di sana mereka bisa belajar kepada beliau. awalnya orang tua Hafidh menolak permintaan itu karena mereka sangat membutuhkan bantuan dari anaknya. Qaddaralla beberapa waktu kemudian ibu Syaikh Hafidh meninggal dunia pada bulan Rajab 1360 H (1942 M), maka ayahnya kemudian mengijinkan mereka untuk belajar kepada Syaikh Al-Qar’awi selama tiga hari tiap pekan dan sisanya kembali ke rumah.

Syaikh Hafidh kemudian belajar kepada beliau, dan setelah selesai beliau pulang ke kampungnya. Syaikh Hafidh adalah seorang murid yang cerdas, apapun yang beliau baca atau beliau dengar akan segera dipahami dan diingatnya.

Syaikh Hafidh rahimahullah mengalami kejadian yang menyedihkan berupa meninggalnya ayahnya sepulang dari melakukan ibadah haji di tahun yang sama dengan meninggalnya ibunya, 1360 H. setelah itu Syaikh Hafidh bisa menintut ilmu secara penuh karena beliau bisa tinggal bersama Syaiokh Al-Qar’awi. Syaikh Hfidh pun berkembang menjadi seorang pelajar yang sangat cepat dalam menguasai ilmu. Beliau juga mahir membuat syair dan beberapa kali sempat menulis kitab.

Ketika Syaikh Hfidh baru berusia 19 tahun, Syaikh Al-Qar’awi telah mempercayai beliau agar beliau menulis sebuah kitab tentang tauhid dan aqidah para Salaf yang mudah untuk dipelajari para pelajar. Syaikh Hafidh pun menulis sebuah risalah yang diberi judul ‘Sullamul Wushul ila Ilmil Ishul fit Tauhid’ yang beliau selesaikan pada tahun 1362 H (1944 M) dan mendapat pujian dari gurunya.

Syaikh Hafidh kemudian makin sering membuat karya, diantaranya dibidang hadits, fikih, ushul fikih, hukum waris, sirah nabi, dan lainnya yang semuanya diterbitkan atas bantuan dari Raja Abdul Aziz.

Syaikh Hafidh rahimahullah telah meninggalkan karya-karya tulis yang sangt dipengaruhi oleh buku-buku yang beliau baca tulisan para ulama generasi pertama dalam bidang tafsir, hadits, fikih, ushul fikih, akhlak, dan bahasa Arab. Untuk bidang aqidah, beliau sangat dipengaruhi oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim al-Jauziyyah.

Karya-Karya Beliau yang Lain

Saat Syaikh Al-Qar’awi mengetahui kelebihan yang dimiliki Syaikh Hafidh, maka beliau pun menunjuk Syaikh Hafidh untuk menjadi pengajar bagi siswa yang lain sehingga mereka bisa mengambil manfaat darinya.

Tahun 1363 H (1945 M) Syaikh Al-Qar’awi menguji Syaikh Hafidh untuk menjadi Kepala Sekolah di Shamithah, dimana sekolah ini merupakan yang pertama berdiri dan yang terbesar yang didirikan oleh Syaikh Al-Qar’awi di wilayah selatan Kerajaan Saudi. Syaikh Hafidh juga diangkat sebagai pengawas sekolah wilayah regional yang meliputi kota-kota disekitar Shamithah.

Syaikh Al-Qar’awi selanjutnya beralih ke sekolah yang lebih besar di Tuhamah dan Asir dan secara rutin beliau mendirikan sekolah Islam baru di berbagai desa, diwilayah selatan Kerajaan Saudi. Beliau mengangkat murid-muridnya yang berprestasi untuk menjadi tenaga pengajar dan tenaga administrasi di tiap sekolah yang beliau dirikan. Ketika jumlah sekolah sudah mencapai seratus, Syaikh Al-Qar’awi mengangkat murid utamanya, Syaikh Hafidh Al-Hakami menjadi asisten beliau yang akan mendampingi perjalanan beliau dan melakukan pengarahan ke sekolah-sekolah.

Syaikh Hafidh melakukan banyak perjalanan ke berbagai daerah sebagai wujud tanggung jawab beliau kepada Syaikh Al-Qar’awi, termasuk diantaranya perjalanan ke As-Salamah Al-Ulya, Bish, dan Umm Al-Kashab diselatan Jazan. Tak lama kemudian beliau kembali lagi ke Shamithah untuk melakukan pengawasan terhadap sekolah-sekolah dan membantu Syaikh Al-Qar’awi mengatur sekolah-sekolah itu.

Sebagian besar waktu Syaikh Hafidh dihabiskan untuk meningkatkan kualitas para pemuda di wilayah beliau dan para pemuda itu telah banyak mendapat manfaat dari beliau. diantara murid beliau ada yang telah menjadi ulama yang menempati beberapa posisi diantaranya Qadhi, pengajar, dan khatib diberbagai wilayah Kerajaan Saudi.

Tahun 1373 H (1955 M) sebuah sekoalh tinggi didirikan di kota Jazan, ibukota wilayah selatan Saudi, dan Syaikh Hafidh dipilih untuk menjadi kepala sekolah yang pertama. Tahun 1374 H sebuah institut berdiri di Shamithah dan Syaikh Hafidh juga di angkat sebagai kepala sekolahnya. Syaikh Hafidh menjalankan tugas-tugas keadministrasian dengan sangat disiplin disamping beliau juga mengajar di beberapa kelas.

Wafat Beliau

Syaikh Hafidh Al-Hakami rahimahullah memegang jabatan sebagai kepala sekolah Institut Shamithah sampai beliau menjalankan ibadah haji pada tahun 1377 H (1958 M). usai menjalankan ibadah haji, beliau wafat di kota Makkah pada tanggal 18 Dzulhijjah 1377 H akibat sakit mendadak. Beliau meninggal dalam usia relatif muda yaitu 35 tahun. Semoga Allah merahmati beliau…

Sumber : Untaian Mutiara Kehidupan Ulama Ahlus Sunnah, Penerbit. Qaulan Karima (hal. 64-70)