Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari (Kitab al-Libas, Bab al-Khamishah as-Sauda’, 10/279, 5823, pent.) dari Ummu Khalid binti Khalid Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

أُتِيَ رَسُوْلُ اللهِ بِثِيَابٍ فِيْهَا خَمِيْصَةٌ سَوْدَاءُ. قَالَ: مَنْ تَرَوْنَ نَكْسُوْهَا هذِهِ الْخَمِيْصَةَ؟ فَأُسْكِتَ الْقَوْمُ، فَقَالَ: ائْتُوْنِيَ بِأُمِّ خَالِدٍ. فَأُتِيَ بِي النَّبِيُّ a، فَأَلْبَسَنِيْهَا بِيَدِهِ، وَقَالَ: أَبْلِيْ وَأَخْلِقِيْ، مَرَّتَيْنِ.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diberi hadiah kain Khamishah [Khamishah adalah kain segi empat bergambar, pent.] hitam, beliau bersabda, ‘Siapa yang kita pakai-kan kain ini?’ Maka orang-orang yang ada pun terdiam, maka beliau bersabda ‘Panggilkan untukku Ummu Khalid.’ Maka aku dihadirkan dan Nabi memakaikannya untukku dengan tangannya seraya bersabda, ‘Pakailah sampai usang dan sampai lusuh.’ Dua kali.”

Kami meriwayatkan dalam kitab Ibnu Majah dan Ibn as-Sunni dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma ,

أَنَّ النَّبِيَّ رَأَى عَلَى عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ثَوْبًا، فَقَالَ: أَجَدِيْدٌ هذَا أَمْ غَسِيْلٌ؟ فَقَالَ: بَلْ غَسِيْلٌ. فَقَالَ: اِلْبَسْ جَدِيْدًا، وَعِشْ حَمِيْدًا، وَمُتْ شَهِيْدًا سَعِيْدًا.

“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Umar y memakai pakaian, maka beliau bertanya, ‘Ini baru atau telah dicuci?’ Umar menjawab, ‘Baju dicuci.’ Maka beliau bersabda, ‘Pakailah yang baru, hiduplah dengan terpuji dan matilah sebagai syahid yang berbahagia’.”

Takhrij Hadits: Shahih: Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq no.20382; Ahmad 92/88; Ibnu Majah Kitab al-Libas, Bab Ma Yaqulu idza Labitsa Jadidah, 2/1178/ no. 3558; an-Nasa`i di al-Yaum wa al-Lailah no. 313; ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 12/219/ no. 13127 dan ad-Dua’ no. 399; Ibn as-Sunni no. 268; al-Baghawi no. 3112: dari jalan Abdur Razzaq, dari Ma’mar, dari az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar dengan hadits tersebut.

Ini adalah sanad shahih berdasarkan syarat imam yang enam, akan tetapi an-Nasa`i menyatakannya memiliki illat. Dia berkata, “Munkar, ia dinyatakan munkar oleh Yahya bin Sa’id al-Qaththan atas Abdur Razzaq, tidak ada yang meriwayatkannya dari Ma’mar selain Abdur Razzaq. Ia diriwayatkan dari Ma’qil bin Abdullah dan persoalan hadits ini ada padanya. Ia diriwayatkan dari Ma’qil bin Ibrahim bin Sa’ad dari az-Zuhri secara mursal. Hadits ini bukan termasuk hadits az-Zuhri. Wallahu a’lam.”

Al-Kinani juga berkata, “Aku tidak mengetahui seorang pun yang meriwayatkan dari az-Zuhri selain Ma’mar, aku tidak mengiranya shahih.” Aku berkata, “Zahir sanad menunjukkan bahwa ia shahih, jadi hukum hadits ini adalah shahih sampai terbukti sebaliknya. Kemudian ia diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam ad-Dua’ no. 400 dari beberapa jalan dari Abdur Razzaq, Sufyan mengabarkan kepada kami, dari Ashim bin Ubaidullah, dari Salim dari Ibnu Umar, senada dengan hadits tersebut.

Ini adalah riwayat dhaif karena adanya Ashim. Hadits ini mempunyai jalan ketiga dari Abdur Razzaq dari ats-Tsauri dari Ismail bin Abu Khalid, jalan ini ditunjukkan oleh Ibnu Hibban. Ia memiliki syahid mursal shahih dalam Ibnu Abi Syaibah no. 25081. Jika hadits ini bukan hadits yang shahih dengan jalannya yang pertama akan tetapi dengan kumpulan jalan periwayatannya dan shahidnya ia meningkat menjadi shahih. Ia dihasankan oleh al-Asqalani, dishahihkan oleh al-Bushairi Al-Haitsami dan al-Albani, pent.

Sumber: dikutip dari Buku “Ensiklopedia Dzikir dan Do’a Al-Imam An-Nawawi Takhrij & Tahqiq: Amir bin Ali Yasin. Diterbitkan oleh: Pustaka Sahifa Jakarta. Oleh: Abu Nabiel)