Definisi Syafaat

Syafaat dari sisi bahasa berasal dari kata asy-syaf’u yang berarti genap, genap sebagai hasil dari gabungan atau kumpulan antara sesuatu dengan sejenisnya. Syafaat secara istilah berarti meminta kebaikan untuk orang lain, dengan kata lain, menggabungkan diri kepada orang lain sebagai penolong dan peminta kebaikan untuknya. Dalam pemakaian sehari-hari, syafaat digunakan untuk perantara dari orang yang tinggi derajatnya kepada orang yang lebih rendah demi kebaikan orang yang leebih rendah tersebut.

Syarat syafaat

Syafaat yang dibicarakan di sini adalah syafaat di hadapan Allah di Hari Kiamat di mana ia berbeda dengan syafaat yang ada pada selainNya. Syafaat di sisi Allah harus memenuhi dua syarat utama:

Syarat pertama, izin dari Allah kepada pemberi syafaat untuk memberi syafaat. Syarat ini berdasar kepada dalil-dalil berikut:

1- Firman Allah, “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.â€‌ (Al-Baqarah: 255).

2- Firman Allah, “Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya dan Dia telah meridhai perkataannya.â€‌ (Thaha: 109).

3- Sabda Nabi saw, “Maka aku meminta izin kepada Rabb-ku dan aku diizinkan, Dia mengilhamiku bacaan-bacaan tahmid yang aku gunakan untuk bertahmid, aku tidak mengingatnya sekarang, maka aku bertahmid dengan bacaan-bacaan tahmid dan aku menunduk sujud kepadaNya, lalu dikatakan, â€کWahai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah niscaya perkataanmu didengarkan, mintalah niscaya kamu akan diberi dan berilah syafaat niscaya ia akan dikabulkan.â€‌(HR. al-Bukhari dan Muslim).

Syarat kedua, ridha Allah kepada calon penerima syafaat, dan Allah hanya ridha kepada ahli tauhid, orang-orang yang taat menjalankan perintahNya dan menjauhi larnganNya. Syarat ini berdasar kepada beberapa dalil, di antaranya:

1- Firman Allah, “Dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah.â€‌ (Al-Anbiya`: 28).

2- Firman Allah, “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberi syafaat.â€‌ (Al-Muddatstsir: 48).

3- Sabda Nabi saw, “Setiap Nabi saw memiliki doa mustajab dan setiap Nabi saw telah mengunakan doanya, sementara aku menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku di Hari Kiamat, ia akan didapat insya Allah oleh orang yang mati dari umatku dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.â€‌(HR. Muslim).

Dengan berpijak kepada dua syarat ini maka sesembahan-sesembahan selain Allah yang disejajarkan oleh sebagian orang dengan Allah, dan penyembahnya berharap syafaatnya pada Hari Kiamat, tidak akan bisa berbuat apa pun, tidak bisa membantu dan memberi syafaat kepada penyembahnya, karena mereka tidak meraih izin dari pemilik syafaat secara mutlak, yaitu Allah Tuhan alam semesta.

Begitu pula orang-orang yang tidak beriman, mereka tidak mendapatkan syafaat apa pun, bahkan usaha para pemberi syafaat, jika memang ada, tidak berguna apa-apa bagi mereka, karena Allah tidak meridhai mereka.

Macam-macam syafaat

1- Syafaat uzhma, syafaat agung, disebut pula dengan maqam mahmud, syafaat ini merupakan perwujudan dari janji Allah kepada baginda Nabi saw dalam firmanNya, “Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.â€‌ (Al-Isra`: 79).

