Definisi

Khatamiyah adalah tarekat sufi dengan keyakinan-keyakinan yang tidak berbeda dengan tarekat-tarekat sufi lainnya seperti ghuluw kepada Rasulullah saw, klaim bertemu dengan beliau dan menerima ajaran, wirid, dzikir khusus dari beliau secara langsung, di samping ia memiliki keterkaitan dengan pemikiran Syi’ah dari sisi bahwa tarekat ini terpengaruh dengan adab Syi’ah dan metodologi mereka.

Pendiri

Pendiri tarekat adalah Muhammad Usman bin Muhammad Abu Bakar bin Abdullah al-Mirghani yang bergelar al-Khatam, dia digelari demikian sebagai isyarat bahwa dia adalah khatam (penutup) para wali, dari sini nama tarekat ini diambil. Tarekat ini juga dinamai dengan Mirghaniyah nisbat kepada kakek pendirinya yaitu Abdullah al-Mirghani.

Muhammad Usman al-Mirghani lahir di Makkah tahun 1208 H/ 1883 M, dia belajar ilmu-ilmu syar’i kepada ulama-ulamanya, tetapi karena lingkungan keluarga yang memiliki kecenderungan kepada tasawuf maka dia terpengaruh dan cenderung kepadanya, maka dia pernah ikut beberapa terekat: Qadiriyah, Junaidiyah, Naqsyabandiyah, Syadziliyah dan tarekat kakeknya Mirghaniyah. Dia juga berguru kepada Syaikh Ahmad bin Idris dan mengambil ajaran-ajaran terekat Idrisiyah. Dari semua tarekat inilah dia membangun tarekatnya Khatamiyah.

Syaikh Muhammad bin Idris mengirim Muhammad Usman untuk menyebarkan tarekat Idrisiyah Syadziliyah ke Sudan, tetapi dia hanya berhasil dalam skala terbatas di utara dan timur Sudan.

Setelah Syaikh Ahmad bin Idris wafat tahun 1253 H/ 1838 M, Muhammad bin Usman ini bersaing dengan Muhammad bin Ali as-Sanusi, pendiri gerakan Sanusiyah, memperebutkan kursi penerus Syaikh Ahmad bin Idris, Muhammad Usman berhasil meraih kursi ini dengan dukungan sebagian pengikut Syaikh Ahmad bin Idris, maka dia mendirikan Khatamiyah dengan beberapa cabang di Makkah, Jeddah, Madinah dan Thaif.

Muhammad Usman menulis beberapa kitab dan menyusun beberapa bait syair yang sangat kental dengan aroma sufi dalam bahasa dan kandungannya, di antara kitab-kitabnya Taj at-Tafsir, Majmu’ah Fath ar-Rasul, Maulid Nabi yang diberi nama al-Asrar ar-Rabbaniyah, an-Nur al-Barraq fi Madh an-Nabi al-Misdaq dan lain-lain.

Muhammad Usman meninggalkan Makkah setelah dia berselisih dengan para ulamanya dan pindah ke Thaif, di sana dia wafat pada 1267 H/ 1853M.

Beberapa tokoh tarekat

Hasan bin Muhammad Usman

Lahir di kota Bara bagian barat Sudan tahun 1235 H/1816 M dari seorang wanita yang dinikahi oleh ayahnya, Muhammad bin Usman sewaktu dia pergi ke Sudan atas perintah Syaikh Ahmad bin Idris. Hasan ini pergi ke Makkah menyusul bapaknya dan di sana dia belajar. Bapaknya mengirimnya ke Sudan untuk menyebarkan tarekat Khatamiyah di sana. Dakwah Hasan berhasil dalam skala cukup besar khususnya di utara dan timur Sudan. Di Sudan Hasan menjadi syaikh tarekat ini dan dia membangun desa Khatamiyah sebagai markas terekat dekat dengan kota Kasla di timur Sudan. Hasan meraih kedudukan terhormat di kalangan pengikutnya dan dia memegang jabatan syaikh tarekat sampai wafat tahun 1286 H/1889 M.

Muhammad Usman bin Hasan bin Muhammad Usman

Penerus bapaknya sebagai syaikh tarekat setelah wafatnya, berjuluk Taj as-Sir. Pada masa dia menjadi syaikh terekat muncul gerakan Mahdiyah di Sudan, dia menentangnya dengan keras, dia memimpin para pengikutnya untuk menentangnya dalam beberapa peperangan di timur Sudan, tetapi pasukannya kalah dan dia melarikan diri ke Mesir, di sana dia wafat tahun 1303 H/1886 M.

Ali al-Mirghani bin Muhammad Usman

Lahir di pulau Massaway di utara Sudan tahun 1880 M, ikut pindah bersama bapaknya ke kota Kasla, ketika bapaknya kalah melawan gerakan Mahdiyah dan dia terpaksa menyingkir ke Mesir, Ali al-Mirghani dititipkan oleh bapaknya kepada pamannya Hasan Taj as-Sir di Sawakin, setelah itu baru dia menyusul bapaknya di Mesir.

Ali tetap di Mesir sampai tentara Inggris menyerang Sudan, maka Inggris memilihnya sebagai pendamping mereka untuk menangani segala urusan di Sudan termasuk memadamkan gerakan Mahdiyah. Ketika Inggris berhasil menguasai Sudan dengan memadamkan gerakan Mahdiyah, maka mereka menjuluki Ali al-Mirghani dengan beberapa gelar kehormatan dan menghadiahinya dengan banyak pemberian serta mengakuinya sebagai pemimpin Khatamiyah di Sudan. Tetapi Inggris juga memanfaatkannya untuk memadamkan sentimen agama yang menggerakkan gerakan Mahdiyah di satu sisi dan untuk meraih simpati orang-orang Sudan di sisi lain.

Ketika gerakan Mahdiyah mulai bergeliat untuk bangkit kembali di tangan para penerusnya dan Inggris memberinya lampu hijau, maka Ali al-Mirghani merasakan situasi yang tidak mendukungnya, dia mencium gelagat Inggris yang ingin mengadu domba antara Khatamiyah dengan Mahdiyah dengan memunculkan permusuhan lama di antara kedua kelompok ini. Maka Ali menarik loyalitasnya dan memberikannya ke Mesir dan dia menjadi pelopor gerakan politik yang menyerukan penyatuan antara Sudan dan Mesir sampai dia wafat tahun 1968 M.

Muhammad Usman bin Ali al-Mirghani

Lahir tahun 1936 M, dia menjadi pemimpin tarekat meneruskan bapaknya pada tahun 1968 M, dia adalah pemimpin Khatamiyah saat ini. Muhammad Usman ini terjun langsung ke medan politik dengan dukungan para pengikut Khatamiyah, maka dia menjadi pemimpin partai Demokrasi Persatuan di samping sebagai pemimpin tarekat. Dia memanfaatkan loyalitas para pengikut Khatamiyah untuk mendukung partai padahal partainya ini beranggotakan orang-orang sekuler dan komunis serta orang-orang Nasrani yang memegang kedudukan strategis di partai. Dari sini langkah partai sering tidak sejalan dengan loyalitas para Khtamiyah yang bernuansa agama, seperti bersekutu dengan orang-orang komunis, menjalin kesepakatan dari satu pihak dengan para kelompok-kelompok pengacau, di samping partai yang dia pimpim itu sendiri mengumpulkan orang-orang sekuler dan kelompok kiri yang menentang syariat Allah dan rasulNya.

Dari al-Mausu’ah al-Muyassarah, isyraf Dr. Mani’ al-Juhani.