Syafaat ini terjadi pada Hari Kiamat di Padang Mahsyar, di mana seluruh manusia memikul kesulitan dan menghadapi kesengsaraan yang luar biasa, mereka berharap segera mendapatkan keputusan, maka mereka mencari-cari orang yang bisa memberi syafaat untuk mereka di sisi Allah Ta’ala.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, kami bersama Rasulullah saw dalam sebuah jamuan, beliau disuguhi bahu, ia memang disukai oleh beliau, beliau menggigitnya kemudian bersabda, “Aku adalah sayid manusia pada Hari Kiamat, apakah kalian mengetahui karena apa? Allah mengumpulkan orang-orang terdahulu dan orang-orang yang datang kemudian di sebuah tanah lapang yang satu, orang yang melihat memandang mereka, orang yang berseru didengar oleh mereka, matahari didekatkan kepada mereka, manusia ditimpa kesulitan dan kesengsaraan yang mana mereka tidak kuat menanggung dan memikulnya, manusia berkata, â€کApakah kalian tidak melihat keadaan yang kalian alami, marilah kita mencari orang yang bisa memberi syafaat kepada kita di hadapan Rabb kita.’ Maka sebagian orang berkata kepada sebagian yang lain, â€کBapak kalian Adam.’ Maka mereka datang kepadanya, mereka berkata, â€کWahai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tanganNya, meniupkan ruhNya kepadamu, Dia memerintahkan malaikat sujud kepadamu, maka mereka bersujud, Dia mengizinkanmu tinggal di surga, berilah kami syafaat di hadapan Rabb-mu, apakah engkau tidak melihat keadaan kami dan apa yang kami alami ini?’ Adam menjawab, â€کSesungguhnya Rabb-ku telah marah kepadaku dengan kemarahan yang mana Dia belum pernah marah sepertinya sebelum itu dan tidak akan marah sepertinya sesudah itu, Dia melarangku mendekati pohon tetapi aku melanggarnya, diriku, diriku, diriku, pergilah kepada yang lain, pergilah kepada Nuh.’ Maka manusia datang kepada Nuh, mereka berkata, â€کWahai Nuh, engkau adalah rasul pertama kepada penduduk bumi, Allah menamakanmu hamba yang bersyukur, apakah engkau tidak melihat keadaan kami, apakah engkau tidak melihat apa yang kami alami ini, berilah syafaat untuk kami di sisi Rabb-mu?’ Nuh menjawab, â€کSesungguhnya Rabb-ku pada hari telah marah kepadaku dengan kemarahan yang mana Dia belum pernah marah sepertinya sebelum itu dan tidak akan marah sepertinya sesudah itu, aku telah menggunakan doaku atas kaumku, diriku, diriku, diriku, pergilah kepada yang lain, pergilah kepada Ibrahim.’ Maka manusia pergi kepada Ibrahim, mereka berkata, â€کWahai Ibrahim, engkau adalah nabiyullah dan khalilNya dari penduduk bumi, berilah syafaat kepada kami di hadapan Rabb-mu, apakah engkau tidak melihat apa yang kami alami ini?’ Ibrahim menjawab, â€کSesungguhnya Rabb-ku pada hari ini telah marah kepadaku dengan kemarahan yang mana Dia belum pernah marah sepertinya sebelum itu dan tidak akan marah sepertinya sesudah itu, aku telah berdusta sebanyak tiga kali, diriku, diriku, diriku, pergilah kepada yang lain, pergilah kepada Musa.’ Maka mereka datang kepada Musa, mereka berkata, â€کWahai Musa, engkau adalah rasul Allah, Allah telah mengunggulkanmu atas manusia dengan risalah dan kalamNya, berilah syafaat untuk kami di hadapan Rabb-mu, apakah engkau tidak melihat keadaan kami?’ Musa menjawab, â€کSesungguhnya Rabb-ku pada hari ini telah marah kepadaku dengan kemarahan yang mana Dia belum pernah marah sepertinya sebelum itu dan tidak akan marah sepertinya sesudah itu, aku telah membunuh seseorang padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya, diriku, diriku, diriku, pergilah kepada yang lain, pergilah kepada Isa.’ Maka mereka datang kepda Isa, mereka berkata, â€کWahai Isa, engkau adalah rasul Allah, kalimatNya yang Dia sampaikan kepada Maryam dan ruh dariNya, engkau berbicara kepada manusia pada masa bayi, berilah syafaat kepada kami di sisi Rabb-mu, apakah engkau tidak melihat keadaan kami?’ Isa menjawab, â€کSesungguhnya Rabb-ku telah marah pada hari ini kepadaku dengan kemarahan yang mana Dia belum pernah marah sepertinya sebelum itu dan tidak akan marah sepertinya sesudah itu, -hanya saja Isa tidak menyebutkan dosa- diriku, diriku, diriku, pergilah kepada yang lain, pergilah kepada Muhammad.’

Dan dalam riwayat, maka mereka datang kepada Muhammad, mereka berkata, â€کWahai Muhammad, engkau adalah rasul Allah, penutup para nabi, Allah telah mengampuni dosamu yang telah berlalu dan yang akan datang, berilah syafaat kepada kami di hadapan Rabb-mu, apakah engkau tidak melihat keadaan kami?’ Rasulullah saw bersabda, “Maka aku berangkat, aku datang ke bawah arsy, aku menunduk sujud kepada Rabb-ku, lalu Allah membuka pujian-pujian dan sanjungan-sanjungan baik kepadaNya untukku yang tidak dia bukakan kepada siapa pun sebelumku, kemudian dikatakan, â€کHai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah niscaya kamu diberi, berilah syafaat niscaya ia diterima.’ Maka aku mengangkat kepalaku, aku berkata, â€کYa Rabbi, umatku, ya Rabbi umatku.’ Maka dikatakan, â€کHai Muhammad, masukkan umatmu yang tidak ada hisab atas mereka dari pintu surga yang kanan dan mereka sama dengan manusia yang lain dalam pintu masuk ke surga.’ Nabi saw bersabda, “Demi dzat yang jiwaku ada di tanganNya, jarak antara kedua sisi pintunya adalah sebagaimana jarak antara Makkah dan Hajar atau antara Makkah dan Bushra.â€‌